Mohon tunggu...
Muhammad Subhan
Muhammad Subhan Mohon Tunggu... -

Muhammad Subhan, seorang jurnalis, penulis dan novelis. Editor beberapa buku. Tinggal di pinggiran Kota Padangpanjang. Bekerja di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Nomor kontak: 0813 7444 2075. Akun facebook: rahimaintermedia@yahoo.com, email aan_mm@yahoo.com. Blog: www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Regu Badak (34)

27 Desember 2011   07:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:42 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku diterima masuk SMP Palda tanpa hambatan. Bapak sangat gembira sekali. Siswa yang mendaftar sangat banyak. Yang tertampung hanya untuk tujuh kelas. Aku mendapat tempat duduk di kelas I-3. Ada guru yang menyebut, kelas yang kami tempati sesuai dengan peringkat tertinggi di raport kami. Kalau siswa yang duduk di kelas I-1, tentu di dalamnya banyak siswa berprestasi. Begitupun di kelas I-2. Aku bersyukur bisa duduk di kelas I-3, tak terlalu jauhlah kalau diukur dari prestasi di raport. Untung saja aku tidak duduk di kelas I-7, kelas yang paling belakang urutannya, paling pojok pula ruang kelasnya.

Aku mulai belajar dengan tekun di sekolah. Pagi-pagi sekali seusai sarapan dengan dua potong kue dan segelas teh hangat, aku berpamitan kepada bapak dan ibu. Bila ada uang aku menumpang angkot ke sekolah. Angkot di Aceh bernama Labi-labi. Tapi aku lebih banyak berjalan kaki daripada naik Labi-labi. Kadang aku dan bapak keluar rumah bersamaan. Sampai di simpang empat jalan raya, kami berpisah. Aku terus ke arah kanan jalan menuju sekolah, menyisiri jalan setapak di sepanjang pinggiran luar komplek perumahaan ASEAN. Sementara bapak menunggu bus BE ke arah kiri jalan yang akan membawa bapak ke tempat kerjanya di Lhokseumawe.

Di sekolah aku berteman dengan anak-anak seusiaku. Tapi di sekolah itu aku menjadi anak yang pemalu dan minder. Aku paling takut berdekatan dengan kawan-kawan perempuan. Aku menjadi anak yang tak percaya diri. Entahlah kenapa itu bisa terjadi. Satu hal lagi yang membuat aku sangat terusik, jerawat mulai bertumbuhan di wajahku. Mungkin juga karena aku suka makan kacang Arab yang banyak dijual di pasar Kruenggeukueh. Di samping itu aku merasakan pertumbuhan tubuhku semakin cepat. Aku menjadi seorang anak bertubuh jangkung karena badanku kurus. Aku sudah hampir sama tinggi dengan tubuh bapak yang juga jangkung. Aku memang jarang makan. Perutku kempes. Tulang rusuk tampak menonjol keluar. Sarapan nasi tidak di pagi hari. Di sekolah kadang jajan kadang pula tidak. Uang jarang di saku. Makan siang, sekali-kali. Pulang sekolah saja sudah hampir pukul setengah tiga. Kadang makan sehari sekali, malam saja.

Aku senang bersekolah di SMP Palda lantaran sekolah itu punya gedung perpustakaan. Buku-buku sastranya lengkap. Di perpustakaan itulah aku mulai mengenal roman-roman karya pujangga Indonesia, semisal Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Salah Asuhan, Dari Ave Maria Jalan Lain ke Roma, Sengsara Membawa Nikmat, Siti Nurbaya, dan banyak lagi lainnya. Aku mulai menyukai membaca roman-roman yang berbahasa indah itu. Aku juga membaca majalah sastra Horison yang masuk setiap bulannya ke sekolah. Aku suka membaca puisi-puisi dan cerpen di majalah itu. Itulah pertama kali aku berkenalan dengan banyak karya sastra bermutu. (bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun