Mohon tunggu...
Muhammad Solihin
Muhammad Solihin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pemimpi dan Pengembara kehidupan

Hidup adalah cerita dan akan berakhir dengan cerita pula. muhammad solihin lentera dunia adalah sebutir debu kehidupan yang fakir ilmu dan pengetahuan. menapakin sebuah perjalanan hidup dengan menggoreskan cerita kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Kali Percobaan Pembunuhan Diriku

6 Juli 2021   20:32 Diperbarui: 8 Juli 2021   05:24 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa tragis cerita  hidupku, tiga kali percobaan pembunuhan hampir saja merenggut nyawaku.

 Jika kalian mendengar ada orang bercerita tentang kesusahan dalam hidup. Mungkin aku ribuan kali susah dari pada mereka semua.

Sungguh sial nasibku, terlahir dari seorang ibu yang tak pernah aku inginkan. Aku sering bertanya, mengapa Tuhan sejahat itu kepadaku? Mengapa aku dilahirkan ke dunia jika hanya untuk di hinakan?

"Oh... Tuhan. Apakah benar engkau dzat maha pengasih dan penyayang. Jika engkau memang benar, mengapa aku tak pernah merasakan keadilanmu? Apakah eksistensimu itu benar-benar ada?"

Banyak orang memandang sinis kepadaku. Mereka mengatakan aku ini "kafir", makhluk tidak bertuhan. Memang sejak dilahirkan di muka bumi ini, orang tuaku tidak pernah mengajari apa itu agama, apalagi mengenalkan siapa itu Tuhan.

Aku selalu bertanya. Mengapa setiap orang membenciku. Mereka seakan jijik dengan kehadiranku. "Apakah karena aku buruk rupa? Ataukah karena aku dilahirkan tanpa status yang jelas?" Aku tahu, perkawinan kedua orang tuaku tidak tercatat dalam buku pernikahan di negeri ini. Apa itu yang membuat kalian dapat seenaknya menghukumku.

Ah..! sungguh malang sekali nasib ku ini. Sebenarnya anak siapakah diriku ini? apakah aku yang disebut anak haram jadah itu?

Sungguh sialnya hidupku, ayah ibu meninggalkan diriku sebatang kara seorang diri. Semua orang muak melihat diriku. Aku heran mengapa tak satu pun perempuan yang ingin bersamaku, mendekatpun tidak. Mereka selalu berteriak sejadinya bila bertatapan dengan diriku. Apakah aku sehina itu?

Apalagi kaum ibu muda. Mereka selalu berniat menghabisi nyawaku bila bertatap langsung.

Sapu, sandal bahkan kayu balok kerap melayang ke tubuh ringkihku. Para ibu tidak akan puas hatinya bila tubuhku tidak hancur tercabik-cabik. Bersyukurlah aku selalu selamat dari percobaan pembunuhan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun