Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

[2014] Akankah Jokowi Makin Lupakan ESEMKA?

1 Januari 2014   11:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:17 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388550311348777364

[caption id="attachment_302810" align="alignright" width="300" caption="Ilustrasi (Foto: Dany Permana/Tribunnews)"][/caption] Entah bagaimana sudah nasib mobil murah karya siswa SMK Solo yang diberi nama Esemka. Mobil yang berhasil melambungkan nama Jokowi itu, kini sudah jarang diberitakan media massa. Nama Esemka pernah terdengar ketika mengikuti pameran di Jakarta Convention Centre (JCC) 6 Oktober 2013, kemudian namanya tergerus isu mobil murah. Berapa banyak mobil Esemka produk PT Solo Manufaktur Kreasi itu yang terjual di arena pameran itu, tidak diberitakan secara luas. Jokowi sang promotor Esemka pun sudah jarang menyinggung soal mobil itu. Padahal, semasa menjabat sebagai Walikota Solo, dia orang paling getol mengkampanyekan mobil Esemka. Bahkan, untuk mobil dinas walikota, dia sengaja menggunakan mobil Esemka. Saat itu, orang begitu kagum kepada Jokowi yang membela habis-habisan mobil murah produk dalam negeri. Benar kata orang, ibukota lebih kejam dari ibu tiri. Begitu orang dari daerah merasakan udara Jakarta, umumnya mereka lupa kepada tanah tempat mereka dibesarkan. Seolah-olah, mereka sudah menjadi “bangsa” Jakarta yang serba sibuk, serba nasional. Entahlah dengan Jokowi, apakah dia juga sudah lupa kacang pada kulitnya? Boleh jadi Jokowi lupa. Lebih-lebih setelah Jokowi menolak habis-habisan kehadiran mobil murah di tanah Jakarta. Tanpa disadari oleh Jokowi, sesungguhnya dia juga telah menolak kehadiran mobil Esemka di tanah Betawi yang dipimpinnya. Ini artinya, Jokowi secara “implisit” telah melupakan Esemka, mobil yang membesarkannya. Lihat saja, mobil dinas Gubernur DKI Jakarta yang sering digunakannya untuk blusukan, bukan merek Esemka tetapi kuda Jepang bermerek Toyota. Akankah di tahun 2014 Esemka makin dilupakan? Fenomenanya seperti itu. Tahun 2014 adalah tahun politik, era yang membuat hampir semua orang menjadi “bunglon.” Hanya satu dua orang yang konsisten seperti bunyi sebuah syair lagu “kau masih seperti yang dulu.” Menunggu Jokowi akan terus mengatrol Esemka tentu mustahil. Sebab, Jokowi milik rakyat Jakarta, apalagi dia sudah terlanjur menolak kehadiran mobil murah di jalanan Jakarta. Jokowi sosok yang konsisten, tidak mungkin Jokowi mau menjilat kembali ludahnya. Apa resolusi Esemka dalam memasuki tahun 2014? Esemka harus secepatnya mengalihkan sistem penggerak mobilnya dari mesin berbahan bakar fosil ke mobil listrik. Untuk diketahui, Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang bersiap-siap meluncurkan mobil listrik sebagai alat angkutan bebas polusi bebas BBM. Kabarnya, mobil listrik hasil rekayasa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang dalam proses uji coba. Sebaliknya, sejumlah negara sedang bersiap-siap untuk memasarkan mobil listrik. Malah di California Amerika Serikat mobil listrik sudah sejak 2008 beroperasi di jalanan negara bagian itu. Sebagaimana ditulis Kemenristek (2013) dalam makalah “Mobil Listrik,” terungkap bahwa pabrik otomotif Nissan hingga April 2012 telah menjual mobil listrik Nissan Leaf sebanyak 27.000 unit, sedangkan Mitsubishi I-MiEV telah laku 17.000 unit hingga Oktober 2011. Di California, tulis Kemenristek, Tesla Motors telah menjual 1500 unit Tesla Roadster sejak diluncurkan tahun 2008 hingga 2011. Dan, Pemerintah Jerman telah menyiapkan dana sebesar 17 miliar Euro untuk National Platform for Electric Mobility (NPE). Obama, Presiden AS, merencanakan telah memiliki 1 juta mobil listrik on the road pada tahun 2015. China malah menganggarkan US$15 miliar untuk menghasilkan 5 juta mobil listrik tahun 2020. Mungkinkah Esemka melakukan konversi dari mobil berbahan bakar fosil ke mobil listrik? Lihat saja yang sudah dilakukan LIPI pada tahun 2010. Mereka berhasil melakukan konversi mobil berbahan bakar BBM ke kenderaan berpenggerak listrik. Kenderaan yang dikonversi ini adalah Toyota Kijang 1990 dengan daya motor listrik 52 HP dan torsi maksimum 156 Nm. Hebatnya, Toyota Kijang 1990 yang sudah menggunakan penggerak listrik itu tetap digunakan sampai saat ini sebagai kenderaan operasional. Konon, pengoperasian Toyota Kijang 1990 itu telah mencapai lebih dari 35.000 Km.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun