Keterangan foto: Siti Halimah didepan gerobak sate gurita {Foto: dokpri]
Belum sah berkunjung ke Provinsi Aceh sebelum menjejakkan kaki di kilometer nol, di Kota Sabang. Itu sangat benar, karena titik terbarat Indonesia berada di pulau terluar tersebut. Sekarang, bertambah satu istilah lagi, “anda belum dipercaya pernah datang ke Sabang sebelum menyicipi sate gurita.”
Begitulah kata Siti Halimah [36], seorang penjual sate gurita di pinggir jalan Teuku Umar, di depan Hotel Kartika Sabang, akhir Desember 2015 lalu. Perempuan berkulit hitam manis itu mengaku sudah hampir sepuluh tahun berjualan sate gurita. Dialah orang pertama yang memperkenalkan sate penyebab lidah terus bergoyang, karena keasyikan mengunyah daging gurita.
Pada awal membuka usaha itu, masih jarang yang menyukai sate gurita buatan Siti Halimah. Selain dagingnya cukup alot, konsumen juga masih ragu-ragu menyicipi hewan air bertentakel panjang itu. Membayangkan gurita, persis seperti hewan “horor,” terutama karena tentakelnya yang bisa memegang benda-benda disekitarnya.
“Saya pernah nonton tivi yang menyiarkan resep alami mengolah daging gurita agar empuk,” ungkap Siti Halimah.
Setelah memperoleh rahasia [resep alami] untuk mengempukkan daging gurita, dagangan Siti Halimah makin laris. Selain harganya yang cukup murah, hanya Rp 10 ribu per porsi [5 tusuk sate dengan rasa bumbu Padang atau kacang]. Rasanya sangat maknyus! Manis, dagingnya tidak alot, empuk seperti daging cumi-cumi.
Kini, kuliner sate gurita sangat disukai. Malah sudah menjadi ikon kedua Kota Sabang setelah Kilometer Nol. Jangan heran, wisatawan yang berkunjung ke Kota Sabang, pasti akan mencari sate gurita. Kenapa? Rasa daging gurita yang dilabur bumbu sate serasa masih melekat dilangit-langit rongga mulut kita.
Tingginya permintaan sate daging gurita, tak ayal usaha ini terus berkembang pesat. Kini, bukan hanya Siti Halimah yang berjualan sate gurita, tetapi telah menginspirasi beberapa pedagang sate lainnya. Jangan heran, hampir di setiap sudut Kota Sabang dapat ditemukan penjual sate gurita. Bagaimana rasanya?
Saya baru dapat merekomendasi rasa sate gurita buatan Siti Halimah. Lantaran, saya pernah mencicipi sate buatan perempuan itu. Makanya, rekomendasi untuk rasa, keempukan daging gurita, bumbu dan penyajian, saya beri dua jempol.
Sepertinya, bukan saya saja yang merekomendasi sate gurita Siti Halimah. Buktinya, pembeli sudah antri sejak perempuan itu mulai memajang tusuk sate di etalase gerobak dorongnya. Belum yakin? Silahkan berkunjung ke Sabang, dan cicipi sate gurita di jalan Teuku Umar itu sambil menikmati Kota Sabang dimalam hari. Selamat mencoba...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H