Mohon tunggu...
Muhammad Subhan
Muhammad Subhan Mohon Tunggu... -

Muhammad Subhan, seorang jurnalis, penulis dan novelis. Editor beberapa buku. Tinggal di pinggiran Kota Padangpanjang. Bekerja di Rumah Puisi Taufiq Ismail. Nomor kontak: 0813 7444 2075. Akun facebook: rahimaintermedia@yahoo.com, email aan_mm@yahoo.com. Blog: www.rinaikabutsinggalang.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Regu Badak (31)

22 Desember 2011   07:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:54 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu menarik napas dalam-dalam. Lalu melepaskannya pelan. Aku sangat merasakan betapa beratnya pikiran bapak dan ibu saat itu.

“Bapak punya kenalan di Kruenggeukueh, sebuah kampung dekat pabrik pupuk ASEAN. Nanti bapak coba menanyakan apakah ada rumah di sana yang bisa disewa.”

“Berapa jauh kampung itu dari tempat kerja Bapak?”

“Sekitar setengah jam naik bus kota.”

“Jauh sekali. Bagaimana dengan pekerjaan Bapak nanti?” tanya ibu bertambah was-was.

“Aku akan tetap kerja di Lhokseumawe, karena hanya pekerjaan itu yang aku bisa. Aku naik bus saja.”

“Tentu uang keluar akan bertambah, untuk ongkos bus pulang pergi, Pak?”

“Ya, mau bagaimana lagi. Kita harus berhemat, Bu. Semoga di daerah yang baru Allah menambah rezeki kita,” jawab Bapak dengan penuh keyakinan.

Aku hanya menyimak saja berbincangan antara ibu dan bapak dari bilik kamar tidur. Aku bayangkan bapak setiap pagi dan petang pergi pulang naik bus kota ke Lhokseumawe. Kalau bapak lagi dapat uang aku maklumkan keadaan itu, tapi bagaimana bila dalam sehari itu tak seorang pun yang memanfaat jasa bapak? Tentu tak ada uang yang akan dibawa pulang. Mungkin saja bapak akan meminjam uang kepada kawan-kawannya, tapi bila sering dilakukan hanya akan menambah beban pikiran bapak dan ibu. Oh, Tuhan. Bukalah pintu rezeki kedua orangtuaku.

Bulan berganti bulan dan waktu yang ditunggu-tunggu itu datanglah juga. Aku mengikuti ujian akhir. Hasilnya, alhamdulillah aku lulus. Bapak tidak bekerja seharian itu. Bapak datang ke sekolah bersepeda onta dari rumah. Berdebar-debar bapak menunggu hasil pengumuman kelulusan. Itu terlihat dari wajah bapak. Bapak khawatir kalau-kalau aku tidak lulus.

Saat namaku dipanggil kepada sekolah, bapak maju ke muka kelas dengan tergopoh-gopoh. Bu Fauziah, kepala sekolahku tersenyum melihat bapak. Bapak menyalami Bu Fauziah penuh takzim dan bapak duduk di depan meja Bu Fauziah yang diatasnya menumpuk raport dan map berisi ijazah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun