Di penghujung semester, kelas A dihadapkan pada dilema pemilihan destinasi liburan. Sebagian murid, dipimpin oleh Salman, ingin mengunjungi tempat liburan sebelumnya. Sementara itu, Xiaomi dan sebagian lainnya berkeinginan untuk menjelajahi keindahan Jogja. Perselisihan ini membawa kelas ke dalam pembagian dua kubu.
Mari kita kupas konflik ini lebih lanjut. Ada tiga elemen utama dalam setiap konflik:
1. Pihak yang Terlibat: Di sini, kita memiliki dua kelompok dengan pandangan berbeda; satu dipimpin oleh Salman dan yang lainnya oleh Xiaomi.
2. Tujuan yang Hendak Dicapai: Salman dan kelompoknya ingin mengulang kenangan lama, sedangkan Xiaomi dan kawan-kawan berambisi mengeksplorasi Jogja.
3. Relasi Antar Pihak: Mereka semua adalah bagian dari satu kelas, sehingga konflik ini menjadi relevan dan memerlukan penyelesaian.
Dalam mengatasi konflik ini, terdapat beberapa pendekatan yang dapat ditempuh:
1. Menghindar: Beberapa siswa mungkin memilih untuk menghindar dengan mengabaikan diskusi, menyerahkan keputusan kepada orang lain, atau pura-pura setuju tanpa komitmen sebenarnya.
2. Menyerang: Ada pula yang lebih agresif dengan mengkritik pilihan lawan, mengadu domba, atau bahkan nyaris terlibat konfrontasi fisik.
3. Mencari Damai: Pendekatan yang lebih konstruktif meliputi saling memaafkan, berdiskusi secara langsung, atau meminta bantuan mediator untuk mencari jalan tengah.
Setiap sikap yang diambil akan menentukan hasil akhir dari konflik:
1. Menang-Kalah: Sikap menghindar bisa jadi berujung pada kekalahan, sementara sikap menyerang mungkin membawa kemenangan tetapi menimbulkan rasa sakit atau dendam.
2. Kalah-Kalah: Jika kedua pihak sama-sama kalah, tujuan tidak tercapai dan hubungan antar anggota kelas bisa rusak.
3. Menang-Menang: Solusi terbaik adalah mencari kompromi atau damai yang memuaskan kedua belah pihak, sehingga menciptakan solusi win-win yang harmonis.
Dalam kasus ini, Salman dan Xiaomi memilih untuk mencari jalan damai. Mereka mengajak guru untuk membantu menengahi dan akhirnya menemukan destinasi liburan alternatif yang diterima oleh semua pihak. Konflik pun terselesaikan, dan suasana kelas kembali damai.
Konflik adalah bagian tak terhindarkan dari interaksi manusia, namun cara kita menghadapinya dapat menentukan keharmonisan hubungan. Saat menghadapi konflik, renungkanlah strategi apa yang akan Anda pilih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H