Makanya, mereka memilih menyimpan uang dibawah lipatan baju. Kapan diperlukan, uang itu bisa langsung diambil. Sebulan sekali, uang itu dikirim via bus umum untuk anaknya di Banda Aceh. Bersamaan dengan itu, Salily juga bisa mengirim beras, sayuran, ikan kering dan penganan. Esok hari, anak-anaknya dapat mengambil kiriman itu di stasion bus yang berada dipinggir Sungai Krueng Aceh, Banda Aceh.
Salily masih ingat, 15 hari menjelang meninggal dunia, suaminya berpesan: “pandai-pandailah mengatur biaya untuk anak-anak, berhemat, supaya mereka semua bisa sekolah.” Pesan itu dipegangnya kuat-kuat, berhemat menjadi kata kunci dalam mengatur biaya hidup dan merencanakan pendidikan. Salah satu cara berhemat, setiap bulan selalu mengirim sayuran dan beras untuk anak-anaknya yang sedang kuliah di Banda Aceh.
Dengan cara itu, dia sudah berhasil menghemat sebagian besar biaya hidup anak-anaknya. Uang hasil penghematan itu digunakan untuk biaya pendidikan anak yang lain. Syukurnya, kedelapan anaknya memahami kesulitan Salily, sehingga mereka tidak meminta barang konsumtif atau barang yang tidak terkait dengan pendidikan.
Merencanakan pendidikan anak ala Salily sangat sederhana, tetapi berhasil mengantar putra-putrinya mengecap bangku perguruan tinggi. Buktinya, Fadilah dan Zulkifli, anak pertama dan kedua berhasil lulus S-1 dari IAIN Ar Raniry Banda Aceh. Putri ketiga, Radiah, lulus S-1 dari Universitas Gajah Putih Takengon. Kasturi, putri keempatnya lulusan D-3 Kebidanan, sedangkan putra kelimanya, Munawardi lulusan D-IV perikanan. Putri keenam dan ketujuh, Sri Rezeki dan Sri Nikmah, lulusan D-3 Kebidanan. Si bungsu, Mude Angkasa, lulusan S-1 Ekonomi dari Universitas Gajah Putih.
Atas sukses besar itu, Salily diberi penghargaan oleh Bupati Aceh Tengah Syahbuddin BP, sebagai “Ibu Teladan” pada peringatan Hari Ibu Ke-78, 22 Desember 2006. Piagam penghargaan itu dipajangnya diantara foto anaknya yang menggunakan toga sarjana. Pajangan foto-foto itu bagaikan “obat penawar” yang membuat perempuan tua itu sehat dan bugar sampai usia senja.
“Tidak terbayangkan, bagaimana mereka bisa sekolah sampai ke perguruan tinggi,” ungkap Salily, nenek dari 12 cucu itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H