Kanker merupakan penyakit akibat gangguan proliferasi sel yang menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit kardiovaskular. Data epidemiologi menunjukkan sekitar 5.7- 6% dari insidensi kanker disebabkan oleh the silent killer colorectal cancer (CRC) (Sung et al., 2021).
 International Agency for Research on Cancer (IARC) suatu agensi di bawah WHO yang khusus menangani kanker menyebutkan bahwa pada tahun 2020, kanker kolon atau adenokarsinoma kolorektal masuk dalam 3 besar kanker dengan penderita terbanyak di dunia yaitu 1.148.515 penderita dan insidensi 851.867 per tahunnya.Â
Tidak jauh beberda, insidensi CRC di Indonesia juga mengalami peningkatan setidaknya 396.914 kasus baru setiap tahunnya. Angka kematian akibat CRC di Indonsia sendiri mencapai 34.511 kasus, hal ini menjadikan CRC masuk dalam empat jenis kanker yang paling berbahaya di Indonesia dengan jumlah penderita terbanyak keempat (Sung et al., 2021). Penyebabnya salah satunya oleh life style yaitu pergeseran pola makan kearah westernisasi yang lebih tinggi lemak dan rendah serat.
Penangan CRC telah banyak ditegakkan namun yang paling umum melalui reseksi bedah, radiofrequency, kemoterapi, dan targeted molecular therapy yang maan terbukti memiliki efikasi dan safety yang rendah.Â
Oleh karenanya dalam beberapa tahun terkahir penelitian berbasis pemafaatan natural copound banyak dikembangkan. Namun sayangnya ekpslorasi natural compound dari lautan masih sangat terbatas. Padahal sebagain besar bagain bumi ini berupa lautan.
Penelitian tim mahasiswa UM, Â berhasil mengembangkan alternatif pengobatan CRC dari spons laut yang diisolasi dari perairan Indonesia. Spons laut meruapkan makhluk hidup primitive yang belum memiliki fungsi pertahan alami, sehingga sebagai fungsi defensif dan adaptif spons laut akan memproduksi senyawa metabolit.Â
"Hasil penelitian kita ternyata spons laut yang berhasil diisolasi (Stylissa carteri) mengandung zat aktif yang mempu berinterasi dengan protein reseptor yang terlibat dalam pensinyalan CRC," kata Ketua Tim Peneliti, Muhammad Shofi Amrilah(Fakultas MIPA , Minggu (28/8).
Â
Selain Muhammad Shofi, Cakrawala Research Team beranggotakan Tiga orang lainnya, yakni Dio Rizki (FMIPA), Syalwa Dida (FMIPA), Putri Azzahra (FMIPA), di bawah bimbingan Ajeng Daniarsih, S.Si., M.Si ., Dosen FMIPA UM.
Melalui program Kompetitif Inovasi Mahasiswa yang digagas oleh LPPM UM , tim ini menguji kandungan alami pada spons laut Stylissa carteri sebgaai kandidiat antikanker kolon melalui pemodelan in silico. Stylissa carteri  terbukti memiliki kanduangn berbagai senyawa aktif golongan flavonoid dan alkaloid yang amph menghambat aktivasi protein reseptor.
Dio menambahkan, "peneltian in masih berupa screening awal melalui pemoderlan interaski sehingga masih banyak perlu pengembangan lebih lanjut, seperti pengujin ain vitro, in vivo ataupun uji klinis.
Besar harapan kami untuk dapat memberikan dampak nyata melalui gagasan dan inovasi kami dalam penanganan CRC yang masih memiliki resiko kematian yang tinggi. Penggunaan tanaman sebagai bahan dasar obat pun menjadi cara kami dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia," tutup Putri. (H-2) Tim Cakrawala optimis bahwa hasil penelitian ini mampu merevolusi perkembangan dunia farmasi di Indonesia. Inovasi ini sekaligus mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ke-3, yakni kehidupan sehat dan sejahtera.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H