Keterangan foto: Iwan Bahagia dan sertifikat dari Bupati Aceh Tengah Nasaruddin sebagai bentuk apresiasi atas karya-karyanya.
“Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi.” Begitulah kata William Shakespeare, sastrawan terkenal asal Inggris. Silahkan Shakespeare berkata “Apalah arti sebuah nama?”
Bagi orang tua Iwan Bahagia, nama adalah doa, bukan tanpa arti. Nama Iwan Bahagia bukan sekedar nama, ada sebuah harapan disana. “Iwan” dalam bahasa Gayo berarti “didalam.” Sedangkan Bahagia, seperti tercantum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan).”
Secara lengkap, orang tua sineas muda ini berharap Iwan Bahagia selalu dalam keadaan atau perasaan senang dan tenteram, bebas dari segala yang menyusahkan. Benarkah penampilannya seperti itu? Nyaris, meskipun sebagai manusia biasa, dia juga sering dirundung kesusahan.
Senin malam lalu, saat menerima sertifikat apresiasi sebagai sineas muda terproduktif dari Bupati Aceh Tengah Nasaruddin, dari gestur parasnya memang terlihat sangat senang dan sumringah. Untuk meraih rasa senang tidak memadai dengan nama yang bermakna doa, tetapi harus disertai perjuangan.
Doa tanpa perjuangan ibarat meminta tetapi menanti. Nama Iwan Bahagia, diberikan orang tuanya supaya dia tidak terus menerus dalam penantian. Dia harus kreatif dan produktif, barulah rasa senang bisa dicapai.
Apa usahanya untuk meraih rasa senang dan sumringah ketika menerima apresiasi itu? Iwan Bahagia telah menyutradarai sejumlah film dokumenter, diantaranya “Perempuan Kopi” dan “Demi 5 Liter Air.” Apa prestasinya? Film “Perempuan Kopi” berhasil meraih posisi sebagai film terbaik Aceh Documentary Competition (ADC) 2013.
Kemudian, para alumni ADC 2013 diberi kesempatan mengikuti Aceh Documentary Competition Sepecial Project (ADCSP) 2014, dia menyutradarai film “Demi 5 Liter Air.” Film ini dapat ditonton di link http://www.indonesianfilmcenter.com/pages/filmbox/filmbox.php?bid=7871
Siapakah lajang berwajah tampan ini? Lajang kelahiran Takengon 29 tahun lalu ini adalah seorang kompasianer, penyiar RRI, penulis, aktivis, dan semasa menjadi presiden mahasiswa STAI Gajah Putih Takengon aktif berdemo membela kepentingan publik. Kini, pemegang gelar S-1 prodi bahasa Inggris itu bercita-cita menjadi salah satu sineas ternama di tanah air.
Apresiasi yang diterima Iwan Bahagia pada malam resepsi Peringatan HUT Ke-70 RI di Takengon, direspon beragam oleh para netizen. Di laman FB, Irwansyah doank menulis: Lanjutkan, jgn pernah berhenti tuk berkarya..sobat.. Bahtiar Gayo menulis: berkarya itu wajib dan jangan lupakan juga sunnah nabi, enti jenyong lagu tolong. Hehehehehe;
Lalu Khairul Akhyar menulis: Sya juga mengapresiasinya. Syangnya msih sendiri berdiri didepan pelaminan. Seniman Fikar W Eda menulis: Selamat. Anak muda kreatif. Buge karya seneas gayo nguk kite nikmati ge. Malah seorang perempuan asal Bali Ni Nengah Sudiastrini menulis: Siap berkarya..