Kisah Risma ini mengingatkan kita dengan dongeng ala Cinderella yang didzolimi oleh saudara tirinya sendiri.
Pada akhirnya, Risma memang lolos dari pemakzulan berkat dukungan publik yang kuat, dan akhirnya bisa pula mengakhiri masa jabatan 5 tahun pertamanya dengan sejumlah pencapaian dan penghargaan bergengsi.
Mata dan hati publik memang tak bisa dibeli. Jika mata dan hati terlanjur menilai jelek dan tak layak presetasi, maka segencar apapun wajahnya dipampang di papan reklame atau telivisi, tetap saja publik akan menyibirnya.
Tetapi Risma tak demikian. Seorang warga Surabaya yang menemaniku minggu lalu berkeliling Surabaya berujar, “Dipasangkan dengan sandal jepit saja, Risma pasti terpilih lagi jadi Walikota,” katanya sambal terkekeh.
Risma bukanlah boneka manis yang dipajang hanya untuk dielus dan disanjung. Dia membawa harapan untuk Indonesia yang lebih baik. SEMOGA!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H