Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Musashi: Anda Harus Tega Menebas Musuh

2 Maret 2012   03:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:39 2240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya saya membaca kisah Miyamoto Musashi ketika dimuat di Harian Kompas sebagai cerita bersambung. Makin lama kisah ini dibaca ternyata makin menarik, tetapi yang namanya cerita bersambung tentu ada bagian yang tertinggal. Setelah Gramedia menerbitkan kisah Miyamoto Musashi dalam bentuk buku, barulah saya dapat membaca kisah ini secara lengkap.

Begitu menarik membaca kisah perjalanan hidup seorang anak desa Miyamoto dari Provinsi Mimasaka yang lahir tahun 1584. Anak desa itu sempat terdampar dalam kancah perang Sekigahara. Dari ribuan mayat yang bergelimpangan di arena perang itu, ternyata Miyamoto Musashi masih bisa bangkit dan berkelana sebagai ronin.

Setelah mengalahkan sejumlah jago pedang di daratan Jepang, akhirnya dia menjadi Kensei atau “Dewa Pedang” pada masa itu. Musuh terakhir yang dikalahkan Musashi adalah Kojiro dalam sebuah duel kehormatan. Setelah itu dia berhenti menggunakan pedang, menyepi untuk mendalami falsafah Kendo.

Pensiun dari jalan pedang, Miyamoto Musashi kemudian menulis pengalamannya dalam sebuah buku yang diberi judul “Lima Unsur Musashi.” Hal yang paling menarik terdapat dalam ulasan unsur kedua yaitu unsur AIR.

Dalam unsur AIR itu, dia menulis: ketika anda memegang pedang, anda harus tega menebas musuh. Ketika menebas musuh, jangan mengubah sikap memegang pedang. Tangan tidak boleh gemetar.

Sekarang, ketika seseorang memegang pedang (saya artikan berkuasa) banyak yang tidak tega melawan kemungkaran dan kejahatan. Padahal, ditangannya sudah terhunus pedang yang siap menebas musuh (kejahatan) kapan dan dimana saja. Seringnya, jago pedang saat ini tiba-tiba mengubah sikap saat berhadapan dengan musuh.

Meskipun ditangannya sudah terhunus pedang (kekuasaan) dengan hak dan kewenangan penuh untuk memberantas kejahatan, toh bisa timbul rasa gentar dan gemetar. Kita tidak pernah tahu, kenapa mereka menjadi gemetar. Harusnya, seorang jago pedang tidak boleh gemetar dan tidak boleh terlihat rasa takutnya.

Padahal, seperti dikatakan Miyamoto Musashi, “anda harus tega menebas musuh ketika memegang pedang.” Berarti, kalau kita tidak menebas musuh maka musuh yang akan menebas kita. Kenyataannya, sekarang malah musuh yang sedang menebas para jago pedang di negeri tercinta ini. Satu persatu para jago pedang mulai bertumbangan dan berakhir dalam kehinaan.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun