Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pegipegi Yuk, Ngarung Jeram ke Sungai Pesangan Aceh

6 November 2018   14:11 Diperbarui: 10 November 2018   19:35 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisatawan sedang antri ngarung jeram di Lukup Badak, Takengon, Aceh Tengah (Foto: Dokumen Pribadi)

Cuti bersama adalah momen paling ditunggu oleh para pekerja disektor formal. Momen itu merupakan kesempatan ngumpul bersama keluarga. Senang sih, hari libur seperti itu biasanya dihabiskan dengan aktivitas berpetualang (adventure). Hitung-hitung sebagai cicilan untuk  memenuhi kuota wisata akhir tahun. 

Bagi kami, acaranya tidak muluk-muluk.  Paling-paling menjelajah keindahan alam. Mencari tempat wisata tersembunyi, terutama yang terdapat di sekitar Provinsi Aceh.

Hari itu, 14 April 2018, kami sekeluarga merasa "bete" karena harus menghabiskan waktu liburan di rumah. Pasalnya, hampir semua tempat wisata Indonesia yang terdapat di Provinsi Aceh sudah pernah kami jelajahi, kecuali Pulau Banyak dan Simeulue. Itupun karena harus menyeberangi Samudera Indonesia.

Kami akhirnya kehabisan ide, tidak tahu lagi tempat wisata mana yang menarik untuk dijelajahi. Ketika ditanya kepada anak-anak dan isteri, mereka lebih memilih nonton sinetron di televisi.

"Ngarung jeram yah!" bisik si bungsu.

"Ah, itu hanya kita berdua. Coba ajak kakak dan umi, mau nggak mereka ikut," tantang saya.

Memang, saya sudah sering menawarkan mereka ngarung jeram (rafting), semuanya menolak. Alasannya, khawatir berhanyut-hanyut di air deras, takut nyemplung dan hilang dibawa arus. Dimaklumi sih, kemampuan renang mereka belum masuk kategori mahir, masih pas-pasan lah.

Ide untuk ngarung jeram hari itu datangnya bukan dari saya, tetapi dari si bungsu. Makanya si bungsu yang masih duduk di kelas dua SMP berusaha keras merayu dan meyakinkan kakak dan ibunya. Berbagai jurus ditempuhya, toh kakak dan ibunya bergeming, kukuh tidak ingin ikut.

"Duaaaarrr....," terdengar bunyi pintu dibanting oleh si bungsu. Lalu pintu dikunci dari dalam. Hening, hanya suara isak tangis yang terdengar. Kayaknya, itu jurus terakhir yang sedang dimainkan si bungsu untuk memaksa kakak dan ibunya ikut ngarung jeram.

"Udah, udah.... Umi dan kakak akan ikut arung jeram, buka pintunya!" bujuk si ibu.

Trik si bungsu berhasil. Tidak lama kemudian, si bungsu keluar dengan mata berkaca-kaca. Air mata masih menetes dipipinya, namun  sekilas terpancar rasa senang diwajahnya. Membuktikan bahwa ngarung jeram bersama keluarga akan menjadi kenyataan pada hari itu.

Dengan berbekal pakaian ganti, handuk, minuman, dan sedikit penganan, kami meluncur ke homebase arung jeram di Lukup Badak, Kecamatan Pegasing. Lokasi itu cukup dekat dari kota Takengon Aceh Tengah, hanya 5,5 kilometer. Tepat berada dibawah jembatan Lukup Badak, jalan yang menghubungkan Takengon-Meulaboh (Aceh Barat). Hanya saja, wisata adventure ini belum begitu dikenal oleh wisatawan.

Setibanya di lokasi itu, sudah menunggu Khalisuddin, Ketua FAJI Aceh Tengah, pengelola wisata adventure itu. Dia minta kami bersabar, karena dia harus mendahulukan yang membeli tiket lebih dahulu. Tiketnya murah, hanya Rp 50 ribu per orang.

Sambil menunggu giliran, saya berbincang-bincang dengan Khalisuddin. Menurutnya, membuka wisata adventure arung jeram itu sebagai strateginya agar para atlet tetap aktif berlatih. Sambil berlatih, mereka bisa nyambi menjadi river guide yang memperoleh penghasilan atas jasanya.

"Tekad saya, cabang olah raga arung jeram ini harus mandiri, mampu membiayai cabor ini sendiri," ungkap lelaki berkepala plontos itu.

Seyogyanya, semua cabang olah raga harus mampu membiayai atlet dan organisasinya. Makanya, atraksi atau kompetisi antar atlet dalam cabang olah raga tertentu memang harus dipungut karcis. Dari penjualan karcis itulah para pengurus mendulang dana untuk kas organisasi.

"Olah raga adalah games, pasti banyak yang suka. Penonton atau penikmat games itu wajib beli karcis, hitung-hitung membantu organisasi dalam pembinaan atlet," imbuh Khalisuddin.

Bakda dhuhur, kami sudah memakai pelampung, helm dan dayung. Handphone, jam tangan, dompet dan barang-barang berharga lainnya dimasukkan dalam tas kedap air, kemudian disandang oleh river guide.

