Lokasi mana yang anda pilih untuk menghabiskan libur lebaran 2017? Jawabannya pasti banyak dan beragam. Bagi mereka yang tidak mudik, biasanya memilih tetap di rumah, silaturahmi ke rumah tetangga, atau mengunjungi obyek wisata baru.
Benar, dari pada bosan di rumah, saya dan keluarga memilih alternatif ketiga. Mengunjungi obyek wisata baru. Masalahnya, saya sudah pernah mendatangi sebagian besar obyek wisata yang terdapat di Dataran Tinggi Gayo. Makanya kali ini mencari obyek wisata baru yang penuh tantangan.
Ambisi saya, memang berpetualang ke obyek wisata baru yang penuh tantangan. Kemudian, mengulasnya melalui tulisan, menceritakan suka duka dan cara mudah menuju ke tempat itu. Terbukti, beberapa tulisan saya tentang petualangan ke sebuah obyek wisata, ternyata dapat memandu para pengunjung berikutnya.
Kali ini, lokasi mana yang akan saya pilih demi mewujudkan ambisi itu? Saya teringat ulasan Lintasgayo.co sebuah media online terpopuler di Dataran Tinggi Gayo. Ulasan tanggal 28 Juli 2015 itu mengupas tentang air terjun dengan judul tulisan "Tensaran Reje Ilang, Keindahan Tersembunyi di Rerimbunan Durian Timang Gajah."
Petualangan
Lebaran kedua, Senin (26/6/2017), saya mengajak keluarga memulai petualangan ke obyek wisata baru, sebuah air terjun di tengah belantara Kabupaten Bener Meriah. Awalnya mereka ragu-ragu, karena belum terpetakan jalan menuju ke sana. Setelah diskusi panjang, akhirnya mereka setuju dengan alasan ingin mengenal obyek wisata tersebut.
Memang jalan menuju ke lokasi itu sama sekali "gelap" bagi saya. Media online Lintasgayo.co hanya memberi sedikit petunjuk, lokasinya di Meriah Jaya, Digul, Kabupaten Bener Meriah. Untuk memastikan titik lokasi dan jalan menuju ke sana, saya mencari bantuan Google Maps.
Dalam Google Maps memang ada ditandai lokasi Air Terjun Reje Ilang, namun tidak ada petunjuk yang tepat untuk jalan menuju ke sana. Dengan modal nekat, siang itu kami sekeluarga sepakat berangkat menuju ke lokasi air terjun tersebut.
Sekitar pukul 13.00 WIB, kami sudah tiba di Simpang Digul Timang Gajah, 31,6 Km dari kota Takengon. Saya belokkan mobil ke kiri, menuju Desa Meriah Jaya. Nuansa jalan ini cukup teduh, karena melewati hutan durian dan kebun coklat. Sayang, pohon durian di sana belum berbuah.
Minim Petunjuk Arah
Setelah menyetir sejauh 2,7 Km, kami sampai ke Simpang Ayun Bergang di depan komplek sebuah sekolah dasar, SDN Meriah Jaya. Di situ ada penunjuk arah, kami harus belok ke kanan melalui jalan perdesaan.
Sekitar 1 Km menjelang lokasi air terjun, saya bertemu sebuah persimpangan. Sebelah kiri jalan dengan perkerasan rabat beton, sedangkan di sebelah kanan dengan jalan aspal yang sudah mulai rusak.
Bingung! Saya coba buka Google Maps, sinyal sangat lemah. Mau bertanya kepada siapa? Di tengah kebun coklat itu sama sekali sepi, tidak ada seorang manusia pun.
Di tengah kebingungan itu, mata saya bertumpu ke sebuah papan kusam berukuran 10 cm x 30 cm. Pada permukaan papan yang sudah ditutupi ilang tersebut tertulis, "air terjun." Sudut yang diruncingkan mengarah ke jalan rabat beton, artinya: itulah jalan menuju lokasi air terjun.
Ini video petunjuk menuju ke lokasi air terjun:
Lebar jalan rabat beton itu sekitar 2 meter, cukup untuk bodi sebuah mobil. Seandainya berpapasan dengan mobil lain, kita tidak tahu harus mengelak ke arah mana. Berem kiri-kanan jalan dipenuhi tanaman coklat, dan tebing terjal.
Jalan Licin
Setelah menyetir sekitar 400 meter dari persimpangan tadi, saya bertemu dengan 3 orang remaja tanggung. Mereka sedang memperbaiki sepeda motornya.
"Benar ini jalan menuju ke lokasi air terjun?" tanya saya.
"Benar, Pak! Lanjut terus ke bawah. Di sana nanti banyak tempat duduk, di situlah lokasinya," jelas remaja itu.
Kami melanjutkan perjalanan melalui jalan rabat beton, makin lama makin menurun. Saya sempat merasakan badan mobil beberapa kali bergeser. Itu pertanda permukaan jalan cukup licin.
Seandainya siang itu turun hujan, alamat mobil yang kami tumpangi akan tergelincir. Bahkan bisa terperosok kedalam jurang yang penuh tanaman cokelat. Sebaiknya, gunakan sepeda motor untuk menuju ke lokasi ini.
Akhirnya, sampai juga ke lokasi air terjun. Kami disambut oleh sebuah spanduk yang berbunyi, "Selamat Datang di Taman Wisata Alam Air Terjun Reje Ilang." Seorang lelaki paruh baya berbaju merah, mengarahkan mobil ke lokasi parkir.
"Cukup nekat bapak naik mobil ke tempat ini," kata petugas parkir itu.
Lokasi ini dibuka setiap hari, mulai pukul 09.00 - 17.00 WIB. Berapa tarif masuk ke tempat ini? Setiap orang dipungut Rp 3000, parkir kenderaan roda 4 dipungut Rp 10.000, dan parkir kenderaan roda 2 dipungut Rp 5.000.
Eksotis
Air terjunnya di mana? Tidak jauh dari tempat parkir itu. Sekitar 500 meter berjalan kaki melalui jalan setapak, di antara tebing terjal dalam hutan hujan tropis. Jalannya menurun, lalu mendaki, kemudian menurun kembali. Tubuh terseok-seok, dan lutut serasa copot. Keringat bercucuran membasahi wajah dan kemeja baru.
Kurang lebih 30 menit berjalan kaki, saya mulai mendengar suara gemuruh air. Dari celah pohon dan dedaunan, terlihat butiran air jatuh dari tebing yang cukup tinggi. Saya setengah berlari mendekat ke lokasi air terjun itu, semata-mata ingin memenuhi gejolak rasa ingin tahu.
"Eksotis!" pekik saya manakala melihat air terjun itu dari posisi yang lebih dekat. Rasa lelah hilang sama sekali, berganti dengan energi dan semangat.
Bagaimana tidak, di sebalik air terjun itu terlihat beberapa orang sedang selfie. Ada yang sedang makan dan minum. Beberapa orang lagi sedang rehat di atas bangku bambu.
"Masa sih mereka tidak basah?" bisik hati saya.
Ternyata, di balik air terjun itu ada ceruk yang tidak terkena empasan air. Pengunjung bisa lalu lalang di dalam ceruk tersebut. Dan, di sanalah tempat para pengunjung menikmati keindahan butiran air yang jatuh dari tebing berketinggian 30 meter.
Satu lagi ambisi saya untuk berbagi kisah petualangan dapat terwujud. Sebagai oleh-oleh, saya sempat merekam momen penting dalam petualangan ke lokasi air terjun paling eksotis di Aceh. Ini videonya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H