Selain itu, pesantren juga perlu memperkuat kerjasama dengan lembaga pendidikan lain, industri, dan pemerintah untuk mendukung transformasi pendidikan menuju Revolusi Industri 4.0. Kolaborasi ini dapat membantu pesantren dalam mengembangkan kurikulum yang lebih relevan, memperluas akses terhadap teknologi pendidikan, dan menyediakan pelatihan bagi para pendidik agar dapat menghadapi perubahan dengan baik.
Dalam menghadapi persimpangan antara generasi Alfa dan tantangan dunia pendidikan di era Revolusi Industri 4.0, pesantren perlu bersikap proaktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan mereka, mengadopsi inovasi teknologi, dan tetap mempertahankan nilai-nilai keagamaan dan moral sebagai landasan utama pembelajaran. Hanya dengan langkah-langkah ini, pesantren dapat tetap menjadi lembaga pendidikan yang relevan dan berperan penting dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia di era yang penuh dengan perubahan dan tantangan ini.
Beberapa transformasi yang bisa dilakukan di pesantren meliputi: Pertama, Integrasi Teknologi dalam Kurikulum,. Pesantren perlu memperkaya kurikulum dengan keterampilan abad ke-21, seperti literasi digital, coding, dan pemahaman teknologi informasi. Santri tidak hanya belajar tentang ilmu agama, tetapi juga dibekali kemampuan menggunakan teknologi secara bijak untuk keperluan dakwah, pendidikan, dan ekonomi. Kedua, Pengembangan Media Dakwah Digital. Pesantren dapat mendorong santri untuk aktif berdakwah melalui media sosial, blog, podcast, dan platform digital lainnya. Dengan memanfaatkan media digital, santri dapat menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat, damai, dan rahmatan lil 'alamin kepada masyarakat luas, sekaligus menangkal konten-konten negatif yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ketiga. Kewirausahaan Digital. Pesantren perlu mengembangkan program kewirausahaan berbasis digital, di mana santri diajarkan untuk menciptakan bisnis online, mengelola konten digital, atau memanfaatkan teknologi e-commerce. Ini penting agar santri tidak hanya menjadi pemimpin spiritual, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi umat yang adaptif terhadap perubahan zaman
Santri sebagai Agen Perubahan di Era Disrupsi
Di era disrupsi, santri diharapkan tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga menjadi agen perubahan yang berkontribusi aktif dalam masyarakat. Ada beberapa peran yang bisa dimainkan santri di masa depan: Pertama. Pemimpin dalam Pendidikan dan Dakwah Digital. Santri memiliki potensi besar untuk menjadi pemimpin dalam pendidikan digital dan dakwah berbasis teknologi. Dengan fondasi agama yang kuat, santri dapat menjadi pelopor dalam menggunakan teknologi untuk menyebarkan ajaran Islam yang moderat, serta menjadi teladan dalam memanfaatkan teknologi untuk kebaikan bersama. Kedua, Penggerak Gerakan Moderasi Beragama. Santri yang dididik dengan nilai-nilai moderasi di pesantren memiliki peran penting dalam menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Di tengah meningkatnya polarisasi sosial dan radikalisme di beberapa kalangan, santri dapat menjadi agen perdamaian yang mempromosikan Islam sebagai agama yang penuh toleransi dan cinta kasih.
Menyambut Hari Santri 22 Oktober 2024, pesantren di seluruh Indonesia harus optimis menghadapi era disrupsi. Transformasi menuju era digital bukanlah ancaman, melainkan peluang untuk memperkuat peran santri dalam membangun bangsa. Dengan memadukan teknologi dan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam, pesantren dapat melahirkan generasi santri yang siap bersaing di era global dan tetap menjaga identitas keislaman yang kuat.
Santri adalah garda terdepan dalam menjaga tradisi dan mengembangkan inovasi. Melalui proses transformasi yang tepat, pesantren dapat menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya relevan dengan kebutuhan zaman, tetapi juga menjadi pusat peradaban yang melahirkan generasi unggul, berakhlak mulia, dan berdaya saing tinggi.
Selamat Hari Santri 22 Oktober 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H