Mamat selaku supervisor arung jeram itu memperkenalkan river guide, salah seorang atlet FAJI Aceh Tengah, yang akan memandu kami selama ngarung jeram. Kemudian, Mamat melanjutkan dengan memberi petunjuk keselamatan diatas perahu dan mengajak kami berdoa, diakhiri dengan senam pemanasan.

Dengan menumpang mobil pick up warna hitam, kami diantar ke titik pelepasan di Paya Nahu, Pendere, sekitar 3 Km ke arah kota Takengon. Dari sana, kami dilepas mengarungi Sungai Pesangan, salah satu sungai besar yang terdapat di Provinsi Aceh yang panjangnya mencapai 75 Km.

"Ini arung jeram ditengah kota, Pak!" sela Khalisuddin yang ikut serta ngarung jeram bersama kami.

Memang benar, Sungai Pesangan itu membelah kota Takengon. Jangan heran apabila sepanjang bibir sungai itu dipenuhi ladang, ruko dan rumah penduduk.

"Beda dengan arung jeram di tempat lain, Pak. Disana ada yang harus melewati tebing-tebing terjal, hutan dan semak belukar," jelas tokoh media di Dataran Tinggi Gayo itu.

Begitu melewati jembatan Uning, arus mulai deras. Perahu yang kami tumpangi seperti terangkat-angkat, terlempar ke kiri dan ke kanan. River guide berteriak memberi petunjuk agar kami tidak terpental dari perahu. Sangking seru ditambah rasa takut, kami pun ikut berteriak sekeras-kerasnya.

Berada di permukaan sungai yang bergolak itu, kurang lebih selama setengah jam. Arus deras ditambah sejumlah jeram dan bebatuan besar baru berakhir setelah kami melewati celah sempit bernama Berawang Mujin.

Setelah itu, kami memasuki kawasan dengan permukaan airn yang lebih tenang. Ada perasaan lega. Gelegak adrenalin  mulai menurun. Tanpa disadari, timbul keinginan untuk mengulang kembali serunya melintasi arus deras berkategori grade 3 itu.

Keinginan untuk mengulangi itu bukan berasal dari saya, tetapi dari isteri dan anak-anak. Rupanya, mereka benar-benar bisa menikmati wisata adventure pada hari itu.

"Liburan berikutnya akan kita coba lagi. Hari ini masih banyak wisatawan lain yang antri, mereka sudah beli tiket," hibur saya.

Wisatawan sedang antri ngarung jeram di Lukup Badak, Takengon, Aceh Tengah (Foto: Dokumen Pribadi)
Wisatawan sedang antri ngarung jeram di Lukup Badak, Takengon, Aceh Tengah (Foto: Dokumen Pribadi)
Begitulah serunya arung jeram di Takengon. Penasaran ingin mencoba? Saat Libur Tahun Baru 2019 silahkan berkunjung deh. Cara menuju ke lokasi arung jeram ini tergolong mudah, letaknya masih dalam kawasan kota Takengon.

Bagi mereka yang berada dalam Provinsi Aceh sudah familier dengan kota Takengon. Sedangkan mereka dari luar Provinsi Aceh, perjalanan ke kota Takengon dapat ditempuh menggunakan bus umum atau pesawat udara.

Apabila menggunakan pesawat udara, setiap hari (pukul 08.00 WIB) ada penerbangan tetap dari Bandara Kualanamu (KNO) menuju Bandara Rembele (TXE) Takengon. Jarak tempuhnya hanya 55 menit menggunakan pesawat ATR-600 Wing Air.

Harga tiketnya murah koq, hanya Rp 400 ribuan, bisa dipesan via aplikasi Pegipegi. Penginapan di Takengon cukup memadai, mulai dari hotel bintang dua sampai homestay tersedia. Pokoknya lengkap.

Begitu turun Bandara Rembele (TXE) tersedia airport bus yang akan mengantar anda ke Terminal Bus Paya Ilang, Takengon. Apabila menumpang bus umum, perhentian terakhir juga di terminal tipe A ini.

Dari terminal yang bersebelahan dengan pasar rakyat itu, anda tinggal menumpang becak (angkutan roda tiga). Minta diantarkan ke lokasi arung jeram Lukup Badak. Paling lama 20 menit kemudian, anda sudah berada di homebase arung jeram tersebut.

"Kalau anggota rombongannya diatas 20 orang, kami siap menjemput mereka ke Bandara Rembele," tegas Khalisuddin.

Bagaimana cara menghubungi pengelola arung jeram ini? Silahkan kontak via WA atau handphone ke nomor 0852 1333 0773. Boleh juga kunjungi situs mereka atau via google maps ketik Wisata Arung Jeram Lukup Badak Aceh Tengah.

Berminat? Tidak ada salahnya untuk mencoba. Usai ngarung jeram, anda bisa menikmati secangkir espresso atau americano panas berbahan baku kopi Gayo asli di homebase arung jeram itu. Ingin makan ikan panggang, itu pun ada disana.

Ini video saat-saat serunya arung jeram di Sungai Pesangan:


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun