[caption id="attachment_331042" align="aligncenter" width="576" caption="Peternak sapi memperoleh berkah dari naiknya harga daging di hari meugang"][/caption]
Tradisi meugang di Aceh sangat terkait dengan meningkatnya permintaan daging. Akibatnya, harga daging di pasaran melonjak tajam. Bakda subuh tadi, warga di seluruh Aceh, termasuk di kota Takengon ramai-ramai mendatangi pasar daging. Para penjual daging di hari meugang bukan hanya terfokus di pasar resmi, tetapi tumbuh pasar kaget di sekitar pasar sayur dan pasar rakyat.
Pada hari biasa, pasar daging Takengon yang terletak di Jalan Puteri Ijo, biasanya sepi pembeli. Namun, hari ini Jumat (27/6/2014), jalan menuju ke arah pasar daging itu macet total. Untuk masuk ke pasar daging yang terletak di lantai dasar pasar inpres itu, terlihat warga berdesak-desakan. Sebanyak 20 ekor ternak yang tersedia disana, dalam waktu sekitar 4 jam, langsung ludes diborong warga.
Trend naiknya permintaan dan melonjaknya harga daging itu dibenarkan oleh Drh Rahmandi, Kadis Peternakan dan Perikanan Aceh Tengah yang ditemui di Takengon, Jumat pagi. Dia juga mengakui bahwa harga daging sapi di pasar Takengon mencapai Rp. 130 ribu per Kg, dan harga daging kerbau Rp. 120 ribu per Kg. “Pada hari biasa, harga daging di Takengon tidak lebih dari Rp. 100 ribu per Kg,” tambah Rahmandi.
Menurut Rahmandi, melonjaknya harga daging tersebut tidak terlepas dari tradisi meugang di daerah itu. Tradisi meugang mengharuskan kepala keluarga membawa pulang daging pada H-2 atau H-1 menjelang masuknya bulan ramadhan atau idul fitri. Oleh karenanya, harga kerbau dan sapi ditingkat peternak juga melonjak seiring dengan naiknya permintaan daging di hari meugang.
Melonjaknya harga daging di Takengon berbanding lurus dengan meningkatnya penghasilan peternak. Kemarin, jelas Rahmandi, seekor sapi yang jumlah dagingnya diperkirakan mencapai 60 Kg, oleh petani dijual seharga Rp.8 juta per ekor. “Sebenarnya, peternak juga memperoleh penghasilan tambahan dari naiknya harga daging di pasaran,” tegas Rahmandi.
Seluruh daging yang dijual di pasar daging dan pasar kaget seputaran kota Takengon, ternaknya harus disembelih di rumah potong hewan (RPH) Pegasing. Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Aceh Tengah sangat melarang penyembelihan ternak secara liar karena terkait dengan pemeriksaan kesehatan ternak. Di RPH, pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Aceh Tengah telah menyediakan petugas yang memeriksa kesehatan ternak sebelum proses penyembelihan.
Pasaran harga daging di Aceh menjelang memasuki bulan ramadhan sangat bervariasi. Harian Serambi Indonesia, Jumat (27/6/2014) melaporkan bahwa harga daging di Aceh Selatan menembus angka Rp. 150 ribu per Kg. Sedangkan di Meulaboh, Aceh Barat, harga daging berada pada angka Rp. 140 ribu per Kg.
Sebaliknya, Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi sebagaimana dilaporkan Kompasdotcom (25/6/2014) optimis harga daging sapi menjelang hari raya Idul Fitri tidak akan menembus Rp. 100 ribu per Kg. “Rasanya tidak mungkin. Sulit menembus Rp. 100 ribu per kilogram karena pasokannya banyak,” kata Luthfi kepada Kompasdotcom.
Harga daging di Aceh memang dikenal sangat mahal, berbeda dengan pasir daging Jakarta yang mendapat pasokan daging impor. Sebenarnya Menteri Perdagangan tidak salah menyatakan harga daging sulit menembus Rp. 100 ribu per Kg, karena acuannya adalah pasar Jakarta.
Di Aceh, harga daging terus melonjak ketika memasuki bulan ramadhan atau idul fitri yang dikenal sebagai hari meugang. Sebab, di hari meugang, semua warga membeli daging untuk persiapan menu sahur dan berbuka puasa.