Bertahanlah Saudaraku,
yang saat ini sedang bernafas dalam pekatnya kabut,
penuh sesak mengaliri rongga dada,
yang terus menerus menahan tangis,
bukan karena sedih, lebih tepatnya pedih.
Percayalah Saudaraku,
kita sedang diajarkan untuk menghargai alam, pepohonan,
yang senantiasa memberi kesegaran, keindahan,
Tak ada pamrih yang diharapkan,
mungkin kita sering melupakan,
bahwa mereka juga milik Tuhan
Bersabarlah Saudaraku,
Jika kalian tak diperhatikan, jika kalian disalahkan,
bahkan jadi alamat segala tuduhan,
biarlah saudaraku, karena merekalah pemilik kebenaran,
Saudaraku,
hanya itu yang mereka bisa,
kalian bukanlah apa-apa,
tak lebih penting dari partainya,
mereka libih sibuk mencari cara, memperkokoh kekuasaanya,
lupa bahwa ini urusan nyawa,
lupa ramalan cuaca,
karena mereka penguasa
mungkin mereka berkata
“ini hanyalah nyala api, tak sebesar gempa bumi,
tak sehebat gelombangTsunami, apalagi erupsi gunung berapi,
tak ada nyawa melayang, hanya sedikit harta benda yang hilang”.
Untukmu saudaraku,
bersabarlah, setelah ini akan ada kesegaran,
kesegaran yang tak semua orang merasakan,
kesegaran itu dapat menyadarkan,
seperti si sakit menemukan kesehatan.
Semoga Tuhan menurunkan hujan,
untuk menghapus kepekatan,
juga hujan kesabran,
‘tuk menghapus segala penderitaan
Salam dari Jogja, untuk keluarga, saudara, dan sahabat terbaik.
jangan pernah menderita, biar pekat menggulita,
jangan berkeluh kesah, karena akan datang cerah yang lebih indah...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI