Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perempuan Penjahit Bendera Songsong 70 Tahun Kemerdekaan RI

28 Juni 2015   03:42 Diperbarui: 28 Juni 2015   03:42 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Masih ingat kisah seorang perempuan yang menjahit bendera pusaka, Sang Saka Merah Putih? Dia adalah Ibu Fatmawati, perempuan kelahiran Bengkulu 5 Februari 1923. Sang Saka Merah Putih yang dijahit Ibu Fatmawati, kemudian dikibarkan pada detik-detik  berlangsungnya upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jakarta, tanggal 17 Agustus 1945.

Menjelang peringatan Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 2015, ternyata Mak Rusydi (57) seorang perempuan asal Takengon Aceh Tengah, tengah meneruskan pekerjaan yang pernah dilakoni Ibu Fatmawati, 70 tahun lalu. Bedanya, Ibu Fatmawati menjahit Sang Saka Merah Putih untuk melengkapi upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Sebaliknya, Mak Rusydi  menjahit bendera dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan warga yang sebentar lagi akan merayakan 70 tahun Kemerdekaan Indonesia. Meskipun detik-detik peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2015 masih 50 hari lagi, tetapi perempuan ini sudah mulai menjahit bendera.

Perempuan ini meyakini bahwa peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun ini dibutuhkan bendera merah putih yang cukup banyak. Sebab, untuk memeriahkan 7 dekade Kemerdekaan Indonesia, warga pasti mengibarkan bendera di depan rumahnya. Warga tidak mungkin mengibarkan bendera kusam, mereka pasti akan mengibarkan bendera yang berwarna cemerlang selama sepekan.

Peluang inilah yang dibaca oleh Mak Rusydi. Disela-sela menjalani ibadah puasa, dia tidak beranjak dari depan mesin jahitnya. Satu persatu bendera merah putih dengan berbagai ukuran berhasil dijahitnya. Sehari, dia mampu menjahit 5 sampai 10 lembar bendera. Bagi Mak Rusydi, menjahit bendera lebih bermanfaat dari pada bergosip yang bisa membatalkan ibadah puasa.

Biasanya, bendera itu mulai dicari warga dua pekan menjelang hari H peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Seperti tahun lalu, ratusan lembar bendera terjual dalam waktu seminggu. Bendera itu dijualnya dengan harga bervariasi sesuai ukurannya, mulai dari Rp 50 ribu per lembar, sampai yang berharga Rp 100 ribu.

Pekerjaan menjahit bendera disepanjang Jalan Sudirman Takengon, ternyata mengundang perhatian warga. Sepulang membeli takjil buka puasa, warga sejenak berhenti disana untuk melihat keterampilan Mak Rusydi menjahit bendera. Bahkan para wisatawan mancanegara yang melintas disana sempat memotret aktivitas Mak Rusydi.

Begitulah kreativitas warga yang mampu membaca peluang usaha berdasarkan momentum sebuah upacara. Dengan selembar bendera, mereka akan memperoleh penghasilan yang lumayan besar. Semoga apa yang dilakukan Mak Rusydi dapat menginspirasi sosok yang lain, sehingga setiap momentum akan menambah penghasilan warga.

 Ini link gambar perempuan penjahit bendera tersebut: https://instagram.com/p/4cjVAfIb_Y/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun