Pada akhir program, mahasiswa, guru pamong, dan pihak sekolah melakukan evaluasi bersama. Evaluasi ini bertujuan untuk mengukur efektivitas pelaksanaan program serta mengevaluasi peningkatan keterampilan mengajar mahasiswa. Refleksi juga menjadi momen penting bagi mahasiswa untuk menyadari kelebihan dan kekurangan mereka dalam mengajar.
Pengalaman Mahasiswa dan Dampaknya
Mahasiswa pendidikan sejarah yang mengikuti program asistensi mengajar di MAN 1 Kota Malang mendapatkan pengalaman yang berharga dalam menerapkan metode Cooperative Learning melalui model pembelajaran Project-Based Learning (PJBL). Program ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk merancang dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dalam pembelajaran sejarah, mahasiswa memilih tema yang relevan dan kontekstual, seperti pengaruh kolonialisme dan perlawanan rakyat Indonesia kepada pihak untuk dijadikan proyek pembelajaran. Dalam prosesnya, mahasiswa membagi peserta didik ke dalam kelompok kecil yang heterogen untuk mendorong kerja sama dan saling ketergantungan positif. peserta didik diberi tanggung jawab untuk merancang dan menyelesaikan proyek, seperti membuat Infografis dan mind mapping yang nantinya akan di presentasikan secara kreatif untuk memengka materi yang sudah dibagikan sebelumnya. Mahasiswa berperan sebagai fasilitator yang membimbing peserta didik selama proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi proyek. Â
Proses pembelajaran ini memberikan pengalaman mendalam bagi mahasiswa. Mereka tidak hanya mempelajari cara mengelola kelas yang dinamis tetapi juga memahami pentingnya menciptakan pembelajaran yang kolaboratif dan bermakna. Mahasiswa menyaksikan bagaimana peserta didik menjadi lebih aktif, antusias, dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas mereka. Hal ini memperkuat keyakinan mahasiswa tentang efektivitas metode Cooperative Learning dalam mendorong keterlibatan peserta didik. Dampak dari penerapan metode ini tidak hanya dirasakan oleh mahasiswa, tetapi juga oleh peserta didik di MAN 1 Kota Malang. peserta didik menunjukkan peningkatan pemahaman terhadap materi sejarah melalui diskusi kelompok dan proyek yang mereka kerjakan. Mereka juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kemampuan berkomunikasi, dan kolaborasi tim. Selain itu, peserta didik menjadi lebih terhubung dengan sejarah lokal karena proyek yang mereka kerjakan memberikan wawasan baru tentang pentingnya memahami sejarah dalam konteks kehidupan sehari-hari. Bagi mahasiswa, pengalaman ini menjadi bekal penting untuk membangun keterampilan pedagogik yang kreatif dan adaptif. Mahasiswa belajar mengatasi tantangan dalam mengelola kelas, memotivasi peserta didik, dan mengintegrasikan teknologi serta pendekatan kolaboratif dalam pembelajaran. Secara keseluruhan, pengalaman ini membentuk mahasiswa menjadi calon pendidik yang lebih percaya diri dan kompeten, sekaligus memberikan kontribusi positif bagi peserta didik dan lingkungan pembelajaran di MAN 1 Kota Malang.
Meskipun program asistensi mengajar memiliki banyak manfaat, tidak bisa dipungkiri bahwa ada sejumlah tantangan yang dihadapi, baik oleh mahasiswa maupun pihak sekolah. Salah satunya adalah penyesuaian antara teori yang dipelajari di kampus dengan realitas di lapangan. Dinamika kelas yang heterogen sering kali memerlukan fleksibilitas tinggi dalam penerapan metode pengajaran. Selain itu, keterbatasan waktu program juga menjadi tantangan tersendiri. Mahasiswa asistensi hanya memiliki waktu terbatas untuk mengimplementasikan ide-ide mereka. Hal ini membuat mereka harus bekerja lebih efektif dan efisien dalam merancang serta melaksanakan pembelajaran.
Pelaksanaan asistensi mengajar di MAN 1 Kota Malang oleh mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Malang merupakan wujud sinergi antara perguruan tinggi dan sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Program ini tidak hanya memberikan manfaat bagi mahasiswa, tetapi juga bagi guru dan peserta didik di sekolah. Mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata dalam mengajar, sementara peserta didik menikmati pembelajaran sejarah yang lebih inovatif dan menyenangkan. Ke depan, diharapkan program asistensi mengajar seperti ini dapat terus ditingkatkan. Dengan durasi yang lebih panjang dan dukungan yang lebih maksimal dari semua pihak, program ini berpotensi mencetak calon guru sejarah yang lebih berkualitas dan siap menghadapi tantangan di dunia pendidikan. Selain itu, kolaborasi ini juga bisa menjadi model bagi sekolah dan perguruan tinggi lain di Indonesia dalam membangun pendidikan yang lebih baik. Asistensi mengajar di MAN 1 Kota Malang bukan hanya sekadar program wajib, melainkan sebuah upaya nyata untuk menciptakan generasi pendidik yang profesional dan berkualitas. Melalui langkah ini, diharapkan pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah semakin menarik, bermakna, dan relevan dengan perkembangan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H