Demak (20/01/2021). Dengan adanya suatu Pandemi covid-19 pada masa sekarang ini berdampak bagi aktivitas mahasiswa untuk menjalankan suatu kegiatan pengabdian masyarakat yaitu Kuliah Kerja Nyata (KKN) di luar daerah. Sehingga menjadikan adanya perubahan penempatan lokasi, yang mana pada awalnya bermula di luar daerah menjadi kegiatan mandiri di daerah masing-masing mahasiswa (pulang kampung).
Hal ini juga dialami oleh Tim 1 Periode 2021. Dimana salah satunya yaitu Muhammad Sigit Wahyudi, mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Universitas Diponegoro Semarang, yang mengadakan suatu program KKN pulang kampung salah satunya yaitu edukasi Teknologi AWD (Alternatif Wetting Drying) kepada Para Petani agar Panen Melimpah. Sigit mengatakan bahwa, program “Edukasi Teknologi AWD ” merupakan sistem irigasi modern, metode alternatif hemat air ini menjadi penting karena dapat meningkatkan hasil panen padi kepada masyarakat Desa Menur, Kec. Mranggen, Kab. Demak, yang notabennya sebagian besar adalah sebagai seorang petani. Sehingga metode teknologi AWD ini dapat menjadi inovasi sistem perairan konvensional menjadi teknologi sistem perairan modern dengan bahan terjangkau yaitu paralon.
“Sasaran utama dari program ‘Edukasi teknologi AWD‘ adalah petani Desa Menur, program ini dilaksanakan secara door to door dan langsung terjun ke sawah. Tujuan utama dari program ini adalah untuk meningkatkan hasil panen padi petani agar menambah kesejahteraan masyarakat Desa Menur, Mranggen Demak, dengan metode teknologi AWD dimana petani yang awalnya melakukan sistem perairan dengan konvensional menjadi teknologi sistem perairan modern dengan bahan terjangkau menggunakan paralon yang terjangkau pula harganya. Paralon ini, digunakan sebagai alat bantu untuk memonitoring muka air tanah yang ada di lahan sawah tersebut” ujar sigit (mahasiswa UNDIP).
Sebab, melihat sistem irigasi yang digunakan sebagian petani masih menggunakan metode konvensional, yaitu pengairan secara terus menerus, akan menghabiskan air dan wilayah, hilirpun akan kekurangan air karena tidak kebagian sehingga mengancam hasil panen sebagian petani yang lain. Ditambah juga pada musim sekarang ini mengharuskan petani tanggap terhadap perubahan perairan tanamannya, dengan adanya inovasi pengairan sistem AWD ini, bisa memudahkan petani mengontrol persediaan air dalam muka air tanah sehingga dapat mengatur perairan pada tanaman padi dan nantinya akan berdampak baik pada hasil panen yang meningkat.
Di sebagian besar negara seperti Cina, India, Philipina, telah menerapkan metode AWD ini. Metode ini diyakini dapat menambah efesiensi penggunaan air dan tidak menyebabkan penurunan hasil panen. “Dengan bahan paralon berukuran 30-40 cm, dimana 15-20 cm ditanam kedalam tanah dan diberi lubang dengan jarak antar lubang 2 cm. Metode pada Sistem irigasi ini yaitu sawah digenangi sampai setinggi 5 cm kemudian air dibiarkan turun hingga kedalaman 15 cm di bawah permukaan tanah, kemudian diairi lagi sampai mencapai elevasi 5 cm di atas tanah. Pada waktu tanaman padi mulai berbunga ketinggian air dipertahankan hingga kedalaman 5 cm, kemudian pada fase pengisian dan pematangan bulir padi AWD diberlakukan kembali. Penggenangan air dilakukan hanya pada saat-saat tertentu saja sehingga mengurangi kebutuhan air yang tidak produktif seperti rembesan, evaporasi dan perkolasi dan dalam irigasi hemat air dipertahaankan aliran transpirasinya sehingga menghambat gulma, tersedianya air yang cukup pada musim kemarau dan hasil panen petani terkhusus padi pun meningkat,” pungkasnya.
Penulis : Muhammad Sigit Wahyudi
Dosen Pembimbing KKN : Arwinda Nugraheni, S.KM., M.Epid.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H