Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengerikan, Hidup di Atas 45 Ribu Metrik Ton Elpiji

14 Oktober 2014   04:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:08 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_347571" align="aligncenter" width="600" caption="Capt Kosim menjelaskan sistem navigasi kapal VLGC Pertamina Gas 2"][/caption]

Di lepas pantai Teluk Kalbut, Situbondo, Jawa Timur, tug boat yang ditumpangi para kompasianer menghempas angin laut. Angin itu menyisakan butiran garam di wajah cemas para kompasianer. Cemas membayangkan harus berada di geladak kapal yang isinya 45 ribu metrik ton elpiji.

Tug boat itupun mulai merapat ke dinding kapal yang dicat dengan warna oranye. Seperti karang atol, dinding itu berdiri tegak di tengah samudera. Informasi dari Satpam yang bertugas di Marine Region V STS Kalbut bahwa Rabu malam kemarin baru saja diisi elpiji kedalam lambung kapal very large gas carrier (VLGC), sebutan untuk kapal super besar itu.

Wajar apabila Marlo Dieka, Head Media Officer Pertamina yang mendampingi para kompasianer sangat menekankan pentingnya mematuhi SOP security selama berada di kapal itu. Dia meminta agar tidak memotret dan menggunakan ponsel setibanya di geladak kapal.

Sekitar pukul 13.00 WIB, Kamis (9/10/2014), tug boat menempel ke dinding kapal, tepat dibawah tangga. Dari atas geladak, seorang pelaut berbaju biru menurunkan tangga dibantu dengan seutas tambang. Kemudian dia memberi aba-aba: sekali naik lima orang!

Satu persatu kompasianer naik ke geladak VLGC itu. Diujung tangga sudah menunggu pelaut yang lain, kemudian dia memandu para kompasianer menuju ke ruang para awak kapal. Begitu pintu dibuka, terdengar suara orang bernyanyi dari ruang makan. Seperti sedang berlangsung pesta.

Tidak lama kemudian, keluar seorang anak muda menyalami kami. Dia mempersilakan para kompasianer dan anggota rombongan yang lain menuju ke ruang meeting. Diruang meeting itu baru kami ketahui bahwa anak muda itu adalah Capt Kosim, Nakhoda kapal VLGC itu.

Marlo Dieka memperkenalkan kami kepada Capt Kosim sebagai kompasianer pemenang lomba blog Pertamina. Dia juga memperkenalkan jurnalis dari Kompasdotcom serta dari TV Pertamina. Berlangsunglah perbincangan seputar floating storage elpiji yang berada ditengah lautan. Para kompasianer juga mendapat penjelasan tentang aturan security yang harus dipatuhi selama berada di atas kapal tersebut.

[caption id="attachment_347572" align="alignright" width="300" caption="Berbincang-bincang dengan Capt Kosim di ruang makan awak kapal "]

1413211775377484652
1413211775377484652
[/caption]

Sebelum mengakhiri pertemuan itu, Capt Kosim mengajak kami untuk makan siang di kapalnya. Gayung pun bersambut, wajah para kompasianer yang terlanjur lelah kembali merekah. Rupanya, makan siang bersama seminggu sekali sambil berkaraoke sudah menjadi tradisi di kapal itu. Kebetulan para kompasianer hadir diwaktu yang tepat maka ikut kebagian menikmati makan siang bersama awak kapal Pertamina Gas 2 tersebut.

“Acara seperti ini rutin setiap minggu supaya awak kapal tidak jenuh,” kata lelaki asal Kebumen Jawa Tengah.

Menu makan siang di kapal yang dinakhodai oleh Capt Kosim persis seperti menu di hotel berbintang lima. Ketika hal itu ditanyakan kepada Capt Kosim, dia mengatakan bahwa koki di kapal itu mantan koki kapal pesiar. Pantas enak, bisik saya kepada kompasianer yang lain.

Selesai makan siang, para kompasianer diajak untuk melihat ruang operasional. Disana dijelaskan tentang proses pengangkutan elpiji ke kapal VLGC itu. Disebutkan, elpiji diangkut dalam bentuk Refrigerated dengan suhu -40 derajat Celcius (propane) dan diproses menjadi Pressurized saat pembongkaran ke terminal elpiji. Salah satu terminal elpiji sebagai tempat penyimpanan adalah di floating storage, yaitu kapal Pertamina Gas 2 itu.

“Elpiji yang ditampung di kapal ini tidak mengeluarkan bau, sulit mendeteksinya dengan indra penciuman. Makanya sistem security di kapal ini sangat ketat,” jelas Capt Kosim.

Mengerikan mendengar penjelasan Capt Kosim tentang sifat gas elpiji yang tersimpan dalam kapal VLGC itu. Wajar jika tamu yang berkunjung ke kapal ini diawasi sangat ketat. Demikian pula dengan awak kapal tidak boleh melakukan kecerobohan sama sekali. Sedikit saja ceroboh, blummm... 45 metrik ton elpiji itu akan menghasilkan lautan api dengan ledakan yang sangat dahsyat.

Kengerian itu menjadi menarik ketika Capt Kosim mengizinkan para kompasianer untuk melihat-lihat ruang navigasi. Dari ruang inilah para kompasianer diizinkan memotret semua sisi penting dari kapal VLGC tersebut. Sungguh kesempatan yang jarang bisa dirasakan oleh warga yang lain. Beruntunglah para kompasianer karena telah berhasil menjejakkan kaki diatas floating storage yang berisi 45 ribu metrik ton elpiji.

[caption id="attachment_347573" align="aligncenter" width="640" caption="Bagian depan kapal VLGC dipotret dari ruang navigasi"]

1413211869564614870
1413211869564614870
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun