Mohon tunggu...
Syukri Muhammad Syukri
Syukri Muhammad Syukri Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Orang biasa yang ingin memberi hal bermanfaat kepada yang lain.... tinggal di kota kecil Takengon

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Uniknya Pasar Rakyat, Menjual Batu Giok dan Bawang Merah

2 Desember 2014   02:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:18 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_357302" align="aligncenter" width="448" caption="Pasar rakyat di Desa Lumut, ada bongkahan batu giok, bawang merah, dan minyak tanah."][/caption]

Pasar rakyat adalah pasar tradisional, tempat berlangsungnya transaksi antara penjual dengan pembeli. Pertemuan langsung dua pihak ini diawali dengan proses tawar menawar, cocok harga angkat barang.

Pasar rakyat, umumnya berada di pedesaan. Bangunannya sangat sederhana, sejenis kios berdinding kayu atau bangunan terbuka. Kemudian, bahan yang dijual lebih kepada kebutuhan sehari-hari, seperti minyak tanah, bawang merah, sayuran, beras, gula, garam dan lain-lain.

Gambaran diatas adalah profil pasar rakyat yang lazim ditemukan di berbagai tempat di nusantara. Profil itu ternyata berbeda dengan pasar rakyat yang terdapat di Desa Lumut, Kabupaten Aceh Tengah.

Pasar rakyat yang terletak 60 Km arah tenggara Kota Takengon [ibukota Kabupaten Aceh Tengah] tergolong unik. Selain menjual bahan kebutuhan sehari-hari, pedagangnya juga menjual bongkahan batu giok.

Dalam peliputan ke Desa Lumut, awal Oktober lalu, penulis menemukan pasar rakyat disana mulai berfungsi ganda. Menjual kebutuhan sehari-hari jalan terus, tetapi menjual bongkahan batu giok sebagai fokus dagangannya.

Seperti yang terlihat pada salah satu meja pajang kios milik Pak Win, bongkahan batu giok menempati porsi tempat yang lebih luas dibandingkan bawang merah, sayuran, dan minyak tanah.

Bukan hanya Pak Win yang beralih fokus berdagang. Sekitar 50 meter arah barat dari kios Pak Win, penulis menemukan meja pajang sayuran telah diisi penuh dengan bongkahan batu giok dari berbagai warna. Orang yang duduk mengelilingi meja itu bukan warga Desa Lumut, tetapi penyuka batu giok yang datang dari luar daerah.

Pemilik kios itu seorang lelaki paruh baya, saya memanggilnya Pak Blang [karena kampung asalnya dari Blang Kejeren-Gayo Lues]. Selain menjual bongkahan batu giok, Pak Blang juga masih memajang makanan ringan, deterjen, kopi, susu, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Keuntungan dari bongkahan batu giok lebih besar, tetapi Pak Blang masih tetap mempertahankan fungsi kiosnya sebagai pasar rakyat.

Uniknya lagi, bukan hanya kios Pak Win dan Pak Blang saja yang menjual bongkahan batu giok. Lebih dari 5 kios yang terdapat di Desa Lumut, juga memajang bongkahan batu giok sebagai dagangan utamanya. Bahkan ratusan rumah warga di Desa Lumut memajang aneka bongkahan batu giok di halaman rumahnya.

Tanpa disadari, kios kecil dan halaman rumah warga Desa Lumut telah beralih fungsi menjadi pasar rakyat perdagangan batu mulia dan suiseki. Ketersediaan potensi batu mulia di Desa Lumut, ternyata menjadi daya tarik luar biasa.

Setiap hari, puluhan penyuka batu mulia datang silih berganti ke kampung terpencil itu. Mereka membawa uang tunai karena nilai transaksi antara pembeli dan penjual bongkahan batu giok bisa mencapai puluhan juta. Bayangkan, untuk 1 Kg bongkahan batu giok dijual seharga Rp. 300 ribu. Pasar rakyat bongkahan batu giok itu benar-benar menjadi berkah bagi warga kampung terpencil itu.

[caption id="attachment_357303" align="aligncenter" width="800" caption="Meja pajang di Kios Pak Blang telah diisi dengan bongkahan batu giok."]

1417437036578343250
1417437036578343250
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun