Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Nature

Hubungan Hutan dengan Ketersimpanan Air Tanah

31 Maret 2013   14:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:57 7064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_245205" align="aligncenter" width="640" caption="Tegakan pohon yang masih banyak di Gunung Geureudong, Kabupaten Bener Meriah, menyebabkan warga dikaki gunung itu tidak kekurangan air. Disetiap sudut terlihat air mengalir dengan deras sepanjang waktu."][/caption] Semasa duduk dibangku sekolah, siswa sering mendapat penjelasan gurunya bahwa pohon itu menyimpan air. Makin banyak tegakan pohon maka makin banyak ketersediaan air untuk kehidupan. Persepsi itu terus melekat dalam benak mereka hingga dewasa. Sampai satu saat mereka mempelajari tentang hubungan antara tegakan pohon atau hutan dengan ketersimpanan air, barulah mereka meyakini pentingnya menjaga kelestarian hutan. Bagaimana sebenarnya hubungan hutan dengan air? Emil Salim (1993) mengatakan bahwa “hutan mempunyai kemampuan mengatur tata air, mencegah erosi dan banjir serta memelihara kesuburan tanah.” Kenapa hutan dikatakan memiliki kemampuan mengatur tata air? Hal ini tidak terlepas dari keberadaan jutaan bahkan milyaran tegakan pohon yang terdapat dalam suatu kawasan hutan. Pohon itukah yang menyimpan air? Bukan! Pohon hanya menyimpan air untuk kebutuhannya sendiri. Tanahlah yang menyimpan air. Bagaimana cara tanah menyimpan air? Milyaran tegakan pohon dengan tajuknya serta kanopi yang cukup lebar akan menahan hempasan air hujan. Dalam posisi ini, air hujan tidak langsung menumbuk permukaan tanah, tetapi akan jatuh perlahan-lahan melalui tajuk (daun) dan mengalir melalui batang pohon. Kemudian, permukaan tanah yang dipenuhi tegakan pohonnya akan menghasilkan seresah (litter) yang cukup banyak. Seresah itu berasal dari bahan organik berupa daun dan ranting kering yang gugur. Secara perlahan, seresah sedang menuju kepada proses pembusukan. Bahan organik itu terkumpul di atas permukaan tanah (top soil). Salah satu fungsi seresah dan tanaman bawah (rumput) adalah menahan hempasan air yang jatuh dari tajuk sehingga tidak langsung menumbuk permukaan tanah. Fungsi lain dari seresah, dibawah bahan organik ini menjadi tempat menumpang hidup bagi jutaan organisme (misalnya cacing). Organisme ini melubangi tanah sebagai rumah dan tempat hidupnya. Prilaku organisme ini menyebabkan permukaan tanah menjadi gembur dan berpori. Pada saat air hujan yang menetes dari tajuk jatuh keatas seresah, pelan-pelan air itu mengalir ke permukaan tanah. Lapisan atas tanah (top soil) yang gembur dan berpori itu akan menyerap air tersebut untuk selanjutnya ditampung didalam aquifer (sungai bawah tanah). Tingginya kemampuan penyerapan air oleh permukaan tanah yang berada di kawasan hutan, maka air hujan yang turun di sana tidak seluruhnya menjadi air larian (run off). Sebagian besar meresap ke dalam tanah, hanya sedikit yang menjadi air larian. Run off atau air larian adalah air yang tidak mampu diserap oleh permukaan tanah. Air ini akan turun ke kawasan yang lebih rendah. Jika air larian melebihi daya dukung sungai tentu dapat menimbulkan banjir. Pastinya, sebagian besar air hujan yang turun di kawasan hutan akan diserap oleh tanah dan tersimpan di aquifer. Selanjutnya, air yang tersimpan di aquifer akan keluar secara teratur melalui mata air. Dari mata air itu, seterusnya air tersebut mengalir melalui sungai-sungai yang banyak terdapat di kawasan hutan. Ada juga air bawah tanah itu keluar sebagai mata air di sumur-sumur milik warga. Bagi kawasan yang tidak memiliki tegakan pohon, hempasan air hujan akan langsung menumbuk permukaan tanah. Tumbukan air hujan secara terus menerus dapat mengikis lapisan atas tanah (top soil). Tumbukan air hujan yang terus menerus akan mengikis top soil sehingga dapat menimbulkan longsor (land slide). Saat top soil yang kaya organisme itu telah terkikis, tinggallah tanah lapis kedua yang relatif keras, kadang-kadang tanah lapis kedua itu berwarna merah bata atau abu-abu. Lapisan tanah dibawah top soil tersebut tidak memiliki pori-pori lagi untuk menyerap air. Begitu hujan turun, semua air hujan “dikirim” ke kawasan yang lebih rendah secara bersamaan. Dalam kondisi seperti ini, berarti bencana banjir sudah berada diambang mata. Oleh karena itu, tegakan pohon dan tanaman semak sangat dibutuhkan disemua tempat, terutama di kawasan hutan. Apa keuntungan banyaknya tegakan pohon dan tanaman semak di kawasan hutan?

  1. Permukaan tanah tidak mendapat hempasan yang keras dari air hujan sehingga kondisi permukaan tanah (top soil) tetap gembur dan berpori;
  2. Proses air mencapai tanah sedikit lebih lama (karena menetes melalui tajuk dan batang pohon), sehingga proses penyerapan air lebih maksimal;
  3. Air larian akan berkurang karena air simpanan yang masuk kedalam tanah bertambah sehingga resiko terjadinya banjir akan berkurang.

Oleh karena itu, yuk lestarikan dan selamatkan hutan kita. Tanami lahan tandus dan kritis dengan tegakan pohon senantiasa air akan tersimpan dalam aquifer. Jangan tunda untuk menanam pohon. Sehari sebatang pohon, setahun 365 batang pohon. Hijaulah negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun