Mohon tunggu...
Muhammad Subhan
Muhammad Subhan Mohon Tunggu... -

Muhammad Subhan, seorang jurnalis, penulis dan novelis. Editor beberapa buku. Tinggal di pinggiran Kota Padangpanjang. Bekerja di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Nomor kontak: 0813 7444 2075. Akun facebook: rahimaintermedia@yahoo.com, email aan_mm@yahoo.com. Blog: www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Tentang Perempuan Senja di Gunung Padang

19 Oktober 2011   05:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:46 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tapi itu cerita orang-orang kampung nelayan di tepian Muara Pantai Padang. Kebenaran cerita itu hanya kedua orangtuanyalah yang tahu. Sayang, kedua orangtua perempuan itu telah lama tiada. Namun demikian, Kau tak usah ragu untuk berbicara dengan perempuan itu walau ingatannya sudah terganggu. Perempuan itu akan menjawab apa yang Kau tanyakan bila topik pembicaraan adalah tentang senja, pantai, ombak dan angin. Kau akan melihat indahnya bola mata perempuan itu yang berbinar jika Kau bertanya tentang kesukaannya pada senja. Maka dia akan menjawab dengan senyum indah yang menyungging di bibirnya yang mungil. Jika pemandangan itu yang Kau saksikan, maka Kau sungguh akan menyayangkan mengapa perempuan secantik itu harus gila.

“Aku suka pada senja karena ia menjadi saksi cintaku pada lelaki pelaut,” kata perempuan itu.

Dan jika Kau meneruskan pertanyaan tentang kesukaannya pada pantai, ombak dan angin maka ia akan menjawab: “Dulu sekali, pantai tempat kami berkejar-kejaran, bermain pasir, bermain air.”

“Aku suka pada ombak karena ia yang membawa biduk kekasihku ke tepian.” Katanya lagi.

“Aku suka pada angin karena ia yang mengabarkan berita tentang kedatangan kekasihku ke pantai ini. Dan ketika senja hampir terbenam, kekasihku itu akan tiba dengan segala cinta yang dibawanya.”

Ah, begitulah. Kau akan terpesona dengan jawaban perempuan yang berdiri mematung menatap ke arah laut menentang senja yang tergantung di atas kaki langit sembari menunggu kedatangan kekasihnya. Tapi apa yang dijawab perempuan itu tidak lebih dari igauan nisbi yang menemani hari-harinya setiap kali senja datang dan pergi.

Dan ketika senja akan kembali ke peraduannya, Kau akan menyaksikan pemandangan yang berobah pada diri perempuan itu. Tiba-tiba Kau akan melihat perempuan itu menangis sedu-sedan yang mengundang iba orang-orang yang melihatnya. Tapi di tengah tangisnya itu, Kau akan lebih terpesona menyaksikan kecantikan perempuan itu yang berbinar bersama hilangnya senja.

Itulah panorama senja yang dinikmati orang-orang yang berkunjung ke tepian Muara Pantai Padang. Kau pasti tidak akan puas menikmati indahnya senja tanpa lebih dahulu menyaksikan perangai perempuan yang tinggal seorang diri di lereng Gunung Padang. Perempuan itu, walau ia tidak waras, adalah lambang kesetiaan ribuan perempuan-perempuan yang menjadi korban “ketidaksetiaan” lelaki pelaut yang selalu datang dan pergi dari satu pulau ke pulau lain di belahan bumi ini. Hanya sayangnya, tidak banyak media massa yang mengekspose lika-liku kehidupan perempuan yang selalu berdiri termenung di depan gubuknya menanti kedatangan senja di lereng Gunung Padang itu.

Seandainya Kau kembali pulang meninggalkan Kota Padang, hendaklah kisah tentang perempuan yang setia menanti kedatangan senja itu Kau ceritakan pada semua orang. Semoga kelak, suatu hari yang tidak pasti, lelaki pelaut yang pernah mendaratkan biduknya di tepian Muara Pantai Padang mendengar kisah tentang perempuan itu, dan lelaki pelaut kembali datang dengan segala cinta yang pernah dibualkannya.

Ketika senja telah tenggelam dalam peraduannya, di lereng Gunung Padang itu Kau akan mendengar sayup-sayup suara perempuan itu bersyair:

laut adalah kehidupan
semua akan kembali ke laut
seperti senja yang membenamkan dirinya pada laut
begitu juga tubuhku yang merindukan laut
menyelam ke dasar laut
meneguk kenikmatan nisbi yang pernah titipkan
lelaki pelaut pada laut

Kaki Singgalang, 2003-2011

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun