Pada dasarnya Wallace memiliki publikasi sekitar 762 tulisan, 21 buku, di antara buku-buku tersebut terdapat 2 jilid dengan tebal rata-rata 400 halaman. Dari ratusan tulisan tersebut, terdapat 3 (tiga) artikel yang sangat populer seperti, pertama "Serawak Law" pada tahun 1855 yang di antaranya membahas tentang isu-isu evolusi; kedua "Ternate Paper" yang ditulisnya pada tahun 1858 dengan fokus perhatiannya pada seleksi alam; ketiga "Origin of Human Races" yang di dalamnya membicarakan mengenai asal-usul ras manusia yang ditulis pada tahun 1864.
Pengembaraan enam tahun yang dilakukan oleh Wallace di Nusantara membuahkan hasil yang (sangat) impresif. Selama itu, beliau dengan eksplisit dan percaya diri berhasil mengumpulkan sejumlah hewan yang di antaranya 100 reptil, 310 spesies mamalia, 7.500 kerang, 8.050 burung, 13.100 lepidoptera (kupu-kupu), 83.200 celoeptera (kumbang) serta serangga lainnya dengan jumlah 13.400 jenis. Dari kesemua jenis tersebut, maka Wallace dengan gigih mengumpulkan (mengidentifikasi?) kurang lebih 125.660 jenis hewan yang berada di Nusantara.
Kecemasan dan Kegelisahan Wallace mengenai alam dan manusia seakan-akan tidak pernah hilang dalam pikirannya, antara lain tulisannya pada tahun 1869 yang bernada kritik, beliau menegaskan bahwa "penguasaan kita yang melebihi kekuatan-kekuatan alam telah menyebabkan pertumbuhan penduduk yang cepat dan akumulasi kekayaan, tapi setelah itu membawa kemiskinan dan kekerasan.Â
Karena itu, bahwa sebetulnya kekayaan pengetahuan dari mereka yang jumlah kecil (the few) tidak sepenuhnya menempah peradaban mereka, tidak juga mengarahkan kita dalam suatu kehidupan sosial yang sempurna.
Lebih jauh dikatakan oleh Wallace, gejala ini semua bisa menggagalkan peradaban kita, karena kita mengabaikan rasa simpati dan moral kita kepada alam dan memberi pengaruh besar kepada proses legislasi kita, perniagaan kita dan seluruh organisasi sosial kita.Â
Kita bahkan mengizinkan nafsu yang berlebihan kepada penguasaan tanah. Pada kesempatan yang lain, Wallace pernah bersaksi kepada komisi kerajaan Inggris mengenai faksinasi pada tahun 1890. Beliau menuliskan bahwa "dalam pikiran saya kebebasan adalah sesuatu yang jauh lebih besar dan lebih penting dari pada pada sains/ilmu pengetahuan.
Dengan membaca pikiran Wallace tersebut, tergambar jelas bahwa keberadaan sumberdaya alam yang melimpah (hanya) akan menjadi sumber kekerasan dan kemiskinan jika tidak dikelola dengan mata hati yang terbuka.Â
Penguasaan petakan tanah yang menjadi sengketa, masih ada mental memperkaya diri sendiri dan golongan adalah sumber kehancuran dan kemiskinan itu sendiri.
tantangan sekaligus modal (besar) untuk membangun daerah ini adalah dengan cinta dan cita-cita yang luhur.Â
Berangkat dari kegelisahan seluruh lapisan publik yang sudah lama merindukan nikmat dari Maluku Utara sebagai kawasan yang kaya dengan sumber daya alam yang melimpah.Â
Sejarah panjang di masa lalu hanya akan jadi kenangan manis yang hampa jika tidak dengan segera generasi baru membuat terobosan untuk memikirkan masa depan yang lebih gemilang.Â
Jika diakhir tahun daerah ini ceria(?) dengan gemerlap kembang api dan suara merdu para artis, adakah di awal tahun kita dirisaukan dengan semangat diskusi atas dasar pijakan "Mariomoi Ngone Futuru" untuk memikirkan kawasan ini dengan bijaksana oleh seluruh lapisan masyarakat, apa yang telah terlaksana sebelumnya dan apa yang hendak diperbuat untuk masa depan.Â