Mohon tunggu...
Muhammad Thaufan Thaufan
Muhammad Thaufan Thaufan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Indonesia

Teruslah mengejar impian dan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gencatan Senjata yang Dilakukan Amerika Serikat Secara Diktator

21 Desember 2023   10:30 Diperbarui: 21 Desember 2023   11:04 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

 

Irak merupakan negara subur yang terletak pada sungai Eufrat serta Tigris. Irak mempunyai cadangan minyak terbesar kedua di dunia serta gas alam yang banyak, dan bisa menjadi salah satu negara terkaya di dunia. Krisis besar Amerika di Irak terjadi pada tanggal 20 Maret 2003, ketika Amerika Serikat menginvasi Irak pada tanggal 20 Maret 2003. Perang AS-Irak merupakan perang berkelanjutan dengan kekuatan militer yang tidak terlihat. Invasi Amerika Serikat membawa dampak negatif terhadap rakyat Irak, termasuk kematian dan perpecahan. Berdasarkan observasi ini. Jelas bahwa keputusan Amerika Serikat untuk membidasi Irak didasarkan pada keyakinan bahwa menjaga kepentingan nasional dan keamanan nasional adalah faktor terpenting dalam keputusan Amerika untuk melakukan intervensi dalam konflik Irak. Dalam hal ini, Amerika Serikat memposisikan Irak sebagai poros strategis di Asia Timur untuk mencapai stabilitas dan hegemoni jangka panjang. 

Dari perspektif realisme, realisme percaya bahwa sifat manusia itu kejam dan hubungan internasional mengarah pada perang internasional, yang hingga akhirnya diselesaikan melalui perang. Oleh sebab itu, perlu dasarnya bahwa kualitas keselamatan nasional harus dijaga bagi kesinambungan hidup negara, membuat anarki negara membuat negara ini skeptis terhadap kemajuan politik dalam sistem internasional. Realisme menekankan kesinambungan militer, persaingan tidak bisa menghindari dan konflik antar negara berkuasa akan terjadi maupun ada pergantian kepemimpinan serta runtuhnya saingan utama. Hal ini adalah hasil dari penelitian abadi akan kekuasaan dan keamanan dalam lingkungan politik internasional (Jackson, Robert & Georg, 2014). Jenis observasi yang digunakan merupakan deskriptif analisis, dimana penulis menganalisis data, informasi, deskripsi (penjelasan) peristiwa yang diperoleh melalui metode penelitian kepustakaan dan hasil yang diperoleh secara sistematis dan akurat berdasarkan fakta.

Saat ini, situasi di Irak sudah tidak jelas lagi. Sudah hampir enam tahun sejak negara diserang oleh militer AS, namun situasi di Irak masih belum pulih seperti semula. Masa transisi tahun yang lalu terlalu rumit dan kacau. Salah satu tantangan dalam masa transisi yang kompleks ini adalah kehadiran tentara bayaran yang dipekerjakan oleh pemerintah AS melalui perusahaan penyedia. Merekalah yang berperan aktif dalam kekacauan yang melanda Irak pasca invasi. Mereka juga merupakan pihak yang mendapat manfaat besar dari Proyek Rekonstruksi Irak. (Wirawan Sukarwo, 2009; 145).

 

Pembahasan

Di tanggal 19 Maret 2003 sekutu melancarkan aksi militernya kepada Irak, sesudah menaklukkan Irak. sekitar 150.000 kawanan Amerika Serikat mendiami Irak secara memaksa. Dalam invasi Amerika ke Irak ada lima faktor utama yang menyebabkan terjadinya invasi Amerika Serikat kepada Irak di tahun 2003. Penyebab pertama merupakan senjata penghancur massal alias "weapons of Mass Destruction" yang memiliki alasan Amerika Serikat menyerang Irak apalagi sebelum perang di mulai (Schmidt dan Williams, 2008). Alasan ini telah diidentifikasi menjadi alasan penting invasi pemerintahan Bush ke Irak (Daalder & Lindsay, 2003: --156). Tindakan Amerika Serikat tersebut terkait dengan interpretasi evaluasi komunitas agen kepada Irak mempunyai senjata penghancur massal (Enemark dan Michaelsen, 2005: 548).

Penyebab kedua yang membenarkan serangan terhadap Irak merupakan bahaya teroris yang disebabkan oleh Saddam Hussein. Bagi pemerintahan Bush, penyerangan kepada Irak dipandang selaku perpanjangan konflik melawan teror. Serbuan teroris 11 September membawa perubahan paradigma yang mengarah pada dimulainya fase baru dalam kebijakan luar negeri dengan strategi keamanan nasional Amerika Serikat. Segera selepas 11 September, mayoritas politisi Amerika Serikat menyerukan penyerangan kepada Irak (Dumbrell, 2005: 34). Penyebab ketiga adalah pemerintah Saddam dianggap seperti salah satu diktator paling jahat di dunia, dan perang Irak dipandang sebagai proses kebebasan, bukan invasi. Pemerintah Amerika Serikat dengan koalisi perembesan militer sekutunya sepakat untuk meluncurkan apa yang disebut "Operasi Pembebasan Irak". Pembebasan dan pemasaran demokrasi memainkan drama penting dalam pergantian pemerintahan di Irak (Keamanan Global, 2005).

Penyebab invasi ke empat merupakan aliansi dan kemitraan unik antara Amerika Serikat serta Israel dalam melakukan ancaman strategis yang semakin besar di Timur Tengah, yang menguntungkan kedua pihak negara. (Mearsheimer dan Walt, 2006: 32). Keamanan Israel sangat utama bagi Amerika Serikat yang dibantu sejak tahun 1990-an karena intimidasi gerombolan teroris di dunia Arab dan negara-negara lain (Mearsheimer dan Walt, 2006: 32). Penyebab Alasan kelima merupakan keekonomian pengelolaan ladang minyak. Hubungan antara minyak dan kekuatan militer muncul kembali pada awal abad ke-20 (Klare, 2004: 148). Dalam hal ini, tujuan Amerika Serikat terhadap sumber daya alam bukanlah isu baru. Kebijakan Amerika didesak sebab dua target: bantuan ke Israel dan kendali tidak langsung terhadap pasar minyak dunia untuk penyetokan pasokan energi di kemudian hari. (Hinnebusch, 2007: -212).

 

Rezim Saddam digambarkan akan menjadi salah seorang diktator keji di dunia, perang Irak juga dilihat sebagai proses kebebasan dibandingkan invasi (Ulandari, 2015). Clausewitz berkata tentang strategi perang: "Strategi adalah seni menggunakan cara berperang, cara menembak, dan tujuan perang. " Menurut AT. Mahan , dalam bukunya yang berjudul "Historical Sea Power Influenza'' menyatakan: "Siapapun yang menguasai tujuh lautan dunia akan mampu memastikan kemenangan di pantai daratan musuh" (Secor, 2019). Namun, banyak orang di Irak percaya bahwa tuduhan Amerika adalah semacam kambing hitam. Situasi di Timur Tengah saat ini semakin memanas karena kekhawatiran akan semakin besarnya pengaruh Iran di Irak. Yang lebih menakutkan lagi adalah kenyataan bahwa Irak kini menjadi sarang teroris global. Invasi AS ke Irak pada tahun menambah bahan bakar ke dalam api dan memacu bangkitnya terorisme. Invasi AS ke Irak yang dimaksudkan untuk memberantas terorisme, kini menjadi misi untuk mempromosikan terorisme. Amerika Serikat menarik diri dari Irak saat semangat terorisme sudah mereda dan negara semakin subur. Pasca invasi, perkembangan terorisme meningkat sebanyak kasus, dan jumlah hukuman mati bagi narapidana teroris meningkat sebanyak kasus setiap tahunnya. Pada tahun 2012, jumlah orang yang dijatuhi hukuman mati merupakan kejahatan teroris hanya 129 orang dan pada tahun 2013, jumlah tersebut meningkat menjadi 144 orang.

Kesimpulan

Perang Teluk tahun 2003 adalah pertempuran antara kawanan koalisi yang dipimpin oleh Amerika Serikat dengan Irak, dan tujuannya adalah untuk mengalahkan Irak, yang dituduh memiliki dan menimbun senjata pemusnah massal dan memiliki hubungan dekat dengan jaringan Qaeda dan pembebasan orang orang Irak dari kediktatoran. Perang tersebut dimenangkan oleh sekutu. Dan setelah Amerika Serikat menginvasi pada tahun 2003 Irak menjadi negara yang kurang keamanannya, dan terorisme terus berkembang di Irak. Konflik sering terjadi di sini, dan serangan bom sering terdengar di berita.

Setelah invasi AS, masyarakat Irak berada dalam kekacauan, hilangnya kerabat, orang tua, pekerjaan, dan yang membuat masyarakat Irak dalam situasi tidak stabil yang sama seperti sebelum invasi.

Semangat masyarakat Irak sedang rendah, dan situasi yang kacau memaksa mereka melakukan hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan, seperti penjarahan dan perjuangan untuk bertahan hidup guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun