Kali ini saya akan sedikit bercerita Dan membagi informasi yang saya dapatkan di kuliah umum yang saya laksanakan hari ini, saya merupakan mahasiswa semester 2 ilmu komunikasi UIN SUNAN KALIJAGA, acara kuliah umum hari ini dilaksanakan di conference Room FISHUM hari senin , 20 Mei 2024.
Acara ini di isi oleh 2 narasumber yaitu : Dr. Sophis Arjana beliau berasal dari Western University dan narasumber kedua adalah Dr. Fatma Dian Pratiwi, M.Si Dosen UIN SUNAN KALIJAGA, Dr. Mochamad Sodik, S.Sos, M.Si. Dekan FISHUM UIN SUKA sebagai Keynote Speaker dalam acara ini, Anindya Septiana Arfiani., M.Sos ALUMNI UIN SUKA dan Fahrurrazi, S.Hum., M.A Cilacs UII sebagai moderator.
Awal masuk ke acara kita harus melakukan absensi terlebih dahulu dan mengambil snacks yang disediakan di depan meja.
Masuk keruangan kami disuruh untuk menyanyikan lagu indonesia raya dan himne UIN SUKA, kemudian dibuka oleh ibu yanti dosen ilmu komunikasi juga. Setelah itu dibuka oleh pak rama kertamurti , kemudian pak sodik, pak sodik membahas tentang islam itu sangat penting  karena kuliah umum kali ini bertema tentang Media Baru, Muslim & Budaya Populer: "Transformasi Komunikasi dan Pergeseran Otoritas". Beliau mengatakan mahasiswa komunikasi harus menjadi pionir , harus seimbang antara ilmu agama dan ilmu komunikasi , ilmu komunikasi adalah ilmu yang membangun kesalingan. Kemudian Fahrurrazi mengisi tentang wanita jangan mau di tindas.
Kemudian materi yang disampaikan oleh Sophis Arjana tentang komik-komik yang membahas tentang wanita hebat , seperti wonderwoman.
Dr. Fatma Dian Pratiwi M.Si. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menambahkan perspektif lokal tentang bagaimana media mempengaruhi Islam di Indonesia. Dengan membawakan materi berjudul "Cara Pengaruh Sosial Menyatakan Kembali Otoritas Agama dan Praktik Islam", platform digital telah memungkinkan individu dan masyarakat untuk memikirkan kembali konsep agama dan kewenangan, terutama di kalangan komunitas Muslim yang terpengaruh oleh gelombang baru media sosial. Dalam konteks ini, istilah "influencer" telah muncul sebagai bentuk baru dari seniman atau selebriti, yang sebelumnya hanya dikenal sebagai figur publik di televisi. Menurut Hayes, influencer adalah pihak ketiga yang penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian pelanggan. Mereka tidak hanya mempromosikan produk tetapi juga meninjau dan memberikan ulasan jujur kepada pengikut mereka, menjadikan mereka sumber informasi yang dipercaya (Brown dan Hayes, 2008).
Dr. Fatma menggarisbawahi bahwa media sosial telah menjadi alat yang sangat efektif dalam menyebarkan dakwah dan pendidikan Islam. Namun, ia juga memperingatkan bahwa media bisa menjadi pedang bermata dua. Informasi yang tidak akurat atau berita palsu dapat menyebar dengan cepat, menciptakan kebingungan dan konflik di antara masyarakat Muslim.
Sesi diskusi yang dimoderatori oleh Fahrurrazi dari Cilacs UII pengganti dari Anindya Septiana Arfiani yang berhalangan hadir, dapat berlangsung dinamis. Mahasiswa aktif mengajukan pertanyaan dan memberikan pendapat mereka. Salah satu topik hangat yang dibahas adalah bagaimana seharusnya umat Muslim menyikapi konten yang viral di media sosial. Para narasumber sepakat bahwa literasi digital menjadi kunci penting. Umat Muslim harus kritis dalam menyaring informasi dan tetap berpegang pada ajaran Islam yang benar.
Sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi, peserta seminar diingatkan akan tanggung jawab mereka dalam memanfaatkan media dengan bijak. Mereka didorong untuk menjadi agen perubahan yang dapat menyebarkan informasi yang benar dan positif tentang Islam dan budaya. Dr. Sodiq menekankan pentingnya etika dalam berkomunikasi dan menyebarkan informasi, mengingat dampak besar yang bisa ditimbulkan oleh media.
Kuliah umum ini ditutup dengan kesimpulan yang disampaikan oleh Fahrurrazi dengan menyoroti poin-poin penting dari diskusi. Beliau menegaskan bahwa transformasi komunikasi melalui media digital adalah fenomena yang tidak bisa dihindari. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu, terutama mahasiswa, untuk memahami dan mengelola perubahan ini dengan baik. Dalam konteks Islam dan budaya populer, media dapat menjadi alat yang sangat kuat untuk menyebarkan nilai-nilai positif jika digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab.
Terimakasih sudah membaca sampai akhir sedikit cerita dan informasi yang saya dapatkan dari kuliah umum semoga bermanfaat bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H