Keterangan Foto: warung penjual bubur kanji dan mie kocok di Lampoh Saka, Pidie.
Pernah berkunjung ke Aceh? Belum sempurna kunjungan anda sebelum mencicipi secangkir kopi arabika Gayo, dan seporsi ie bu kanji [bubur asli Aceh]. Itulah dua jenis kuliner spesifik Aceh dengan cita rasa paling unik. Kuliner ini menjadi daya tarik provinsi paling barat Indonesia ini, sehingga mereka yang pernah menjejakkan kaki di Aceh, pasti ingin kembali lagi.
Dewasa ini, barangkali kopi arabika Gayo sudah mudah ditemukan. Bisa dipesan langsung kepada beberapa coffee roaster di Takengon Aceh Tengah. Belum berkesempatan, silahkan kunjungi gerai-gerai khusus di sejumlah kota di Indonesia. Disana ada cafe lokal, ada juga cafe internasional yang menyediakan minuman kopi dengan berbagai varian. Biasanya, mereka juga menjual roasted coffee dan bubuk kopi arabika Gayo.
Sedangkan ie bu kanji atau bubur kanji Aceh, belum seterkenal kopi arabika Gayo. Popularitasnya masih jauh dibawah bubur Manado. Di Aceh sendiri, bubur ini jarang dijual pada hari-hari biasa, kecuali khusus dibuat untuk penganan berbuka puasa. Wajar apabila tidak ditemukan dalam daftar menu restoran maupun pusat kuliner di Indonesia.
Entah lantaran ingin mengejar popularitas bubur Manado, beberapa pedagang kuliner di Aceh mulai memperkenalkan bubur kanji Aceh. Kehadiran mereka di pasar kuliner telah berhasil memenuhi selera penggemar bubur kanji Aceh. Sepengetahuan saya, penjual bubur kanji Aceh yang setiap hari buka berada di Lambaro Banda Aceh dan di Lampoh Saka, Kabupaten Pidie.
Sekarang, apabila ingin menikmati bubur kanji Aceh, tidak perlu lagi harus menunggu datangnya bulan Ramadhan. Datangi saja tempat itu, pesan seporsi bubur kanji Aceh, kurang dari lima menit sudah terhidang secambung bubur panas. Dari asap yang mengepul, hidung kita bisa mencium aroma rempah-rempah, daging, udang dan daun seledri.
Minggu lalu, [27/9/2015], sepulang liburan Idul Adha dari Banda Aceh, saya mampir ke warung penjual mie kocok dan bubur kanji di Lampoh Saka, Pidie. Jaraknya dari Banda Aceh ke depan warung bubur kanji ini sekitar 121 Km, berada pada sebuah ruko tepat di kiri jalan nasional Banda Aceh-Medan. Di dinding sebelah barat ruko dipajang sebuah spanduk besar bertuliskan “Kanji dan Mie Kocok.”
Didepan ruko itu berjejer mobil dan sepeda motor para pelanggan yang sedang menyantap kuliner spesifik itu. Semua meja disana berisi orang-orang yang sedang menyantap bubur kanji dan mie kocok. Sangking padatnya, akhirnya saya kebagian meja di emperan ruko, menyenangkan juga karena ada angin berhembus dan bebas memandangi arus lalu lintas di jalan nasional.
Saya langsung memesan ie bu kanji istilah bahasa Aceh untuk bubur kanji, sedangkan isteri dan si bungsu memesan mie kocok. Tidak lama kemudian, didepan saya sudah tersaji secambung bubur kanji Aceh. Masih panas, asap mengepul menebarkan aroma rempah-rempah khas, mirip aroma bumbu dalam mie Aceh. Diatas permukaan bubur, dibubuhi udang kering dan bawang goreng, serta daun seledri.
Sendok pertama berisi bubur kanji Aceh menyentuh lidah saya, rasanya sangat istimewa, meunyum bahasa Aceh-nya. Rasa merica sangat kentara, ditambah rasa rempah-rempah lain seperti ketumbar, kayu manis, cengkeh, lengkaplah rasa itu sebagai pemancing selera. Bubur kanji makin maknyus ketika ada rasa daging dan udang, inilah unsur protein dalam kuliner khas ini.
Sepertinya, bubur ini sangat cocok sebagai sarapan pagi, selain mengenyangkan juga mudah dicerna oleh usus. Apalagi jika ditemani secangkir kopi arabika Gayo, tentu sarapan dengan bubur kanji makin sempurna. Harga bubur kanji Aceh tidak terlalu mahal, hanya Rp 10 ribu per porsi. Ingin mencoba? Silahkan mampir ke Lampoh Saka, Kecamatan Pekan Baro, Pidie.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H