Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aceh Pernah Alami Kiamat Sugra

21 Desember 2012   20:14 Diperbarui: 25 Desember 2016   21:31 8806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak tsunami (Sumber: foto AP)

“Saya tidak bisa menolong,  mereka begitu cepat hilang digulung air. Saat itu saya berpikir, inilah kiamat,” ungkap ayah beranak satu itu. 

Sekitar satu jam setelah itu, gelombang air berwarna hitam mulai mereda. Orang mulai turun satu persatu dari atap rumah, termasuk Arslan. Setiba dibawah, barulah disadarinya baju ditubuhnya sudah hancur. Satu-satunya pakaian yang tersisa adalah celana blue jean yang sudah koyak-koyak. Begitu pula wajah dan seluruh tubuhnya, berselimut lumpur hitam. Arslan merasa sangat beruntung, masih ada celana koyak yang tersisa ditubuhnya. Sementara orang lain yang selamat, hanya tinggal kolor menutup auratnya, bahkan ada yang sudah telanjang bulat. 

Mereka yang selamat mulai mencari sanak keluarganya ditengah tangisan pilu. Demikian pula dengan Arslan, dia berusaha mencari kerabatnya yang terpisah ketika menyelamatkan diri dari gelombang tsunami. Akhirnya, dia menemukan mobil Toyota Kijang 1979 itu tersangkut di pagar kantor Dipenda Aceh. Didalam kabin mobil tersebut, dia menemukan jenazah kakek yang ikut menumpang dari Blang Padang. Sedangkan dua orang kerabatnya yang lain hilang entah kemana. Dia dibantu oleh seseorang mengangkat jenazah kakek itu kedalam lobby kantor Dipenda. Disanalah salah satu tempat evakuasi jenazah korban tsunami. 

Arslan dan keluarganya (Foto: dokpri Arslan)
Arslan dan keluarganya (Foto: dokpri Arslan)
Setelah melihat situasi yang cukup memilukan, akhirnya Arslan memutuskan tidak lagi mencari dua orang kerabatnya yang hilang. Dia memilih kembali ke Darussalam untuk mencari bantuan. Dia melihat mayat bergelimpangan sepanjang jalan sejak dari Simpang Peurada sampai jembatan Lanyong. Disana ada mayat orang dewasa sampai bayi. Mau menangis, dia mengaku telah kehabisan air mata. Mau berteriak, lidahnya sudah kelu. Ditelinganya hanya terdengar tangisan dan jeritan orang-orang yang selamat. 

Sekitar pukul 15.00 WIB, diapun tiba didepan rumah pamannya yang terletak di perumahan dosen sektor Timur Darussalam. Disitu pun dia melihat orang-orang sedang menangis. Seharusnya acara perkawinan yang berlangsung meriah, ketika itu telah berubah menjadi suasana dukacita. Awalnya, kemunculan Arslan didepan pintu rumah itu tidak dikenali orang. Wajar, sosoknya sore itu berbalut lumpur hitam tsunami, tanpa baju dan hanya mengenakan celana koyak-koyak. 

“Saya Arslan, cik” katanya, dan sekonyong-konyong paman dan semua orang disana pingsan mendengar suara itu. 

Rupanya, dua orang kerabatnya selamat dan sudah tiba dirumah itu satu jam yang lalu. Mereka menceritakan bahwa Arslan dan kakek hilang dalam pusaran gelombang besar itu. Informasi itulah yang menyebabkan paman dan seluruh anggota keluarganya histeris. Arslan menceritakan jenazah kakek sudah dievakuasi ke aula Kantor Dipenda. Sore itu juga diputuskan kembali ke kantor Dipenda untuk mengambil jenazah kakek. Mereka terpaksa berjalan kaki karena mobil tidak bisa digunakan. Seluruh permukaan jalan protokol itu dipenuhi oleh mayat, bongkahan tembok dan kepingan kayu. 

Hebatnya, lolos dari kiamat sugra ternyata tidak mematahkan semangat Arslan. Kini, Arslan hidup bahagia bersama isteri dan seorang anaknya di kota dingin Takengon. Dalam pandangannya, isu kiamat 2012 bukanlah sesuatu yang menakutkan. Kenapa? dia sudah pernah selamat dari kiamat sugra, ketika tsunami Aceh tahun 2004. Sarannya, kapan saja datangnya kiamat, kita harus siap menghadapi akhir zaman. Percaya kepada hari kiamat adalah salah satu rukun iman. Kapan terjadinya? “Itu rahasia-Nya, hanya Dia yang mengetahui,” pungkas Arslan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun