[caption id="attachment_306532" align="aligncenter" width="300" caption="www.lovelytoday.com"][/caption]
Oleh: Muhammad Toha
Keanu Jabaar Massaid--9 September nanti baru genap 5 tahun--masih sangat belia untuk dapat memahami prahara hidup yang saat ini dialaminya. Usianya masih Balita, namun anak ini telah paripurna mengeyam perihnya kesedihan. Belum genap 2 tahun, ayahnya—Adjie Massaid—meninggal dunia, dan hanya berselang setahun, ibunya—Angelina Sondakh—ditahan dan akhirnya divonis sebagai tahanan korupsi.
Adakah kesedihan yang setara dengan kepedihan terpisah dari ayah dan ibu di saat usia masih belia? Bagi anak seusia itu; Ibu adalah surga dan ayah adalah malaikat penjaganya. Ayah dan ibu adalah pusat gravitasi kehidupannya; tempat dirinya bermanja, mengadu tatkala sedih, dituntun saat terjatuh, tawa terbahak saat bahagia, dan didekap hingga terlelap. Bagi anak seusia Keanu; gubuk dan rumah beratap langit pun serasa surga sepanjang ayah dan ibu dapat mendekapnya.
Namun kini surga dan malaikat penjaganya itu tak lagi bersamanya. Kepergian ayahnya adalah ajal, sementara ibunya pergi untuk sebuah alasan yang mungkin belum dapat dipahaminya. Ibunya ada, tetapi mengapa tidak bersamanya? Ibunya memiliki rumah, tapi mengapa bui yang menjadi tempat tinggalnya?
Akal pikiran balita memang dirancang baru untuk mengenal kosakata sederhana. Sulit baginya untuk mencerna makna kosakata korupsi atau bui dengan sebenarnya. Lantas, penjelasan seperti apa yang kira-kira diberikan, jika anak seusia itu menanyakan mengapa ibunya dikurung di bui? Jika anak itu menanyakan mengapa ayahnya meninggal, mudah dijawab; Tuhan lebih sayang kepada ayahnya. Tapi apa mungkin, jika dia bertanya mengapa ibunya di bui, lalu dijawab; Tuhan juga sayang kepada Ibunya? Sulit dipahami!
Pun, kita akan mudah menjelaskan kepada seorang balita mengapa dulu Soekarno dipenjara. Ada kebanggaan yang kita sampaikan bahwa Soekarno dipenjara karena perjuangan beliau untuk kemerdekaan Indonesia. Tetapi apakah mudah menjelaskan ke seorang Balita, bahwa ibunya dipenjara karena korupsi? Apakah tega kita sampaikan bahwa korupsi itu sama artinya dengan nyolong, dan nyolong itu sama dengan mencuri. Sulit dijelaskan!
Bisa jadi Keanu saat ini masih dimanja dengan beragam mainan bagus, terpenuhi kebutuhan sandang pangan, serta tinggal di rumah yang mewah. Tetapi sejatinya, jika dapat memilih, anak itu rasanya lebih suka memilih untuk tinggal bersama ibunya di bui. Siapapun dan bagaimanapun sosok ibunya, belum ada yang bisa menggantikan kebahagiaan dibelai dan didekap ibu; kendati ibunya itu seorang koruptor sekalipun.
Lembaran hidup hampir serupa walaupun dengan kadar berbeda, mungkin dirasakan pula oleh Ratu Ghefira Marhamah Wardhana (9 tahun), putri bungsu Tubagus Chaeri Wardhana. Ayahnya telah beberapa bulan ini mendekam di bui oleh sangkaan kasus korupsi. Tak berselang lama, bibinya pun –Ratu Atut—menyusul dibui dengan sangkaan yang sama. Dan kini Ibunya—Airin Rachmi Diany—terpaksa bolak balik ke KPK sebagai saksi untuk kasus yang melibatkan suami dan kakak iparnya itu.
Ratu Ghefira rasanya sudah cukup paham—karena usia—mengapa dan kenapa ayah dan bibinya di bui, serta ibunya terpaksa bolak-balik diperiksa jadi saksi. Yang sulitnya, anak seusia Ratu Ghefira ini, pastinya telah mempunyai pertemanan sosial, yang dengan pemberitaan yang bertubi-tubi di TV, media cetak dan internet mengenai kasus ini, teman-teman Ratu Ghefira pasti telah mengetahui kasus yang menimpa keluarganya. Usia Ratu Ghefira rasanya telah cukup untuk punya perasaan malu dan risih tatkala berhadapan dengan dunia sosialnya, akibat menanggung prahara yang terjadi di keluarganya.
Memang Airin Rachmi Dairy, ibunda Ratu Ghefira masih tetap menjabat sebagai Walikota Tangerang Selatan, sebuah jabatan prestisius dan berlevel status sosial tinggi. Namun, rasanya jabatan walikota yang disandang ibundanya, tidak dapat menggantikan sosok Tubagus Chaeri Wardhana sebagai sosok ayah yang dirindukannya. Status sosial keluarganya juga tak dapat menambal perasaan malu dan risih atas pemberitaan dan cemoohan publik atas kasus yang membelit keluarganya.
Seperti apa pula hari-hari anak-anak Nazaruddin dan Neneng Sri Wahyuni, pasangan suami istri penikmat duit Hambalang yang sama-sama jadi penghuni bui? Pada saat Nazaruddin dan Neneng diciduk masuk penjara, ketiga anak pasangan ini masih Balita; anak sulungnya belum genap 5 tahun, dan anak bungsunya masih setahun. Mengutip pengakuan Elsa Syarif, pengacara kedua pasangan ini, anak–anak Nazaruddin kerap bergantian sakitsemenjak kedua orang tuanya masuk penjara.
Keanu seorang balita yang tak berdosa, namun “dosa” ibunyalah yang membuatnya menderita. Ratu Ghefira adalah anak yang cantik dan santun, namun perbuatan keluarganyalah yang membuat risih dan malu. Namun setidaknya mereka boleh sedikit terhibur, sebab setidaknya kita relatif “lebih santun” menerima kembali para mantan koruptor, ketimbang mantan maling kambing, tatkala mereka keluar dari bui. Pun, belum pernah ada mantan maling kambing, yang setidaknya terpilih jadi ketua RT sekalipun, tetapi bagi mantan napi korupsi, masih mungkin mereka mendapat status layak di masyarakat dengan kekayaan yang masih tersisa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H