Gara-gara ketersediaan tempat cuci tangan, kantin ini berhasil meraih award (Foto: Syukri MS)
Tiada angin tiada hujan, akhir Oktober 2014 lalu, tiba-tiba rumah makan yang dikelola Muhar (47) dianugerahi award oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh. Rumah makan khas Gayo bernama Kantin Batas Kota yang terletak di Paya Tumpi Takengon menjadi pemenang pertama untuk tingkat Provinsi Aceh. Hadiahnya berupa uang pembinaan sebesar Rp. 4 juta ditambah sertifikat pengawasan standardisasi mutu pelayanan.
Dibandingkan restoran dan rumah makan mewah yang ada di Takengon, kantin kecil yang dikelola Muhar tidak ada apa-apanya. Bangunan kantin itu dari kayu berdinding papan susun sirih, cukup sederhana untuk ukuran sebuah restoran. Malah, kantin itu sebenarnya adalah rumah tinggal yang memanfatkan ruang tamu sebagai tempat penyajian dan pelayanan.
Menu yang disajikan kantin ini tidak terlalu mewah. Disitu hanya ada kuliner spesifik Gayo seperti depik pengat, mujahir dan ikan mas masam jing, ayam sengeral, ayam goreng, pecal, cecah terong belanda, pucuk labu siam rebus, nasi putih, aneka jus dan kopi Gayo. Tamu yang berkunjung ke kantin ini ada yang berasal dari dalam maupun luar daerah, terutama para penyuka kuliner organik non kolesterol.
Kelebihan kantin ini adalah kebersihan dan kerapiannya. Maklum, sebagai bagian dari rumah tinggal maka ketertataan kantin ini sangat terjaga. Lantainya diberi keramik putih sehingga tidak terlihat noda sedikitpun. Di setiap sudut ruang pelayanan, dipajang aneka tanaman hias. Asri dan nyaman, itu kesan pertama bagi siapa saja berkunjung ke kantin ini.
Hal yang paling istimewa di kantin ini adalah toiletnya yang bersih dan bebas bau urin. Keistimewaan kedua, tersedianya wastafel atau tempat cuci tangan yang menyatu pada dinding kayu bangunan itu. Wastafel itu bukan pajangan, tetapi fungsional. Begitu kran dibuka, airnya langsung mengucur. Di atas wastafel itu juga tersedia sabun cair Sunlight dan kertas tisu sebagai kelengkapan cuci tangan.
Menurut Muhar saat ditemui di kantinnya, Kamis (11/12/2014), sebelum bangunan itu beralih fungsi menjadi rumah makan, wastafel itu memang sudah ada disana. Wastafel itu [sebenarnya] sengaja disediakan untuk membiasakan ketiga anaknya cuci tangan dengan sabun. Efeknya, ketiga anaknya sampai hari ini tetap memanfaatkan wastafel itu sebagai tempat cuci tangan, termasuk tamu yang datang kesitu. Dan, wastafel itu sengaja dibuat rendah agar anak-anak usia tiga tahun pun bisa mencuci tangannya sendiri.
Sebagai wastafel keluarga, dia senantiasa menjaga kebersihan tempat cuci tangan itu. Pasalnya, sedikit saja wastafel itu menimbulkan bau amis maka anak-anaknya enggan cuci tangan. Untuk kesinambungan budaya cuci tangan pakai sabun maka wastafel menjadi prioritas pertama yang sangat dijaga kebersihannya. Disisi yang lain, kebersihan wastafel itu rupanya menjadi daya tarik tersendiri bagi para tamu yang berkunjung ke Kantin Batas Kota tersebut.
Hebatnya lagi, kebersihan dan berfungsinya wastafel itu merupakan salah satu unsur yang dinilai sehingga mengantar Muhar meraih award. Oktober lalu, tutur Muhar, karyawati Kantin Batas Kota sempat heran melihat beberapa tamu yang memeriksa wastafel, toilet dan ruang dapur. Beberapa kali mereka mondar-mandir ke wastafel itu. Setelah meraih award, barulah mereka mengetahui bahwa orang itu adalah dewan juri yang sedang melakukan penilaian.
Aspek yang dinilai untuk pengelolaan restoran/rumah makan dan cafe meliputi: (1) lokasi dan bangunan; (2) fasilitas bangunan; (3) dapur, ruang makan dan gudang bahan makanan; (4) bahan makanan dan makanan jadi; (5) pengelola makanan; (6) tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi; (7) penyajian makanan; (8) peralatan; (9) peralatan; dan (10) tenaga kerja.
Dari sepuluh aspek yang dinilai, Kantin Batas Kota memperoleh nilai tertinggi 120 untuk peralatan [termasuk ketersediaan wastafel]. Kemudian mendapat nilai 107 untuk dapur, ruang makan dan gudang bahan makanan, serta nilai 105 untuk fasilitas bangunan. Nilai terendah 40 diberikan dewan juri untuk aspek penyajian makanan.
Begitulah kisah wastafel, tempat cuci tangan yang telah berhasil mengantar Muhar meraih award standardisasi mutu pelayanan restoran/rumah makan dan cafe tingkat Provinsi Aceh. Seandainya semua restoran/rumah makan dan cafe di Takengon menyediakan wastafel yang dilengkapi dengan sabun cair Sunlight, tentu makanan yang dipegang terbebas dari kuman. Tubuh bersih dan hidup menjadi lebih sehat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H