Contoh kasus, seorang guru mengajarkan konten sejarah terkait kekerasan anti-komunis pasca Peristiwa G30S 1965 melalui media foto yang menampilkan aksi penangkapan kader/simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) serta pihak-pihak yang loyal pada Rezim Orde Lama oleh TNI Angkatan Darat, organisasi paramiliter, organisasi mahasiswa dan kepemudaan seperti dalam foto berikut ini.
Foto tersebut mengandung sensitivitas karena terdapat unsur rasialisme karena menunjukkan penangkapan dan aksi intimidasi yang dilakukan oleh kelompok pemuda terhadap etnis Tionghoa yang selalu dikaitkan dengan unsur komunisme. Foto tersebut bisa memunculkan trauma dan pengalaman visual yang menegangkan. Maka dari itu, apabila foto tersebut ditunjukkan oleh pendidik pada peserta didik perlu disajikan dengan baik-baik. Penyampaian guru dalam menyajikan isu kontroversial dalam pembelajaran sejarah perlu mempertimbangkan dan menghormati hak pribadi dan perlindungan peserta didik, menyajikan nilai dasar penndidikan dalam rasionalitas, imajiansi, sensitifitas dan kesiapan untuk menjadi pendengar yang baik, serta menitikberatkan isu yang disajikan dalam bentuk pemahaman bukan pemaksaan atas opini tertentu yang dapat menumbuhkan prasangka (Wiriaatmadja, 2002).
Demikian dalam pemanfaatan media fotografi dalam pembelajaran sejarah terdapat berbagai kelebihan dan tantangan dalam mengaplikasikannya. Perlu keterampilan seorang pendidik dalam menyajikan media tersebut secara kritis dan kreatif sehingga bukan hanya menambah variasi dalam proses pembelajaran sejarah saja, melainkan dapat terbangun imajinasi peserta didik yang dapat merekonstruksi suatu peristiwa sejarah secara utuh baik itu sejarah sebagai naratif maupun sebagai deskriptif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H