Mohon tunggu...
Analisis

2019 Ganti Presiden, Gerakan yang Tak Terbendung Akibat Keresahan Berkepanjangan

14 Agustus 2018   01:01 Diperbarui: 14 Agustus 2018   02:43 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bukanlah jalan santai dengan iming-iming hadiah apalagi dengan cara memobilisasi massa karena alasan materi. sangat jauh di luar dugaan

Tua muda, kaya miskin, kakek nenek, mulai yg terlihat paling alim, anak - anak keren hingga emak - emak yang cetar membahana bahkan ada yg dalam kondisi kurang sehat sekalipun mereka sangat antusias menyempatkan diri berbondong bondong datang dengan sendiri menyatu melebur bersama para peserta deklarasi yang tak terbendung dengan lonjakan massa di luar dugaan

whatsapp-image-2018-08-13-at-14-48-57-3-5b71ddd7aeebe167b828e4b2.jpeg
whatsapp-image-2018-08-13-at-14-48-57-3-5b71ddd7aeebe167b828e4b2.jpeg
Gerakan 2019 ganti presiden adalah gerakan yg berasal dari kemelutan yg berkepanjangan, keresahan yg mendera serta kekecewaan dari segala ketimpangan dan kesenjangan yg terjadi di republik ini.

Berawal dari sebuah mobil yang di sebut ESEMKA, memacu akal sehat kita akan munculnya sosok harapan yang membawa perubahan, sosok sederhana dan punya komitmen yang orang anggap kala itu.

Tetapi ternyata semua itu hanyalah sebuah retorika belaka, setalah waktu menjawab tidak lebih dari seonggok hasrat akan nafsu kekuasaan dari seorang yg awalnya kita sebut sebut sebagai sosok sederhana dan pembawa perubahan itu perlahan memperlihatkan belangnya saat menari nari di atas topeng pencitraan.

Belum sampai disitu, janji super berkualitas tinggi yg di obral dengan begitu murahnya. Dipikirnya mungkin merealisasikan janji janji super itu semudah turun ke got, semudah berfoto foto ala petani, tukang becak bahkan penambal ban agar kesannya merakyat. Ohh tdk seperti itu kawan.

Merealisasikan 10 juta lapangan kerja itu tidak semudah membuat koleksi foto-fotomu yang ingin di sebut merakyat, tidak juga semudah membagikan sertifikat tanah gratis dgn sistem kebut semalam dan sepeda-sepeda ala host tv lawakan agar terkesan humoris dan jadi bahan tertawaan karena kekonyolannya.

Masih teringat janji manismu yang sontak membuat ratusan ribu para petani kita berdecak kagum, mereka bangga dengan pemimpin yg di sebut sederhana ingin mewujudkan swasembada pangan

Bagaimana tidak bangga, di fikirnya para petani akan sejahtera, para petani akan lebih di hargai jerih payahnya tapi apa ? lagi lagi janji di tinggal janji. Swasembada pangan hanyalah janji ucapan manis seperti para sales sales yang menawarkan barang dan jasa dari seorang calon pemimpin kala itu. Saya ingat jelas ia mengatakan bahwa hanya butuh 3 sampai 4 tahun untuk mewujudkan Swasembada pangan.

Dengan begitu yakinnya mewujudkan swasembada pangan setelah hampir 5 tahun duduk di kursi megah kekuasaan dengan pengawalan berlapis lapis dan sederetan fasilitas serba mewah ternyata swasembada pangan di buktikan dengan 500.000 ton impor beras , 10.000 ton impor bawang putih, 16.400 ton impor minyak goreng, 500.000 ton impor garam, dan 1,1 juta ton impor gula. Hebat kan ?

Bukannya bangga justru para petani di buat menangis hingga menjerit menjerit kesakitan. Mereka di kecewakan oleh ambisi kekuasaan komplotan yg katanya peduli wong cilik.

Petani  tercekik dgn impor yang menjatuhkan martabat mereka, langkah mengenaskan akan kebijakan impor oleh pemerintah tidak lain agar mereka bisa membeli murah dari petani. Yang rugi siapa yang rugi lah para petani. Bukannya mensejahterakan tapi malah menyengsarakan.

Ini baru sebagian kecil dari buah bibir di masyarakat. Jadi apakah Deklarasi 2019 ganti presiden baik atau tdk ?

Itu tergantung sudut pandangmu, kalau kalian punya akal sehat yg rasional dalam menanggapi keresahan yang berkepanjangan ini dan ingin melihat negeri ini lebih baik kedepannya maka bergabunglah, sebab kerusakan di negeri ini terjadi karena orang-orang baik memilih diam dan saling mendiamkan.

Namun, jika kalian punya kepentingan yg lain, sudah lah. lakukan semaumu sesuai agenda kepentinganmu menjadi apatis hingga mati tak berguna karena sangat jelas di katakan oleh Soekarno kala itu bahwa "Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Tetapi perjuangan kalian akan lebih berat, karena melawan saudara sendiri."

whatsapp-image-2018-08-13-at-14-48-57-5b71db08bde5755dd4593c49.jpeg
whatsapp-image-2018-08-13-at-14-48-57-5b71db08bde5755dd4593c49.jpeg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun