Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sate Gurita Sabang: Potensi Pariwisata Kuliner di Aceh

20 April 2016   00:41 Diperbarui: 20 April 2016   00:58 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Mari rayakan Sabang Marine Festival [Foto: Disbudpar Aceh]"][/caption]Sabang, sekeping tanah surga yang "jatuh" di ujung paling barat Indonesia. Tanah surga yang akan menyisakan kekaguman bagi siapa saja yang pernah berkunjung kesana. Dan, tanpa disadari decak kagum akan terucap dari mulut mereka. 

Baik terhadap keindahan flora fauna yang terdapat  didalam laut berair jernih itu, terhadap bangunan tua yang terjaga keasliannya, terhadap hutan hujan tropis yang tetap lestari memayungi tanah Sabang, terhadap warganya yang peramah, dan “ngiler” akan kulinernya yang spesifik. Semua kekaguman itu akan mendorong setiap orang yang pernah berkunjung kesana, pasti ingin kembali lagi ke tanah surga ini.

Pulau yang dihuni oleh 32 ribu jiwa lebih ini diapit oleh Samudera Hindia dan Selat Malaka, serta berbatasan langsung dengan Kepulauan Nicobar di Selat Benggala [India]. Luas pulau yang oleh Ptolomacus, ahli ilmu bumi Yunani, [pernah mendarat di Sabang tahun 301 sebelum Masehi] disebut Pulau Emas, mencapai 153 Km² yang terletak pada koordinat 05⁰ 46’ 28” – 05⁰ 54’ 28” Lintang Utara (LU) dan 95⁰ 13’ 02” – 95⁰22’ 36’ Bujur Timur (BT).

Sejak dahulu kala, Pulau Sabang yang memiliki pelabuhan alam paling eksotik, sering disinggahi oleh para pelaut internasional. Pulau ini layaknya serambi nusantara, tempat para pelaut istirahat sebelum melanjutkan pelayaran mengarungi Selat Malaka atau Samudera Hindia. Sambil istirahat, mereka menambah pasokan air bersih, batu bara, makanan dan berbagai kebutuhan selama berlayar.

Memang, setelah mesin penggerak kapal berganti dari mesin uap dengan bahan bakar batubara ke mesin diesel berbahan bakar solar, berkurang jumlah kapal yang bersandar di pelabuhan Sabang. Berkurangnya jumlah kapal yang bersandar bukan berarti menurunnya jumlah kunjungan orang ke tanah surga ini.

[caption caption="Media yang sangat membantu wisatawan dalam menikmati keindahan Pulau Sabang [Foto: dokpri]"]

[/caption]

Orang tetap datang silih berganti dengan berbagai kepentingan, mulai dari pedagang yang memanfaatkan posisi Sabang sebagai pelabuhan bebas di era tahun 1970-an, dan sekarang para wisatawan yang ingin menikmati eksotika alam bawah lautnya. Pendeknya, Sabang tetap menjadi primadona disetiap era. Bahkan akhir-akhir ini, Sabang menjadi salah satu destinasi wisata pilihan di Indonesia, terutama setelah sejumlah fasilitas dipersiapkan untuk menampung gelombang kunjungan wisatawan.

Obyek wisata apa saja yang wajib dikunjungi selama berada di Sabang? Saat menjejakkan kaki di tanah surga ini, kita akan menemukan peta Pulau Sabang yang dipajang diberbagai tempat strategis. Peta itu berisi lokasi obyek wisata, secara tidak langsung “menghimbau” wisatawan untuk mengunjungi tempat-tempat eksotis tersebut. Memang, apabila belum mengunjungi tempat eksotis itu sama dengan belum pernah menjejakkan kaki di Pulau Sabang.

Tempat eksotis paling diminati wisatawan adalah snorkeling dan diving di Iboih, baik di Pantai Teupin Sirkui, Pantai Pulau Rubiah dan Pantai Gapang. Disana, kita bisa menikmati dinginnya air laut serta keindahan flora fauna didalamnya, termasuk bertemu dengan Nemo, si ikan bertubuh oranye berbalut belang putih. Puas menikmati keindahan alam bawah laut, kita bisa melanjutkan perjalanan ke kilometer nol. Jaraknya dari Iboih sekitar 3 kilometer, kalau dari pusat Kota Sabang sekitar 29 kilometer. Di tugu ini, kita akan memperoleh sertifikat yang ditandatangani oleh Walikota Sabang, sebagai bukti telah berkunjung ke kilometer nol.

Pulang dari kilometer nol, kita masih sempat menikmati sunset di Sabang Hill, sekitar 2 kilometer dari pusat kota, yaitu di sisi kanan Teluk Sabang. Jangan lupa, sebelum menuju ke Sabang Hill, mampir dulu ke jalan Teuku Umar. Disana, didepan Hotel Kartika ada Siti Halimah [36], seorang penjual sate gurita. Perempuan berkulit hitam manis itu mengaku sudah hampir sepuluh tahun berjualan sate gurita. Dialah orang pertama yang memperkenalkan sate goyang lidah ini yang kemudian menjadi ikon wisata kuliner dari Sabang.

[caption caption="Siti Halimah, penjual sate gurita di Jalan Teuku Umar Sabang [Foto: dokpri]"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun