Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah kota yang terkenal sebagai kota pelajar di Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai kota pelajar tetapi Yogyakarta juga terkenal sebagai kota yang penuh akan kenangan bagi orang-orang yang pernah mengunjunginya. Tiap orang yang mendengar kata Yogyakarta maka akan teringat makanan, tempat wisata, hingga mitos atau urban yang beredar disana.Â
Salah satu mitos yang terkenal adalah legenda di Candi Prambanan, yaitu kisah Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso yang menciptakan legenda bahwa pasangan yang mengunjungi Candi Prambanan akan tidak 'langgeng' atau bertahan lama.
Terlepas dari legenda yang beredar di Candi Prambanan, situs bersejarah ini sangat layak untuk dikunjungi karena keindahan serta suasana nyaman yang diberikan oleh Candi Prambanan. Candi Prambanan diakui UNESCO sebagai warisan dunia sejak 1991, Candi Prambanan juga memiliki fakta lainnya yaitu merupakan salah satu candi hindu terbesar di Indonesia.Â
Pada tanggal 11 Juni 2022 saya beserta teman memilih untuk mengunjungi Candi Prambanan setelah beberapa tahun tidak menikmati Candi Prambanan karena pandemi Covid-19 yang mengurung kita untuk tidak menjelajah keindahan-keindahan yang dimiliki oleh Candi Prambanan.
Perjalanan menuju situs bersejarah ini memakan waktu kisaran 20-30 menit menggunakan kendaraan pribadi. Selama perjalanan menuju Candi Prambanan saya telah disuguhi pemandangan kota Yogyakarta dan melewati salah satu bandara di Yogyakarta yaitu Bandara Adi Sutjipto.Â
Perjalanan menggunakan kendaraan pribadi hanya akan menghabiskan dana untuk bahan bakar kendaraan yang berkisar Rp20.000-Rp30.000 saja, sehingga saya dapat menghemat dana untuk perjalanan. Pada momen saya sudah mau memasuki kawasan Candi Prambanan maka akan tanda jalan yang menunjukkan saya harus mengambil lajur mana untuk berbelok dan masuk menuju kawasan Candi Prambanan.
Pada saat saya sudah memasuki kawasan Candi Prambanan saya sudah dapat melihat pucuk-pucuk dari candi-candi yang terdapat di kawasan wisata tersebut. Ketika saya memasuki area parkiran Candi Prambanan, saya perlu mengambil tiket terlebih dahulu kemudian saya sudah dapat masuk dan memarkirkan kendaraan kita di area parkir Candi Prambanan, pada saat saya berkunjung kesana area parkiran sudah cukup ramai karena terhitung sudah memasuki akhir pekan.
Tidak butuh waktu lama saya pun langsung masuk menuju loket, saya diarahkan oleh petugas untuk memasuki loket wisatawan nusantara. Tiket untuk memasuki Candi Prambanan ada dua jenis yaitu:
Tiket masuk Candi Prambanan: Rp50.000,00
Tiket masuk Candi Prambanan + Ratu Boko: Rp85.000,00
Dikarenakan saya ingin menikmati keduanya saya pun memilih paket Candi Prambanan + Ratu Boko, saya pun ditawari oleh petugas loket apakah ingin menggunakan shuttle car atau menggunakan kendaraan pribadi. Saya lebih memilih menggunakan shuttle car karena ingin menikmati kawasan Candi Prambanan tanpa harus fokus pada saat membawa kendaraan.Â
Perjalanan dari Candi Prambanan menuju Keraton Ratu Boko menempuh waktu 15-20 menit, melalui jalanan yang terbilang cukup kecil. Pada saat saya melihat kanan maupun kiri penglihatan saya disambut oleh candi-candi lain seperti plaosan yang memberikan kesan megah nan indah.
Pada saat saya memasuki kawasan Keraton Ratu Boko, saya langsung disambut dengan pemandangan taman yang luas. Taman Ratu Boko juga menyediakan permainan-permainan masa kecil seperti 'enggrang' yang dapat memberikan perasaan nostalgia masa kecil terhadap saya. Saya pun melanjutkan perjalanan mengelilingi Keraton Ratu Boko hingga ke yang paling atas, di area atas terdapat lapangan luas yang memiliki beberapa pohon besar dan rindang sehingga cocok untuk beristirahat setelah menaiki tangga.
Saya menghabiskan waktu sekitar 45-60 menit di area Ratu Boko, hanya sekedar memandangi keindahan taman dan menikmati semilir angin dibawah pohon besar. Kemudian, tour guide memanggil saya dan mengatakan bahwa shuttle car yang akan membawa kami kembali ke Candi Prambanan sudah tiba dan menunggu dibawah.Â
Saya dan teman saya kembali tiba ke area Candi Prambanan, kami pun langsung memasuki Candi Prambanan. Saya dan teman saya langsung disuguhi penampakan situs bersejarah yang bahkan diakui oleh UNESCO, namun sayangnya sudah tidak bisa masuk lagi ke pura seperti kunjungan terdahulu dikarenakan peraturan yang baru diterapkan pada masa pandemi COVID-19.
Sepanjang perjalanan saya mengelilingi Candi Prambanan saya tidak berhenti merasa terkesan akan desain masing-masing candi, namun saya menemukan suatu fakta menarik yaitu ternyata candi-candi yang saya lihat pada saat ini adalah hasil rehabilitasi akibat gempa yang terjadi pada tahun 2006 yang menghancurkan sebagian besar candi-candi di kawasan Candi Prambanan. Kejadian yang menghancurkan ini dibuatkan monumen pengingat bahwa pernah terjadi gempa yang menyebabkan perlunya rehabilitasi atau pembangunan ulang Candi Prambanan.
Perjalanan saya dan teman saya pun harus diakhiri karena sudah memasuki waktu petang, saya dan teman saya pun memutuskan untuk melalui jalan yang berbeda sehingga kami dapat melihat seluruh area Candi Prambanan.Â
Saya sempat melihat ternyata terdapat tempat sewa scooter, sepeda, hingga mobil golf sehingga kita tidak merasa lelah pada saat mengelilingi area Candi Prambanan yang luas, terdapat sedikit penyesalan kenapa saya tidak mengetahui lebih awal.Â
Pada saat pulang saya melihat ada yang menjual sejenis buku tipis yang membahas mengenai sejarah Candi Prambanan dan kisah Roro Jonggrang, masing-masing buku seharga Rp 5000,00 saya pun membeli keduanya karena saya cukup penasaran mengenai kisah aslinya.
Selain fasilitas-fasilitas yang ditawarkan, ternyata Candi Prambanan juga memiliki Mini Zoo dimana kita bisa memberikan makan rusa dan Gedung Pameran Exhibition Center yang berisi informasi-informasi Candi Prambanan serta puing-puing sisa dari kejadian gempa pada 2006.Â
Kedua tempat tersebut menjadi destinasi akhir kami sebelum kembali pulang menuju Yogyakarta lagi. Candi Prambanan sungguh memberikan kesan yang megah nan indah sehingga sulit untuk meninggalkan salah satu candi terbesar di Indonesia tersebut. Apabila ditotalkan saya menghabiskan total Rp 125.000,00 Â yang memiliki rincian:
Tiket Masuk: Rp 85.000,00
Jajan: Rp 30.000,00
Buku Sejarah: Rp 10.000,00
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H