Honda Vario 150 eSP warna putih paling laris di Aceh Tengah [Foto: dokpri]
Aceh Tengah, sebuah kabupaten yang dipenuhi dengan tanaman kopi arabika. Sejauh mata memandang, mulai dari kaki bukit sampai ke bahu-bahu gunung, hanya terlihat hamparan tanaman kopi. Diantara hamparan itu, terlihat jalan setapak sebagai penghubung antar ladang milik warga. Jalan itu cukup kecil, permukaannya tanah dan kerikil, tetapi sangat memadai untuk dilalui oleh sebuah sepeda motor.
Jangan terkejut, apabila dari rerimbunan pohon kopi itu menyeruak sebuah sepeda motor. Pada sadel belakangnya teronggok karung berisi buah kopi merah yang baru dipetik, sementara dicelah depan dekat kaki si pengemudi, ditempatkan sayur-sayuran. Sekilas, sepeda motor itu persis “truk mini,” sebuah kenderaan multi fungsi yang mengangkut hasil panen dari ladang yang tersebar di bahu-bahu gunung.
Sebelum sepeda motor dapat dibeli semudah membeli “pisang goreng,” para petani harus memanggul hasil panen dari ladang sampai ke rumah. Bayangkan, betapa sedikitnya hasil panen yang mampu diangkut, dan betapa lelahnya para petani. Kini, setelah kehadiran Honda [sebutan para petani untuk semua jenis sepeda motor], para petani sangat terbantu baik dalam menyambangi, maupun mengangkut hasil panen dari ladang mereka.
Selamat [53], seorang petani yang tinggal di kota Takengon menuturkan pengalamannya menunggangi Vario 150 Sempurna. Bagaimana kisahnya? Setiap hari, lelaki beranak empat ini menyambangi ladangnya di bahu Gunung Pepanyi, Kute Panang, sekitar 15 Kilometer dari kota Takengon. Sebelumnya, kenderaan yang digunakan Selamat adalah sepeda motor Honda GL Pro keluaran tahun 1990-an. Bertenaga memang, tetapi boros bahan bakar, dan terbatas tempat untuk mengangkut hasil panen.
Sebulan lalu, Selamat menjual sepeda motor Honda GL Pro kepada seorang petani di Kute Panang. Uang hasil penjualan sepeda motor itu akan digunakan sebagai uang muka membeli sepeda motor baru. Kemudian, dia mendatangi dealer resmi Honda, Capella Dinamik Nusantara yang berada di Jalan Lebe Kader Takengon. Setelah melihat dan tanya ini-itu, sales menyarankan sebuah produk terbaru, Honda Vario 150 eSP.
“Ah, masa honda cup untuk ke ladang,” sanggah Selamat seperti dituturkannya kepada saya.
“Ini mesinnya hebat 150 cc, tenaganya sama seperti Honda GL Pro. Banyak petani yang sudah mengambil Honda Vario 150 eSP. Sampai hari ini belum ada yang mengeluh,” kata sales itu meyakinkan Selamat.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Selamat memutuskan untuk memilih Honda Vario 150 eSP sebagai kenderaannya. Dia membayar uang muka sebesar Rp 4,5 juta, dan memilih angsuran sebesar Rp 894 ribu per bulan untuk jangka waktu 36 bulan. Sejak hari itu, Selamat sah sebagai penunggang Vario 150 Sempurna, sepeda motor multifungsi yang akan menjelajahi ladang kopinya dibahu Gunung Bur Pepanyi, Kute Panang, Aceh Tengah. Selamat pun bisa menikmati kesempurnaan berkendara bersama Honda Vario 150 eSP.
“Tenaganya bagaimana?” tanya saya.
“Tidak beda jauh dibandingkan GL Pro, tapi Honda Vario ini irit BBM,” jelas Selamat.