[caption id="attachment_312905" align="aligncenter" width="480" caption="Rapat Pembahasan Pengembangan Komoditas Kopi Aceh, dari kiri ke kanan, Dr Ir Himawan MSc dari BKPM, Ir Iskandar Msc, Kepala BIP Aceh, dan Oke Nurwan Dipl. Ing dari Kemendag."][/caption]
Perlu disusun road map pengembangan kopi arabika Gayo yang bertujuan agar kopi arabika Gayo dapat diterima dunia internasional. Supaya kopi arabika Gayo makin dikenal dunia maka “rasanya” yang diekspor, otomatis produknya akan dicari orang.
Demikian komentar Oke Nurwan, Dipl.Ing, Direktur Ekspor Hasil Pertanian dan Kehutanan Kemendag, Rabu (19/2/2014), dalam Rapat Pembahasan Komoditas Kopi Aceh di Aula Badan Investasi dan Promosi Aceh, Banda Aceh.
Oleh karena itu, tambah Oke Nurwan, kopi arabika Gayo perlu diikutkan dalam berbagai trade expo, antara lain Trade Expo Indonesia bulan Oktober mendatang. Semua perwakilan di Luar Negeri sudah diinformasikan untuk membawa buyer untuk menghadiri expo tersebut. “Ini kesempatan untuk memperkenalkan rasa kopi arabika Gayo,” tegas Oke.
Melalui momen itu, tambah Oke, pertemukanlah pelaku-pelaku usaha dari Aceh dengan para buyer dari luar negeri. Untuk menindaklanjuti hal ini, Pemerintah daerah harus aktif. “Kalau bisa, buyer-buyer itu diundang juga oleh Pemerintah Aceh,” saran Oke Nurwan.
[caption id="attachment_312906" align="alignright" width="300" caption="Anak petani mengangkut bibit kopi (Foto: Basarudin)"][/caption] Mantan atase perdagangan di sebuah negara Eropa itu mengingatkan, ekspor atau memasukkan komoditi ke Eropa sangat rumit. Pelaku usaha harus siap dengan aturan yang berlaku disana.
Apabila komoditi Indonesia sudah bisa menembus Eropa maka untuk ekspor ke negara lain lebih mudah. “Eropa itu jadi brandmark dan dikenal rewel dalam urusan barang yang masuk ke negara mereka,” jelas Oke.
Satu hal yang harus diperhatikan, surat keterangan asal (SKA) harus diterbitkan dari daerah asal kopi itu. “Kalau SKA diterbitkan dari Sumatera Utara, hilang lagi rasa kopi arabika Gayo itu,” kelakar Oke.
Sebelumnya, Ir Iskandar MSc, Kepala Badan Investasi dan Promosi Aceh saat membuka acara itu menuturkan bahwa perlu mempromosikan kopi arabika Gayo ke Uni Eropa. Disamping itu, perlu juga disosialisasikan indikasi geografis (IG) kopi arabika Gayo.
“Gagasan ini berangkat dari hasil pertemuan Gubernur Aceh dengan Dubes RI untuk Belgia pada 19 Juni 2013 lalu,” jelas Iskandar.
Kenapa kopi arabika Gayo perlu dipromosikan di Uni Eropa? Menurut Iskandar, Uni Eropa merupakan pasar terbesar di dunia untuk komoditi kopi. “Ekspor kopi Indonesia ke Uni Eropa pada tahun 2012 mencapai 45 juta kantong (ukuran 60 Kg),” pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H