Di balik senja yang menatap redup,
Ayah berdiri, seperti gunung, kokoh dan tegap.
Langit pun mengagumi bayangmu yang tak pernah pudar,
Langkahmu adalah jejak yang menantang waktu.
Kau adalah awan, yang meneduhkan tanpa suara,
Badai datang, tapi kau tetap diam, memberi perlindungan.
Kau adalah api, menyala dalam diam,
Memasak harapan dan kehangatan, meski kadang tak tampak.
Di setiap sudut matamu, ada laut yang tenang,
Namun di dalamnya, ombak-ombak penuh rahasia.
Kau adalah pelaut, mengarungi hidup,
Tanpa mengeluh, meski arus begitu kuat.
Dari tanganmu yang kasar, tumbuh pohon harapan,
Akar-akar cinta yang tak terlihat,
Menyusup dalam setiap detak jantungku,
Menjadi sumber kekuatan yang tak pernah pudar.
Ayah, engkau adalah bayangan yang tak pernah hilang,
Menjadi matahari yang tak pernah lelah terbit,
Memberi cahaya meski malam datang dengan gelapnya.
Pada setiap jalan yang kulalui, kau adalah peta tak tertulis,
Panduan dalam diam yang selalu aku cari.
Jika dunia menganggapmu biasa,
Aku tahu, kau adalah bintang yang tidak tampak di siang hari,
Tetap bersinar, memberi arah,
Walau tak ada yang memujimu.
Ayah, pahlawan dalam diam,
Engkaulah langit yang selalu ada,
Walau kadang tertutup awan,
Aku tahu, sinarmu tetap menerangi hatiku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H