[caption id="attachment_322466" align="aligncenter" width="480" caption="Si bungsu menggunakan PIXMA iP2770 untuk menyelesaikan sejumlah masalah."][/caption]
Oleh: Syukri Muhammad Syukri | Pesatnya pemanfaatan teknologi informasi (IT) di dunia pendidikan, mengharuskan semua pekerjaan rumah (PR) siswa harus diserahkan dalam bentuk hasil print-out. Kewajiban mencetak PR dengan printer bukan hanya bagi siswa SMP dan SMA. Siswa kelas IV SD juga diwajibkan mencetak PR-nya dengan printer.
Disatu sisi, kewajiban mencetak PR dengan mesin printer akan memberatkan siswa. Mereka harus membayar rental komputer Rp.1000 untuk selembar hasil print-out. Disisi yang lain, mewajibkan siswa memprint-out PR-nya akan membiasakan mereka bekerja dengan teknologi.
Pada saat ini, harga satu unit komputer (notebook mini) bisa lebih murah dari harga satu unit handphone. Begitu juga harga printernya. Dengan mengeluarkan uang sebesar Rp.500 ribu, anda sudah memiliki satu unit printer bandel. Hal ini menunjukkan bahwa peralatan IT sudah dapat dijangkau oleh hampir semua lapisan masyarakat.
Sebelumnya saya tidak pernah tahu jika satu unit printer itu seharga Rp.500 ribu. Berawal dari “rengekan” putra saya yang masih duduk di kelas IV SD. Setiap pulang sekolah, dia selalu meminta saya memprint-out PR-nya. Saya benar-benar dibuat repot karena setiap sore harus mengantarnya ke rental komputer demi selembar print-out PR.
Diantara kecamuk perasaan jengkel dan kesal, sore itu saya sempatkan mampir ke computer shop untuk mencari satu unit printer. Si salesman menunjukkan berbagai merek printer terkenal yang bisa digunakan sebagai fax, scan, foto copy dan seterusnya. Harga printer pintar itu selangit. Saya katakan kepada si salesman, “saya butuh printer murah dan bandel!”
Kemudian, si salesman meletakkan sebuah kotak putih ukuran 45 cm x 30 cm di mejanya. Di kotak itu terbaca tulisan PIXMA iP2770. Melihat tampilan kotaknya yang cukup lux ditambah merek Canon yang cukup terkenal, saya berpikir bahwa printer itu harganya jutaan rupiah.
“Ini printer termurah dan terbandel, bapak cukup bayar Rp.500 ribu sudah bisa mencetak sepuas-puasnya,” kata Alun, salesman itu.
Tanpa pikir panjang, langsung bayar dan angkat barang. Sah. Sejak saat itu, saya sudah resmi memiliki sebuah printer PIXMA iP2770 berwarna hitam. Kehadiran printer itu di rumah saya, ternyata memberikan banyak kemudahan.
Selain tidak pernah lagi mencetak dokumen di rental komputer, ternyata anak saya sudah bisa mengoperasionalkan langsung printer tersebut. Setiap mendapat PR dari gurunya, dia memprint-out sendiri PR tersebut. Saya tidak pernah lagi mendapat “rengekan” dari si bungsu untuk mencetak (print-out) sejumlah PR-nya.
Pernah saya lihat si bungsu sedang memprint-out dokumen rencana persiapan pembelajaran (RPP) milik ibunya. Diwaktu yang lain, saya juga pernah melihat si ibu sedang mencetak soal-soal ujian SMP dan daftar perolehan nilai ditempatnya mengajar.
Saya sempat berpikir, sepertinya PIXMA iP2770 itu cocok jadi printer guru dan anak SD. Selain harganya murah, bandel dan bisa mencetak dengan sepuas-puasnya. Cara mengoperasionalkannya juga cukup sederhana, tidak seribet printer pintar.
Begitu isteri dan anak saya berhasil menggunakan printer tersebut, selanjutnya mereka tidak pernah lagi bertanya tentang tombol apa yang perlu ditekan. Mereka secepatnya bisa memahami tombol-tombol sederhana yang terdapat di printer itu.
Pastinya, kehadiran PIXMA iP2770 dirumah saya membuat kepala ini rasanya plong dan lega. “Teror” deringan telepon dari si bungsu yang setiap sore meminta PR-nya dicetak, sama sekali mereda. Rutinitas mengantar isteri ke rental komputer, juga stop total. Ternyata, sebuah printer dapat menyelesaikan sejumlah masalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H