Mohon tunggu...
Muhammad Surya Bhaskara
Muhammad Surya Bhaskara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pertahanan

Saya adalah masyarakat yang hidup di perbatasan negara Indonesia yang memiliki impian dan harapan yang tinggi untuk kemajuan. Saya pernah bersekolah 3 S ( SD, SMP, SMA ) di Natuna lalu melanjutkan kuliah di perguruan tinggi tercintaa Institut Pemerintahan dalam Negeri ( IPDN ), kemudian tidak lama melanjutkan ke jenjang Magister Pertahanan prodi Peace and Conflict Resolution di Unhan RI. Tulisan saya ini sebagai bentuk penyaluran pemikiran saya dan tentunya sebagai sarana belajar saya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Puasa, Jembatan Menuju Kedamaian Batin dan Penyejuk Gejolak Emosi

8 April 2024   21:39 Diperbarui: 11 April 2024   02:48 970
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi puasa Ramadhan 2024. (Sumber: Freepik via kompas.com) 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada situasi yang memicu amarah dan gejolak emosi. Konflik, baik internal maupun eksternal, menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika sosial manusia. 

Namun, apakah pernah terbayangkan bahwa solusi untuk meredam amarah dan menenangkan gejolak emosi bisa ditemukan dalam praktik keagamaan yang telah ada selama ribuan tahun? 

Puasa, salah satu rukun Islam, ternyata menyimpan potensi besar sebagai jembatan menuju kedamaian batin dan penyejuk gejolak emosi.

Puasa dalam Islam, khususnya pada bulan Ramadan, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari. 

Lebih dari itu, puasa adalah latihan disiplin diri, pengendalian nafsu, dan pembersihan jiwa. Saat berpuasa, seseorang diajak untuk merenung, mengevaluasi diri, dan meningkatkan kesadaran spiritualnya. 

Dalam konteks inilah, puasa berpotensi sebagai alat untuk meredam amarah dan menenangkan gejolak emosi.

Mengapa Puasa Dapat Meredam Amarah?

1. Pengendalian Nafsu: Puasa mengajarkan pengendalian nafsu, termasuk nafsu amarah. Dengan berlatih menahan lapar, dahaga, dan hasrat lainnya, seseorang secara tidak langsung belajar untuk mengendalikan emosinya, termasuk amarah.

2. Peningkatan Kesabaran: Salah satu buah dari puasa adalah peningkatan kesabaran. Kesabaran adalah kunci untuk meredam amarah. Dengan berpuasa, seseorang dilatih untuk bersabar dalam menghadapi ujian dan godaan, sehingga lebih mampu mengelola emosi saat menghadapi konflik.

3. Refleksi Diri dan Introspeksi: Puasa memberikan kesempatan untuk refleksi diri dan introspeksi. Melalui momen-momen tenang saat sahur dan berbuka, seseorang dapat merenungkan perilakunya, termasuk cara ia menangani amarah dan emosi lainnya.

4. Meningkatkan Empati: Dengan merasakan lapar dan dahaga, seseorang menjadi lebih empati terhadap penderitaan orang lain. Empati ini dapat membantu mengurangi kecenderungan untuk marah dan bersikap agresif terhadap orang lain.

5. Koneksi Spiritual yang Lebih Dalam: Puasa meningkatkan koneksi spiritual seseorang dengan Sang Pencipta. Ketika seseorang merasa dekat dengan Tuhan, ia cenderung lebih tenang dan damai, yang pada gilirannya membantu mengurangi kemungkinan terlibat dalam konflik.

Perubahan Tubuh Selama Puasa dan Dampaknya pada Emosi

Proses Penurunan Hormon Stres

Saat berpuasa, tubuh kita mengalami penurunan produksi hormon stres, seperti kortisol. Kortisol dikenal sebagai 'hormon stres' yang dapat meningkatkan perasaan cemas dan tegang. 

Dengan penurunan kadar kortisol selama puasa, kita dapat merasakan penurunan tingkat stres dan peningkatan ketenangan emosional.

Peningkatan Produksi Neurotransmitter Positif

Puasa juga berkontribusi pada peningkatan produksi neurotransmitter positif, termasuk serotonin dan endorfin. Serotonin sering disebut sebagai hormon 'kebahagiaan' yang membantu meningkatkan suasana hati dan menenangkan pikiran. 

Endorfin, di sisi lain, adalah penghilang rasa sakit alami tubuh yang menghasilkan perasaan positif dan membantu mengurangi rasa marah.

Efek Detoksifikasi pada Tubuh

Selama puasa, tubuh kita memulai proses detoksifikasi, membersihkan diri dari zat beracun. Proses detoksifikasi ini dapat meningkatkan fungsi organ dan sistem tubuh, yang pada gilirannya dapat berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan emosional.

Meningkatnya Fungsi Otak dan Ketahanan Terhadap Stres

Penelitian menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan fungsi otak dan ketahanan terhadap stres. Hal ini dapat membantu meningkatkan keseimbangan emosional dan mengurangi kemungkinan reaksi berlebihan terhadap situasi yang menantang.

Perubahan Pola Makan dan Dampaknya pada Stabilitas Emosional

Saat berpuasa, kita cenderung lebih memperhatikan apa yang kita konsumsi saat berbuka dan sahur. Makanan yang sehat dan bergizi dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak dan berkontribusi terhadap stabilitas emosional.

Peningkatan Kesadaran Spiritual

Puasa sering dikaitkan dengan peningkatan kesadaran spiritual dan refleksi diri. Koneksi yang lebih dalam dengan nilai-nilai spiritual dapat memberikan perspektif yang lebih luas dan membantu menurunkan tingkat emosi negatif seperti amarah.

Generate by AI
Generate by AI

Dengan memahami perubahan biologis dan psikologis yang terjadi dalam tubuh saat puasa, kita dapat lebih mengapresiasi bagaimana praktik ini dapat membantu menurunkan emosi negatif dan menciptakan ketenangan batin. 

Puasa tidak hanya merupakan latihan fisik tetapi juga sarana untuk pengembangan emosional dan spiritual, yang membantu kita mencapai keseimbangan dan kedamaian dalam kehidupan kita.

Studi Kasus dan Penelitian

Beberapa studi telah menunjukkan hubungan antara puasa dan pengurangan agresivitas. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas di Timur Tengah menemukan bahwa selama bulan Ramadan, tingkat kejahatan dan agresivitas di beberapa negara cenderung menurun. Penelitian lain menunjukkan bahwa puasa dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan stabilitas emosional.

Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh El-Alfy, D., & El-Sayad, G. (2011), ditemukan bahwa puasa Ramadan memiliki dampak positif terhadap pengendalian agresivitas pada remaja. Studi ini menunjukkan bahwa remaja yang berpuasa cenderung memiliki tingkat agresivitas yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang tidak berpuasa. 

Studi lain oleh Afifi, Z. E. M. (2010) menunjukkan bahwa puasa dapat meningkatkan kesehatan mental dan mengurangi gejolak emosi, termasuk perasaan marah. 

Penelitian ini menekankan pentingnya aspek spiritual dari puasa dalam mengembangkan kesejahteraan psikologis.Hussain, S., Malik, F., & Hameed, A. (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa puasa Ramadan berkontribusi terhadap penurunan tingkat stres dan peningkatan ketenangan emosional. Penelitian ini mendukung gagasan bahwa puasa dapat menjadi alat yang efektif untuk manajemen stres dan emosi.

Kesimpulan

Puasa, khususnya dalam konteks Ramadan, menawarkan lebih dari sekadar praktik keagamaan. Ini adalah sarana untuk pengendalian diri, peningkatan kesabaran, dan pembersihan jiwa. 

Dengan memanfaatkan potensi puasa untuk meredam amarah dan menenangkan gejolak emosi, kita dapat membangun jembatan menuju kedamaian batin dan mewujudkan keharmonisan dalam kehidupan sosial. 

Mari kita jadikan puasa sebagai momen untuk mengasah kebijaksanaan dalam mengelola emosi dan memelihara kedamaian di tengah perbedaan dan konflik yang ada.

Referensi:

Afifi, Z. E. M. (2010). Fasting in Islam as a model for a healthy lifestyle. Human Ecology, 18(2), 9-14.

El-Alfy, D., & El-Sayad, G. (2011). The effect of fasting in Ramadan on aggression of adolescents. Journal of Applied Sciences Research, 7(12), 2289-2296.

Hussain, S., Malik, F., & Hameed, A. (2012). Exploring health outcomes by fasting during Ramadan. Journal of Fasting and Health, 1(1), 37-42.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun