Sejak tanggal 14-18 Desember 2015, sejumlah orang berdatangan ke Kota Sabang. Kehadiran mereka ke kota paling barat di Indonesia itu untuk mengikuti dan menyaksikan Kejuaraan Catur Terbuka Nasional Piala Walikota Sabang 2015. Even langka ini menyedot perhatian publik catur karena hadirnya 2 orang grand master [GM], 2 orang internasional master [IM], 1 orang FIDE Master [FM], 6 orang master nasional [MN] dan 68 orang non-master. Para pecatur yang akan bertarung di lantai IV kantor Walikota Sabang itu berasal dari berbagai daerah, antara lain dari Jabar, Kaltim, Sulbar, Jatim, Jakarta, Riau, Sumut, Jateng, dan Aceh.
Kejuaraan catur dengan sistem Swiss 9 babak ini menyediakan hadiah menggiurkan. Pemenang pertama disediakan Rp 15 juta plus trophy, kedua Rp 12 juta plus trophy, ketiga Rp 8 juta plus trophy. Untuk urutan keempat disediakan hadiah hiburan sebesar Rp 5 juta, keenam Rp 2 juta. Mereka yang berada diurutan 7-10 juga diberi hadiah, masing-masing mendapat Rp 1,5 juta. Juga untuk urutan 11-15 disediakan hadiah masing-masing Rp 1 juta, urutan 16-20 masing-masing memperoleh Rp 750 ribu, dan urutan 21-30 disediakan hadiah masing-masing Rp 500 ribu.
Setelah “adu akal” selama lima hari, akhirnya kejuaraan catur ini mengantarkan GM Susanto Megaranto [Jabar] dengan poin 7½ sebagai juara pertama, FM Hamdani Rudin [Kaltim] dengan poin 7½ sebagai juara kedua, dan IM Irwanto Sadikin [Jabar] dengan poin 7 sebagai juara ketiga.
Sementara di posisi keempat ditempati Hunter Chalid [Aceh] dengan poin 7, tempat kelima MN M. Johan [Sulbar] dengan poin 6½, tempat keenam IM Salor Sitanggang [Jatim] dengan poin 6½, tempat ketujuh IM M. Ivan Situru [PB Percasi] dengan poin 6, tempat kedelapan GM Ardiansyah [Riau] dengan poin 6, tempat kesembilan Musliadi [Aceh] dengan poin 6, dan tempat kesepuluh MN Ahmad Muslim [Aceh] dengan poin 6.
Pertarungan paling mengejutkan terjadi dibabak kesembilan antara GM Ardiansyah [Riau] vs Hunter Chalid [Aceh]. “Adu akal” yang nyaris menghabiskan waktu tiga jam itu menyedot perhatian penonton. Kenapa? Lantaran Hunter Chalid pecatur non master asal Aceh yang duduk dimeja keempat sedang menekan posisi bidak-bidak GM Ardiansyah. Tekanan yang dilakukan Hunter Chalid benar-benar menyulitkan posisi bidak GM Ardiansyah, akhirnya GM senior ini menyerah dengan merebahkan Raja hitam.
Bersamaan dengan itu, suasana haru memenuhi seluruh ruang aula kantor Walikota Sabang itu. Sore itu menjadi hari bersejarah bagi Hunter Chalid dan dunia catur Aceh, lantaran seorang pecatur non master berhasil mengalahkan seorang GM.
Selain kejutan itu, Kejuaraan Catur Terbuka Nasional Piala Walikota Sabang 2015 juga menyisakan peristiwa lucu. Penulis yang hadir disana sejak babak pertama sampai babak kesembilan, menyaksikan berbagai tingkah aneh dari para pecatur yang kalah. Ada seperti orang linglung, ada yang bicara sendiri, bahkan ada yang termenung sambil menghitung asbes dilangit-langit aula kantor Walikota Sabang itu.
Salah seorang pecatur paruh baya bercerita kepada penulis tentang posisi bidaknya yang sudah unggul, tetapi dia heran kenapa bisa kalah. Berulang-ulang lelaki itu mengutak-atik bidaknya sambil berbicara sendiri. Sesekali, jemarinya mengurut kening yang berpeluh. Lalu, dia melepaskan pandangan sejenak ke langit-langit ruangan itu, seolah-olah sedang menghitung langkah bidak. Kembali lagi lelaki itu mengutak-atik ulang bidak. Pekerjaan itu bukan hanya di arena pertandingan, sesampai di penginapan, lelaki itu masih terus mengulas partai kalah itu hingga larut malam.
“Hal seperti itu masih normal. Ada pecatur merendam kepalanya kedalam bak mandi karena kalah, kemudian mondar-mandir keluar masuk penginapan sampai pagi,” ujar MN Irwandi [elo 2171], pecatur asal Aceh Tengah yang berhasil meraih posisi ke-15 dalam kejuaraan itu.
Penulis juga menemukan seorang pecatur yang kelaparan lantaran belum makan selama dua hari. Dia adalah seorang lelaki paruh baya, pekerja serabutan asal sebuah kabupaten di Aceh. Dia datang ke Sabang dengan modal pas-pasan, dengan harapan akan meraih hadiah besar.
Setelah “adu akal” selama lima hari di papan catur, ternyata poin lelaki paruh baya itu tidak beranjak dari urutan buncit. Jangankan membawa pulang hadiah, KTP dan SIM sudah terlanjur dijaminkan ke warung nasi. Sampai hari terakhir itu, tidak ada lagi benda yang bisa dijaminkan lelaki itu. Dia benar-benar kelaparan, kue yang tersisa dalam kotak milik panitia dikunyahnya untuk menahan rasa lapar.
“Kapan rencana pulang?” tanya saya.
“Belum bisa pulang, cari kerja dulu. Saya perlu uang untuk menebus KTP dan SIM,” jawab lelaki paruh baya bertopi warna khaki itu.
“Mau kerja apa di Sabang?” tanya saya penasaran.
“Apa aja, mungkin buruh bangunan,” jawab lelaki itu.
*) Keterangan Foto Utama: melongok pertandingan alot antara MN Irwandi versus GM Susanto Megaranto pada Kejuaraan Catur Terbuka Nasional Piala Walikota Sabang 2015 [foto: dokpri].
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H