Dalam foto itu, terlihat sejumlah serdadu Belanda berpose dengan latar belakang Masjid Tuha Indrapuri. Uniknya, bentuk masjid itu persis seperti bentuknya pada saat ini. Hanya saja, atapnya pada saat itu bukan seng tetapi atap daun rumbia (daun pohon sagu) bersusun sirih.
Masjid Tuha Indrapuri ini berukuran 18,8 meter x 18,8 meter. Posisinya berada diundakan keempat atau puncak benteng. Konstruksinya terbuat dari kayu, tidak memiliki jendela, tetapi dikelilingi oleh tembok setinggi 1,5 meter.
Uniknya, tembok tersebut tidak menyokong atap. Namun, diantara tembok dan atap ada ruang terbuka sekitar 50 cm. Ruang itu sepertinya berfungsi semacam jendela untuk memantau keadaan disekeliling benteng atau masjid.
Bukan hanya tidak ada jendela, Masjid Tuha Indrapuri juga tidak memiliki daun pintu. Jalan masuk kedalam masjid ini berupa tembok terputus di bagian timur masjid.
Disisi utara ada juga tembok terputus, sepertinya itu jalan menuju ke menara ukuran 3 meter x 3 meter. Menara itu tempat beduk diletakkan, dan tempat muazzin mengumandangkan azan.
Singkat cerita, masjid yang terletak di pasar lama Indrapuri, disebelah utara aliran sungai Krueng Aceh itu, benar-benar unik dan antik.
Saran saya, bagi mereka yang berkunjung ke Banda Aceh, sempatkan waktu untuk berziarah ke masjid yang penuh sejarah dan semangat patriotik para pejuang Aceh.
Bagi mereka yang belum berkesempatan berkunjung ke Masjid Tuha Indrapuri, dapat menyaksikan Vlog berikut ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H