Mohon tunggu...
Muhammad Toha
Muhammad Toha Mohon Tunggu... profesional -

Seorang kuli biasa. Lahir di Banyuwangi, menyelesaikan sekolah di Bima, Kuliah di Makassar, lalu jadi kuli di salah satu perusahaan pertambangan di Sorowako. Saat ini menetap dan hidup bahagia di Serpong--dan masih tetap menjadi kuli.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dialog Kemerdekaan dengan Gadis Cilik

11 Agustus 2014   16:23 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:50 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Muhammad Toha

Beberapa malam menjelang 17 Agustusan, Nashya—putri pertamaku yang berusia 7 tahun—menagih tugas rutinku yang telah aku jalani sejak Nashya berumur 2 tahun; dongeng menjelang tidur.

Aku sempat berpikir, kisah apa lagi yang akan aku ceritakan malam ini, sebab semua buku cerita yang menjadi koleksinya, sudah khatamdibaca. Koleksi dongeng turun temurun yang aku dengar dari Bapakku, juga sudah tamat, bahkan beberapa kali terulang.

Aku dapat ide; mumpung menjelang 17 Agustus, aku lantas menawarkan, “Papa mau cerita kenapa tanggal 17 Agustus disebut hari kemerdekaan Indonesia. Mbak mau dengarin?”

“Mau. Tapi apa itu kemerdekaan Pa,” tanyanya dengan mimik serius.

“Gini nak,” aku mulai coba menjawab pertanyaan Nashya dengan bahasa sederhana yang mudah dipahami anak usia 7 tahun. Singkat cerita, aku kisahkan asal mula Indonesia dikuasai oleh Belanda, dan kekejaman Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia.

“Lho, kenapa Orang Indonesia gak melawan?” tiba-tiba Nashya menginterupsi.

“Melawan dong. Mbak pernah dengar nama Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin atau Imam Bonjol?” tanyaku.

“Pangeran Dipenogoro dan Sultan Hasanuddin pernah dengar, tapi Imam Bonjol belum pernah,” jawabnya jujur.

“Mereka itulah pahlawan yang melawan penjajah Belanda. Tapi mereka kalah karena tentara Belanda punya senjata yang lengkap.” begitu jawabanku.

Lalu, saya lanjutkan cerita tentang kehebatan dan keberanian Tentara Jepang yang datang ke Indonesia, dan berhasil mengalahkan Belanda. Saya kisahkan bagaimana tentara Jepang yang awalnya baik, tapi ternyata mereka lebih kejam dari Belanda.“Banyak orang Indonesia disiksa dan dibunuh Tentara Jepang,” begitu kisahku.

Nampak sekali kesedihan di wajah Nashya saat mendengar ceritaku ini. Wajahnya terlihat murung.

“Untungnya, pada Bulan Agustus tahun 1945, Amerika yang waktu itu berperang melawan Jepang, berhasil menjatuhkan Bom Atom di Kota Nagasaki dan Hiroshima. Jepang menyerah kalah. Nah, saat itulah, pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta membacakan proklamasi yang menyatakan Indonesia merdeka.

Wajah Nashya yang semula sedih dan murung, berangsur sumringah dan gembira. Dia rupanya senang dengan ending ceritaku, yang sepertinya—bagi dia—ending ini mirip cerita Cinderella yang menemukan kebahagiaan setelah sekian lama hidup menderita.

Tiba-tiba, Nashya nyeletuk, “Pa, Amerika itu baik ya? Aku senang banget dengan Amerika. Biarpun Amerika menang perang, tapi mereka tidak menjajah Indonesia kayak Belanda dan Jepang”.

Ups…aku sempat bungkam beberapa saat!Jujur,aku tidak menyangka Nashya akan membuat kesimpulan seperti itu. Aku juga tidak menduga, jika ceritaku inijustru akan melahirkan Amerika sebagai pahlawan baru bagi Nashya; seperti cerita Putri Salju yang menemukan Sang Pangeran sebagai pahlawannya.

Tapi pertanyaan Nashya itu mau tidak mau harus aku jawab. Cuma, aku tidak mau wajahnya yang sumringah dan gembira itu, berubah kecewa karena jawaban jujur dariku.

Akhirnya dengan berat hati aku menjawab, “iya nak, Amerika itu baik.”

Selepas menjawab, aku hanya bisa membatin; Anakku, kelak ketika Engkau dewasa engkau akan paham jika sebenarnya setelah 17 Agustus 1945, Indonesia pun sebenarnya masih “dijajah” dan belum merdeka. Dan kelak ketika engkau dewasa, engkau pun akan tahu bahwa Amerika sesungguhnya telah menjajah, bukan cuma Indonesia tapi hampir seluruh belahan dunia. Tapi biarlah waktu yang kelak menjawabnya.

Titip pesan buatmu Nak; jadilah orang yang merdeka seutuhnya, sebab papamu ini pun belum sepenuhnya merdeka!

Dirgahayu Indonesia ke-69!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun