Mohon tunggu...
Muhammad Soleh Hapudin
Muhammad Soleh Hapudin Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis Buku-Buku Pendidikan Nasional, taplink.cc/solehhapudin_educationcenter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Relasi Hijrah Rasulullah dalam Konteks Membangun Moderasi Beragama

12 Juli 2024   08:48 Diperbarui: 12 Juli 2024   08:59 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Gambar Penulis Artikel Menyambut Tahun Baru Muharram

Peristiwa hijrah Rasulullah Saw. dari Mekah ke Madinah merupakan salah satu tonggak sejarah yang paling berpengaruh dalam perjalanan Islam. Hijrah tidak hanya menjadi titik balik bagi perjalanan Nabi Muhammad, tetapi juga menjadi inspirasi bagi umat Islam di sepanjang masa. Meskipun terjadi pada abad ke-7, makna dan semangat hijrah masih sangat relevan bagi kaum muslimin di masa kini.

Hijrah Rasulullah Saw. ke Yastrib (Madinah) merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada tahun 622 Masehi. Peristiwa ini menjadi titik balik yang menandai perpindahan pusat pemerintahan Islam dari Mekah ke Yastrib (Madinah).

Dalam konteks sejarah Islam, Pada awal penyebaran agama Islam, Rasulullah Saw. dan para pengikutnya menghadapi banyak penindasan dan perlawanan dari kaum Quraisy di Mekah. Mereka menolak keras dakwah Rasulullah Saw. dan berusaha memadamkan api Islam yang menyala. Berbagai upaya dilakukan untuk menghalangi penyebaran agama Islam, mulai dari ancaman, pengucilan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap kaum muslimin.

Melihat situasi yang semakin memburuk, Rasulullah Saw. akhirnya memerintahkan sebagian pengikutnya untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia) pada tahun 615 Masehi. Peristiwa ini dikenal sebagai Hijrah Pertama. Kemudian, pada tahun 622 Masehi, Rasulullah Saw. memerintahkan hijrah yang kedua, yaitu hijrah ke Yastrib (Madinah)

Dalam konteks kontemporer, memaknai hijrah tidak sesederhana memahaminya sebagai perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain. Hijrah harus dipahami secara lebih komprehensif sebagai sebuah proses transformasi diri dan lingkungan. Sebagaimana Rasulullah Saw. melakukan hijrah dari Mekah yang penuh dengan kemungkaran menuju Madinah yang lebih kondusif bagi pengembangan peradaban Islam, umat Muslim saat ini juga perlu melakukan perubahan-perubahan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Peristiwa hijrah Rasulullah Saw. dari Mekah ke Madinah tidak hanya menjadi titik balik sejarah Islam, tetapi juga mengandung nilai-nilai penting bagi pengembangan moderasi beragama di kalangan umat Muslim. Hijrah Rasulullah mengajarkan kita untuk senantiasa menjaga keseimbangan dan proporsionalitas dalam beragama.
Pertama, hijrah Rasulullah menunjukkan pentingnya membina kehidupan beragama yang moderat. Ketika di Mekah, Rasulullah dan para pengikutnya menghadapi ancaman dan tekanan dari kaum Quraisy yang menolak dakwah Islam. Namun, ketika tiba di Madinah, Rasulullah justru mampu membangun harmonisasi dan kerukunan di antara berbagai kelompok masyarakat, termasuk dengan komunitas Yahudi dan Kristen. Ini menunjukkan bahwa moderasi, bukan radikalisme, adalah jalan yang ditempuh Rasulullah dalam menyebarkan ajaran Islam.

Kedua, hijrah Rasulullah juga mengajarkan pentingnya menghargai pluralitas dan keberagaman. Di Madinah, Rasulullah membangun piagam yang menjamin hak-hak seluruh warga, tanpa membedakan agama, suku, maupun latar belakang. Ini mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang menghargai perbedaan dan mendorong terciptanya kerukunan di antara sesama. Moderasi beragama mensyaratkan adanya sikap saling menghormati dan menerima keberagaman.

Ketiga, hijrah Rasulullah juga menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara urusan duniawi dan ukhrawi. Ketika tiba di Madinah, Rasulullah tidak hanya fokus pada pengembangan spiritual umat, tetapi juga membangun fondasi peradaban Islam yang kuat dalam berbagai bidang, seperti politik, ekonomi, sosial, dan militer. Moderasi beragama menuntut umat Muslim untuk menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat, tanpa mengabaikan salah satunya.

Keempat, hijrah Rasulullah juga mengajarkan perlunya bersikap adil dan proporsional dalam menyikapi perbedaan pandangan. Meskipun di Madinah terdapat berbagai kelompok dengan latar belakang yang berbeda, Rasulullah mampu membangun kerukunan dan saling pengertian di antara mereka. Moderasi beragama mensyaratkan sikap toleran, terbuka, dan menghindari sikap ekstrem dalam menyikapi perbedaan.

Hijrah juga dapat dimaknai sebagai upaya mengembangkan potensi diri dan umat Islam. Seperti halnya Rasulullah Saw. yang membangun Madinah menjadi pusat peradaban Islam, umat Muslim masa kini juga perlu mengembangkan berbagai bidang kehidupan, mulai dari ekonomi, pendidikan, sosial, hingga teknologi. Dengan mengembangkan potensi diri dan umat, kita dapat menjadi garda terdepan dalam memajukan peradaban Islam di masa depan.

Perjuangan melawan segala bentuk keburukan juga merupakan bagian penting dari makna hijrah. Rasulullah Saw. melakukan hijrah untuk menyelamatkan diri dari ancaman kaum Quraisy di Mekah yang terus-menerus menindas dan menghalangi penyebaran Islam.

Selain itu, hijrah Rasulullah Saw. juga mengandung makna penting dalam membangun persatuan dan kerukunan umat. Di Madinah, beliau berhasil mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar, dua kelompok yang sebelumnya terpisah. Umat Muslim masa kini juga perlu menjaga persatuan dan kerukunan, serta menghindari segala bentuk perpecahan yang dapat melemahkan kekuatan umat.

Dengan memaknai hijrah secara kontekstual, umat Islam masa kini dapat mengambil pelajaran dan inspirasi untuk membangun peradaban Islam yang lebih baik. Semangat hijrah dapat mendorong umat Muslim untuk terus melakukan perubahan ke arah yang lebih positif, baik dalam skala individual maupun komunal. Hijrah bukanlah sekadar peristiwa masa lalu, melainkan sebuah paradigma transformatif yang senantiasa relevan bagi umat Islam di sepanjang zaman.

Dengan demikian, peristiwa hijrah Rasulullah Saw. memiliki keterkaitan yang erat dengan konsep moderasi beragama. Nilai-nilai yang terkandung dalam hijrah, seperti menjaga keseimbangan, menghargai keberagaman, menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat, serta bersikap adil dan proporsional, menjadi fondasi penting bagi pengembangan moderasi beragama di kalangan umat Muslim. Memaknai hijrah secara kontekstual dapat mendorong umat Islam untuk senantiasa bersikap moderat, toleran, dan mengedepankan perdamaian dalam menjalankan ajaran agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun