Mohon tunggu...
Muhammad Surya Bhaskara
Muhammad Surya Bhaskara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pertahanan

Saya adalah masyarakat yang hidup di perbatasan negara Indonesia yang memiliki impian dan harapan yang tinggi untuk kemajuan. Saya pernah bersekolah 3 S ( SD, SMP, SMA ) di Natuna lalu melanjutkan kuliah di perguruan tinggi tercintaa Institut Pemerintahan dalam Negeri ( IPDN ), kemudian tidak lama melanjutkan ke jenjang Magister Pertahanan prodi Peace and Conflict Resolution di Unhan RI. Tulisan saya ini sebagai bentuk penyaluran pemikiran saya dan tentunya sebagai sarana belajar saya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Resolusi Konflik Aceh: Sinergi Pemerintah dan Masyarakat dalam Menjaga Kesatuan Bangsa

4 April 2024   12:02 Diperbarui: 4 April 2024   12:08 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Generate by AI

Konflik Aceh, yang berlangsung selama beberapa dekade, adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi pemerintah Indonesia. Namun, melalui serangkaian langkah strategis dan komitmen yang kuat, pemerintah berhasil mengakhiri konflik tersebut dan membawa perdamaian ke wilayah tersebut. Berikut upaya pemerintah dalam menyelesaikan konflik Aceh:

Pembentukan Tim dan Forum Dialog

Pembentukan Tim Pemantapan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh-Nias (TPRRA) pada tahun 2005 adalah langkah awal yang penting. Walaupun awalnya dibentuk untuk menangani bencana gempa dan tsunami, TPRRA juga dimanfaatkan sebagai sarana untuk memulai dialog dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Selain itu, Forum Indonesia untuk Keadilan dan Perdamaian (Foker) dibentuk sebagai wadah untuk mengumpulkan berbagai kelompok masyarakat Aceh, termasuk GAM, dalam satu forum dialog.

Perundingan Helsinki

Perundingan di Helsinki, Finlandia, yang berlangsung selama 14 bulan, menjadi titik balik dalam penyelesaian konflik Aceh. Difasilitasi oleh negara-negara asing seperti Norwegia dan Swiss, perundingan ini berhasil menghasilkan Perjanjian Helsinki pada 15 Agustus 2005. Perjanjian ini menetapkan status otonom khusus untuk Aceh dan mengakhiri konflik bersenjata antara pemerintah Indonesia dan GAM.

Penandatanganan Perjanjian Helsinki

Perjanjian Helsinki merupakan tonggak sejarah dalam penyelesaian konflik Aceh. Perjanjian ini mengakui hak-hak istimewa Aceh dalam pengaturan sumber daya alam dan keuangan. Selain itu, GAM setuju untuk melepas senjata dan membubarkan diri sebagai organisasi politik, menandai berakhirnya konflik bersenjata.

Pembentukan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA)

Pembentukan DPRA sebagai lembaga legislatif di Aceh adalah langkah penting dalam membangun struktur pemerintahan yang demokratis dan inklusif. DPRA dipilih secara langsung oleh masyarakat Aceh, memberikan mereka suara dalam pengambilan keputusan dan pengawasan pelaksanaan otonomi khusus.

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh

Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Aceh secara langsung pada tahun 2006 merupakan momen bersejarah. Pemilihan ini melibatkan berbagai calon dari partai politik, termasuk mantan anggota GAM, menandai integrasi politik dan partisipasi demokratis yang lebih luas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun