Mohon tunggu...
Muhammad RizalTsani
Muhammad RizalTsani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Panggil saja Sans....

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Pada Masa Walisongo

8 November 2021   20:31 Diperbarui: 8 November 2021   20:34 2076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia keislaman ada beberapa istilah yang sangat populer terkait dengan pendidikan, seperti tarbiyah, ta'lim, ta'dib, riyadhah, irsyad, dan tadris. Meskipun terlihat banyak sekali istilah pendidikan dalam Islam, akan tetapi semuanya  memiliki makna yang sama. 

Karena sebenarnya ketika salah satu istilah disebutkan sudah mewakili istilah yang lain. Dari sini bisa disimpulkan bahwasanya ajaran Islam memiliki wawasan yang sangat luas.

Berbicara mengenai Islam dan pendidikan di Indonesia itu sangat unik. Hal itu dapat dilihat dengan adanya banyak pesantren di Indonesia. 

Pondok pesantren memiliki karakteristik yang khas dan pada umunya tidak dimiliki atau belum diterapkan secara kompleks pada sekolah-sekolah umum. 

Menariknya lagi, perkembangan pesantren sangat pesat di Indonesia, seakan-akan pendidikan pesantren menjadi identitas sendiri bangsa Indonesia.

Berkembangnya Islam dan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran yang sangat krusial walisongo. Karena pada zaman walisongo itu pula dapat mengakhiri dominasi kuat Hindu Budha. Walisongo menjadi simbol dalam perkembangan Islam dan pendidikan di Indonesia, terkhusus ditanah Jawa. Karena itu juga budaya nenek moyang yang masih dipercayai masyarakat sebelumnya tergantikan dengan kebudayaan Islam.

Budaya-budaya yang sudah ada pada masa itu tidak sertamerta ditolak oleh walisongo. Akan tetapi walisongo memodifikasi budaya-budaya lokal yang sudah ada dengan ajaran-ajaran Islam. Hal itu terbukti dengan karya berupa tembang macapat, lagu dolanan (mainan), Bentuk-bentuk permainan baik anak-anak dan remaja, serta pertunjukan wayang kulit (Failasuf : 2017).

Dalam mengembangkan ajaran Islam, pendidikan pesantren menjadi salah satu upaya walisongo dalam membentuk peradaban baru ditengah masyarakat lokal. 

Dalam sejarah walisongo, Syakih Maulana Malik Ibrahim (w882H/1419M) yang biasa dikenal dengan Sunan Gresik, diyakini menjadi tokoh sekaligus merupakan guru spiritual dalam tradisi Jawa. Beliau juga yang memprakarsai dan mengembangkan pendidikan pesantren di Indonesia.

Kesuksesan beliau juga diikuti muridnya, yaitu Raden Rahmat atau sering dikenal dengan Sunan Ampel. Beliau mendirikan pesantren di Ampel Denta Surabaya, sekaligus disanalah berkembang pesatnya pendidikan pesantren. Karena itulah beliau dianggap berhasil mengembangkan pesantren dalam arti sesungguhnya. Drs. Anasom, M.Hum menjelaskan bahwa Raden Rahmat (Sunan Ampel) memiliki sistem pendidikan yang cukup baik. Murid-murid dari Raden Rahmat cukup banyak dan hampir semua menjadi ulama' yang kemudian mengembangkan Islam di Jawa dan cukup sukses.

Dari situlah Islam dan pendidikan di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Di sisi lain, proses berdirinya kerajaan Islam juga sangat berpengaruh besar dalam perkembangan keduanya. Interaksi yang baik menjadikan betapa sangat pentingnya peran walisongo. Terbukti dengan didirikannya kerajaan Demak yang di pimpin oleh Raden Fatah. Kontribusi kerajaan Demak sangat luar biasa dalam perkembangan dakwah Islam. Kolaborasi antara pemimpin dan ulama' tergambar dengan nyata dan anggun pada masa kejayaan kerajaan Demak.

Pengaruh kerajaan Demak di Nusantara sangat besar. Hal ini dapat dilakukan karena kekuatan politis kerajaan Demak yang meliputi berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, seni dan sastra. Selain itu memang kebijakan kerajaan diarahkan ke dakwah Islam dan pendidikan masyarakat lokal. Terbukti dengan didirikannya Pondok Pesantren Gelagah Arum oleh Raden Fatah pada tahun 1476M (Faisal : 2018).

Selain itu walisongo dalam menyelenggarakan pendidikan sangat fleksibel. Walisongo mempunyai strategi serta metode yang sangat baik dan menarik, sehinga masyarakat lokal dapat dengan mudah menerima ajaran yang disampaikan. Perpaduan antara ajaran agama dan kemanusiaan dengan penyampaian yang menyenangkan tanpa paksaan menjadikan dawah walisongo sangat disegani. 

Kreatifitas walisongo dalam penggunaan metode pendidikan yang baik juga sangat mempengaruhi ajaran yang disampaikan oleh walisongo.

Begitulah peran walisongo dengan pendidikan pesantrennya sebagai tempat untuk menimba ilmu serta menjadikan penerus-penerus ulama' dalam upaya menyebarluaskan Islam, yang sekaligus juga dalam perkembangan pendidikan di Indonesia (Adnan : 2013).

Penulis : M Rizal Tsani Mahasiswa KKN RDR 77 UIN Walisongo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun