[caption id="attachment_382417" align="aligncenter" width="576" caption="Bengkel tempat Fajar Siddiq membuat instrumen musik khas Aceh"][/caption]
Sosok kreatif dan inovatif, sepertinya tak kunjung habis dari bumi Indonesia. Mereka ada dimana-mana, termasuk dari sebuah rumah sangat sederhana. Disana tinggal sosok kreatif yang bernama Fajar Siddiq (40), seniman peniup serune kale sekaligus pengrajin instrumen musik khas Aceh. Sosok ini tinggal di perumahan yang dibangun oleh Sheikh Al Jabeir dari Kuwait, terletak di Lambaro, Banda Aceh.
Begitu kreatifnya, seniman ini membuat sendiri alat melinting rokok. Dengan alat itu, Fajar tidak pernah membeli rokok. Malah, setiap tamu yang berkunjung ke rumahnya, ditawarkan rokok kretek buatan lelaki beranak tiga itu.
Racikan rokoknya terdiri dari tembakau ditambah serpihan cengkeh. Kemudian, racikan tersebut dilinting dengan alat sederhana berupa sebilah papan dan plastik. Sekejap kemudian, jadilah sebatang rokok yang siap dinikmati. Dia berencana akan membuat cerutu Aceh sebagai salah satu oleh-oleh dari Tanah Rencong.
Sayangnya, kelebihan seniman serba bisa itu jarang diekspose oleh media mainstream. Media hanya mengenal sosok ini sebagai peniup serune kale, sementara kelebihan yang lain luput dari pantauan. Memang, Fajar Siddiq bersama isterinya sering tampil di acara-acara kebudayaan yang diselenggarakan Pemerintah Aceh dan lembaga pemerintahan lainnya.
Kemarin, Rabu (6/5/2015), penulis ditemani Joe Samalanga, seorang event organizer ternama di Aceh, berkunjung ke rumah Fajar Siddiq. Kedatangan kami ke rumah nomor 44 di Komplek Perumahan Sheikh Al Jabeir di Lambaro Banda Aceh bertujuan untuk membuktikan kabar selentingan tentang kelebihan seniman serba bisa itu.
Rupanya seniman serba bisa ini sudah menunggu kedatangan kami. Kami dipersilahkan masuk. Ruang tamunya tanpa sofa, hanya digelar selembar matras plastik. Kami duduk bersila sambil berbincang-bincang tentang berbagai hasil karyanya.
Sambutan seorang seniman serba bisa ini sungguh berbeda. Dia menyambut kami dengan sebatang rokok kretek hasil racikannya. Dia melinting rokok itu didepan kami. Selain itu, diperlihatkan juga hasil karyanya berupa rapa-i (alat perkusi sejenis rebana), serune kale (alat musik tiup khas Aceh) dan sebuah biola Aceh.
Rapa-i yang sudah dibuatnya secara manual tergolong cukup banyak. Menurut Fajar, rapa-i yang diproduksinya mencapai 1.200 buah, sedangkan serune kale sebanyak 400 buah, dan biola Aceh baru 2 buah. Dia juga mengaku bisa membuat gitar, angklung, teganing, dan berbagai alat musik dari kayu dan bambu.
“Saya pernah diminta membuat kursi untuk anak invalid, saya buatkan. Kalau ada gambarnya dan fungsinya bisa dijelaskan oleh yang memesan, Insya Allah bisa saya buat,” ungkap Fajar.
Dia mengajak kami untuk melihat bengkel sederhana tempat lelaki itu bekerja. Bengkel tersebut menempel dibelakang dapur, berdinding papan, berukuran 2 x 3 meter. Disana terdapat seperangkat alat bubut sederhana yang menurutnya, juga hasil rancangannya sendiri.
Walaupun sederhana, dinding bengkel itu dipenuhi bahan kayu yang sudah siap untuk dijadikan rapa-i. Terdapat juga beberapa gulungan kulit kambing kering yang diletakkan disalah satu sudut bengkel tersebut. Sehari-hari, Fajar Siddiq dan isterinya tenggelam dalam bengkel sempit itu menyelesaikan pesanan sejumlah sanggar di Aceh.
Sebuah rapa-i atau serune kale yang nadanya sudah diselaraskan bisa diselesaikan dalam waktu empat hari. Harga rapa-i yang diproduksi oleh Fajar Siddiq sekitar Rp 700 ribu per buah, sedangkan serune kale setengah dari harga rapa-i.
Usai bekerja di bengkelnya, biasanya Fajar Siddiq dan dua putranya yang masih bersekolah di SD, latihan menabuh rapa-i dan meniup serune kale. Sore itu, seniman serba bisa itu melatih anaknya menabuh rapa-i mengiringi sebuah hikayat Aceh berjudul “Rakit Bak Pisang.”
Mereka benar-benar keluarga pekerja seni. Instrumen musik dibuat sendiri, lalu dimainkan bersama isteri dan anaknya. Dia mengaku mampu meniup serune kale selama satu jam non stop. Mereka sekeluarga juga siap tampil dalam sebuah konser musik Aceh, itupun apabila ada sponsornya.
Sosok luar biasa ini layak mendapat apresiasi, meskipun sosok seperti Fajar Siddiq ini sering terlupakan. Namun keluarga seniman ini tidak mempersoalkannya. Hidupnya terlihat cukup bahagia meskipun kondisi ekonominya tergolong pas-pasan. Seni dan keterampilan ternyata mampu membuat mereka gembira sepanjang waktu.
[caption id="attachment_382418" align="aligncenter" width="512" caption="Latihan menabuh rapa-i bersama kedua putranya"]
[caption id="attachment_382419" align="aligncenter" width="512" caption="Joe Samalanga mengamati biola Aceh yang dibuat oleh Fajar Siddiq"]
[caption id="attachment_382420" align="aligncenter" width="512" caption="Rangka rapa-i di bengkel Fajar Siddiq"]
[caption id="attachment_382421" align="aligncenter" width="512" caption="Alat melinting rokok buatan Fajar Siddiq"]
Ini video alat melinting rokok ala Fajar Siddiq
Ini video rapa-i dan serune kale
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H