Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Masih Perlukah Kahiyang Ayu Jadi PNS?

26 Oktober 2014   02:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:43 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pastinya, semua barang [benda] yang digunakan dari hasil usaha, industri atau pabrik pasti dibebani pajak. Pengusahakah yang yang membayar PPn? Bukan, mereka hanya numpang pungut dari konsumen dengan memasukkan dalam harga barang, lalu disetor ke kas negara [itupun kalau pengusahanya seorang nasionalis].

Digaji oleh Gelandangan

Siapa sebenarnya pembayar pajak? Rakyat, saya, anda dan kita semua. Oleh karenanya, pajak itu bukan hanya pajak bumi bangunan (PBB) saja, melainkan banyak jenisnya. Diantarannya ada pajak langsung [misalnya PBB] dan ada juga pajak tidak langsung [misalnya Ppn dan Pph pulsa].

Apakah gelandangan dan pengemis membayar pajak? Ketika membeli sebatang rokok, mereka sudah bayar pajak [cukai] yang include dalam harga rokok. Jadi, gelandangan dan pengemis termasuk orang paling kaya di Indonesia, pasti membayar pajak.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa PNS [termasuk seluruh aparatur negara] adalah buruh rakyat. Buruh yang juga digaji oleh para gelandangan dan pengemis. Lantas, kenapa semua mengejar profesi sebagai PNS dan aparatur negara? Apa yang bisa dibanggakan oleh seorang yang nyata-nyata digaji [antara lain] oleh orang miskin, gelandangan dan pengemis?

Kebanggaan seorang PNS atau aparatur negara lainnya hanya terletak pada kehormatan. Kehormatan karena rasa nasionalisme ingin mewujudkan cita-cita proklamasi. Kehormatan akan diperoleh apabila buruh rakyat itu selalu tulus melayani orang yang menggajinya. Kalau tidak, apa bedanya buruh rakyat dengan buruh pabrik? Sama-sama mengharap gaji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun