[caption id="attachment_254861" align="aligncenter" width="640" caption="Emak-emak membawa peralatan dapur ke lokasi Festival Kuliner Tradisional, di Pantai Menye Kecamatan Bintang Aceh Tengah."][/caption] Gebrakan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon tergolong unik dan menghebohkan. Sebelumnya, sebanyak 176 mahasiswa FT UGP yang sedang melakukan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) alias KKN di Kecamatan Bintang Aceh Tengah sepakat membantu membuat blog desa yang berisi profil dan informasi tentang desa tersebut. [caption id="attachment_254867" align="alignright" width="300" caption="Gutel, menu pembuka yang dikukus menggunakan tepung beras kasar, kelapa dan gula."]
[/caption] Minggu lalu (5/5), mereka kembali menggegerkan publik di Dataran Tinggi Gayo. Mereka menggelar festival
kuliner tradisional bagi emak-emak dari setiap desa lokasi KPM. Animo emak-emak untuk ikut festival kuliner itu sungguh luar biasa, terbukti semua desa dalam wilayah Kecamatan Bintang tidak ada yang absen mengirimkan perwakilannya. Lokasi festival kuliner itu di Pantai Menye yang terletak di ujung timur Danau Laut Tawar. Biasanya kawasan itu sepi, namun, hari itu didatangi emak-emak dengan membawa sejumlah peralatan memasak. “Emak-emak dari 15 kampung di Kecamatan Bintang ikut semua, sedangkan dari Kecamatan Lut Tawar hanya mengirim peserta dari 4 desa, Kecamatan Kebayakan 1 desa dan Kecamatan Bebesen juga 1 desa,” jelas Zulfikar Ahmad ST, Pudek III FT UGP. Jenis kuliner yang mereka ikutkan dalam festival itu tergolong cukup unik. Sebagian besar jenis kulinernya jarang ditemukan di pasaran. Emak-emak itu menampilkan semua variasi kuliner yang menggunakan bahan baku beras, sayuran dan ikan setempat. Meskipun tampilan dan cara penyajiannya cukup sederhana, tetapi aroma yang ditebarkan oleh berbagai jenis kuliner itu mampu membuat perut keroncongan. [caption id="attachment_254868" align="alignright" width="300" caption="Labu kuning rebus plus gula aren cair sebagai menu penutup"]
[/caption] Hasil pengamatan kompasianer terlihat semua peserta menampilkan menu utama berupa ikan nila/mas masam jing (asam pedas), ikan depik pengat dan depik dedah. Untuk menu pembuka, ada yang menyiapkan lepat gayo yang dibuat dari tepung beras ketan yang dicampur dengan gula aren sehingga warnanya coklat. Ada juga gutel, penganan tradisional yang dikukus dari bahan tepung beras, gula aren plus kelapa. Beberapa peserta festival ada yang menyiapkan menu penutup. Diantaranya berupa singkong rebus yang dibalur gula aren cair. Ada juga yang menyiapkan irisan pisang kepok rebus yang dibalur dengan kelapa. Termasuk dua peserta yang menyediakan bubur tepung beras manis yang beraroma daun pandan. Menu penutup paling unik adalah labu kuning rebus yang dibubuhi gula aren cair didalamnya. Tampilannya antik. Kompasianer mencoba mencicipi labu kuning rebus plus gula aren itu, ternyata cukup enak. Selama ini, labu kuning digunakan untuk campuran kolak atau bolu. Kreatif, begitu kata kompasianer kepada emak-emak itu. [caption id="attachment_254870" align="alignright" width="300" caption="Lepat gayo, menu pembuka yang dibuat menggunakan beras ketan, gula aren plus kelapa sebagai isinya."]
[/caption] Apa hadiah yang disediakan mahasiswa PKM tersebut sampai semua peralatan memasak diboyong emak-emak itu ke lokasi festival? Hadiahnya bukan uang dan tidak sangat luar biasa. Untuk juara pertama, mahasiswa PKM menyediakan 1 unit kompor gas plus tabung gas dan 1 buah termos nasi ukuran 30 liter. Juara kedua disediakan kompor gas plus tabung gas dan 1 buah termos nasi ukuran 26 liter, serta untuk juara ketiga disediakan hadiah kompor gas plus tabung gas dan 1 buah termos ukuran 20 liter. Hasil penilaian dewan juri, pemenang pertama festival kuliner tradisional itu diraih oleh emak-emak dari Desa Kelitu Kecamatan Bintang. Untuk pemenang kedua diraih oleh emak-emak dari Desa Mendale Kecamatan Kebayakan, dan pemenang ketiga diraih oleh emak-emak dari Desa Bebesen Kecamatan Bebesen. Apa motivasi mahasiswa PKM itu menyelenggarakan festival kuliner tradisional itu? Menurut Pudek III FT UGP, Zulfikar Ahmad ST, para mahasiswa ingin mengetahui menu-menu potensial yang dapat dijadikan kuliner andalan dalam mendukung pariwisata di Aceh Tengah. Hasilnya diluar dugaan, ternyata ragam kuliner yang dimiliki warga sangat banyak dan cukup enak meskipun tampilannya masih sederhana. “Kami bangga atas tingginya budaya kuliner masyarakat disini,” pungkas Zulfikar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Foodie Selengkapnya