Mohon tunggu...
Muhammad Solihin
Muhammad Solihin Mohon Tunggu... Guru - Seorang pemimpi dan Pengembara kehidupan

Hidup adalah cerita dan akan berakhir dengan cerita pula. muhammad solihin lentera dunia adalah sebutir debu kehidupan yang fakir ilmu dan pengetahuan. menapakin sebuah perjalanan hidup dengan menggoreskan cerita kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menunggu Giliran, Hidup seperti Arisan

30 Juni 2021   17:13 Diperbarui: 30 Juni 2021   19:53 844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi anehnya, masih ada saja warga yang tidak percaya bahwa kematian Sanusi dan yu Parmi berdua itu disebabkan terpapar covid-19.

“Halah, Mana ada corona? Aku nda percaya! Wong kematian yu Parmi itu memang penyakit bawaan.”

Ada juga warga yang nyeletuk, “Sanusi mati itu bukan karena corona. Pasti ada orang yang menyantetnya. Wong, Sanusi kalau menagih uang kontrakan terlalu kasar tutur katanya. Wajar saja kalau ada yang sakit hati, lalu menyantetnya.”

Saat ini, paling berbahaya dan mengkhawatirkan bukanlah terpapar virus corona itu sendiri, akan tetapi terpapar berita hoax, lalu menyebarkan kembali berita itu ke khalayak umum. Permasalahannya adalah siapa saja bisa terpengaruh dan percaya dengan berita bohong tersebut. Bukan hanya orang yang memiliki pendidikan rendah, sekelas pejabat sekalipun bisa percaya dengan berita-berita yang belum tentu kebenarannya.

Hal lebih menyakitkan hati, ketika mendengar ada orang mengatakan bahwa pasien sembuh corona lebih banyak dari pada yang mati. Sungguh pernyataan ini tidak manusiawi, seolah nyawa manusia tidak ada harganya.  Bagaimana perasaan keluarga yang ditinggalkan, jika mendengar pernyataan ini?.       

Sebagai orang yang beriman, kita yakin bahwa hidup mati ditangan tuhan. Begitu juga wabah corona ini. Semua yang terjadi dalam kehidupan tidak ada yang luput dari pengawasan dan kehendaknya. Maka sangat bijak ketika wabah ini masih membayang-bayangi kehidupan, kita harus semakin mendekatkan diri pada ilahi. Sembari berdoa semoga kita tidak mendapat giliran keganasan corona selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun