Mohon tunggu...
Muhammad TajulBari
Muhammad TajulBari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Management Student

where there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Financial

Keberlanjutan Usaha Kecil Menengah: Pribumi Versus Non Pribumi

16 Juni 2021   19:56 Diperbarui: 16 Juni 2021   20:05 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Group of Age (year)    Level of Education

Dokpri
Dokpri
Berdasarkan tabel  diatas bahwa pemilik UMKM yang dijadikan sampel dalam penelitian ini cukup banyak adalah perempuan (41,5%). Hal ini membuktikan bahwa perempuan juga mendapat peluang besar untuk bersaing dalam mengelola UMKM. Usia rata-rata wirausahawan pribumi adalah 35 tahun, usia minimum wirausahawan pribumi adalah 18 tahun dan usia maksimum wirausahawan pribumi adalah 67 tahun. Namun rata-rata usia pengusaha non-pribumi adalah 40 tahun, usia minimal pengusaha non-pribumi adalah 20 tahun dan usia maksimal pengusaha non-pribumi adalah 69 tahun. Selanjutnya terdapat 28% pengusaha berusia di atas 44 tahun yang menunjukkan bahwa pemilik UMKM masih memiliki produktivitas tinggi, dan terdapat 42,5% pengusaha berusia produktif. Oleh karena itu, semakin besar kemungkinan pemilik UMKM di masa depan akan menjadi pemilik usaha besar. Demikian pula bagi mereka yang belum mencapai usia 30 tahun dengan total 29,5%, semakin banyak kesempatan untuk belajar dan menimba pengalaman dalam mengelola UMKM sehingga diharapkan UMKM menjadi usaha besar yang kuat dan mampu mendukung dan mendorong daerah. pertumbuhan ekonomi.

Selanjutnya sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah 56% lulusan SLTA dan 16,5% berpendidikan di bawah SLTA (7 orang tidak tamat SD, 6 orang tamat SD, dan 20 orang tamat SMP), dan 27,5% berpendidikan tinggi (11 orang tamatan Diploma III, 42 orang tamatan sarjana (SI) dan 2 orang tamat pasca sarjana (S2). Banyaknya pemilik UMKM yang berpendidikan rendah berpengaruh pada cara pengelolaannya operasional usaha dan cara mengatasi kendala yang dihadapi pelaku usaha.Para pemilik UMKM yang berpendidikan rendah, cenderung menggabungkan aset rumah tangga dengan aset usaha, akibatnya tidak dapat melihat dengan jelas kinerja usahanya sehingga tidak dapat memperkirakan / evaluasi apakah usahanya untung atau rugi sehingga sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan modal kerja yang ada, dan kegiatan usaha menjadi terhambat karena i t tidak dapat memproduksi untuk melayani permintaan.

Masalah utama dalam menjalankan UMKM

Dokpri
Dokpri
Selain itu, tabel diatas menunjukkan bahwa kekurangan energi merupakan masalah utama yang dialami sebagian besar pengusaha pribumi (26,17%), sedangkan sebagian besar pengusaha nonpribumi mengalami kesulitan tenaga kerja (26,88%), disusul kesulitan pemasaran (24,73%) di urutan kedua. masalah utama yang dialami oleh pengusaha non-pribumi. Kesulitan permodalan menempati urutan kedua masalah utama yang dihadapi pengusaha pribumi (22,43%). Selain itu, menurut tabel 4, sebagian besar pengusaha pribumi dan nonpribumi selama ini menjalankan usahanya hanya dengan modal sendiri (58%). Padahal, ada 40% UMKM yang modalnya berasal dari pemilik dan pinjaman. Sebagian besar pinjaman berasal dari bank (22%), dan hanya 3,5% pinjaman yang berasal dari Koperasi. Artinya masih banyak UMKM yang tidak memakai jasa koperasi sebagai salah satu lembaga keuangan non bank yang membantu dalam mengatasi kesulitan permodalan. Selanjutnya, ada 14,4% modal berasal dari pinjaman keluarga.

Setelah diketahui varians yang sama atau tidak, langkah kedua adalah melihat nilai t-test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan. Untuk menentukan apakah varians populasi identik atau tidak dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Varian populasi antara kinerja UMKM pengusaha etnis pribumi dan pengusaha etnis nonpribumi adalah sama.

Hai: Varian populasi antara kinerja UMKM pengusaha etnis pribumi dan pengusaha etnis nonpribumi berbeda.

Jika probabilitas > 0,05, maka Ho tidak dapat ditolak, sehingga variansnya sama. Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak sehingga varians berbeda. Berdasarkan keluaran SPSS bahwa F hitung uji levene sebesar 0,696, dengan probabilitas 0,405, karena probabilitasnya 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho tidak dapat ditolak atau memiliki varians yang sama. Dengan demikian analisis uji beda harus menggunakan uji-t dengan asumsi asumsi varians sama. Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variance yang diasumsikan adalah 0,928, dengan probabilitas signifikansi 0,355 (two-tail). Sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata kinerja UMKM menjadi signifikan . Artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja UMKM antara pengusaha pribumi dan nonpribumi.

Yang demikian baik pengusaha pribumi maupun pengusaha nonpribumi memiliki kategori yang sama ditinjau dari tiga indikator kinerja yaitu peningkatan produksi dan peningkatan volume penjualan serta peningkatan pendapatan (pendapatan). Kinerja UMKM baik berdasarkan indikator peningkatan produksi maupun peningkatan volume penjualan kedua suku tersebut dapat dikategorikan cukup baik. Namun, kinerja UMKM berdasarkan indikator peningkatan pendapatan (pendapatan) dapat dikategorikan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun